Sudah lima musim Manchester United tidak pernah merasakan manisnya mengangkat trofi Premier League. Musim 2012/2013 adalah kali terakhir piala tersebut menjadi milik Manchester Merah yang unggul 11 poin dari Manchester City di akhir musim. Untuk memutar kembali memori kita, marilah kita sejenak mengenang kembali musim yang bisa terbilang paling unik sepanjang sejarah United di Premier League.

Setelah kepergian Cristiano Ronaldo ke Real Madrid pada 2009, Manchester United sebenarnya sudah menunjukkan tanda-tanda kalau mereka akan sulit untuk menjadi penguasa Britania. Didominasi oleh Chelsea (2009/2010) lalu kalah tragis dari Manchester City (2011/2012) menjadi contoh dari mulai hilangnya taji Manchester United di Premier League.

Pada musim 2010/11, United memang berhasil menjuarai liga sekaligus menggusur Liverpool dari status sebagai kesebelasan terbaik Inggris. Akan tetapi sepanjang musim, United lebih banyak dibantu oleh tidak konsistennya para pesaing termasuk United sendiri yang juga ikut-ikutan tidak konsisten (11 kali meraih hasil imbang).

Dibantu Robin van Persie

Manchester United sebenarnya tidak dijagokan untuk meraih gelar liga. Chelsea dan Manchester City adalah tim yang saat itu diprediksi akan bersaing untuk menjadi yang terbaik sepanjang 2012/2013. Susunan skuat United yang biasa-biasa saja menjadi salah satu alasan mengapa orang-orang tidak yakin Setan Merah akan berprestasi pada musim tersebut.

United masih mengandalkan pemain sepuh di lini belakang kecuali Rafael. Di lini tengah, Fergie hanya mengandalkan pemain gemuk macam Anderson dan wonderkid yang karirnya mentok karena cedera seperti Tom Cleverley. Darren Fletcher sakit-sakitan, jangan pula mengharapkan Paul Scholes dan Ryan Giggs yang ketika itu mulai mendekati usia 40. Begitu juga Nani dan Ashley Young yang sering menderita cedera.

Beruntung, skuat yang biasa saja tersebut berhasil ditutupi oleh satu pemain yang menjelma sebagai pahlawan. Robin van Persie hadir sebagai protagonis yang memberikan pengaruh ekstra sepanjang musim. Diawali dengan pembelian yang hanya 25 juta paun, RVP membantu United melalui gol-gol dan asisnya sepanjang musim.

Dari 10 pertandingan awal, RVP berkontribusi dalam 12 dari 26 gol yang dicetak United dengan mengumpulkan 8 gol dan 4 asis. Gol dan asisnya bahkan dibuat ke gawang klub pesaing seperti Liverpool, Chelsea, dan Arsenal. Keran gol dan asis RVP mengalir semakin deras dalam beberapa pertandingan berikutnya. Satu yang krusial tentu golnya di menit terakhir ketika mengalahkan Manchester City.

Puncak dari permainan RVP adalah ketika trigolnya di gawang Aston Villa memastikan titel ke-20 jatuh di pelukan. Ia sendirian membuat trigol pada menit ke-2, 13, dan 33. Total sepanjang musim, RVP membuat 26 gol di Premier League disertai 15 asis.

Dilansir dari FourFourTwo, ia berkontribusi dalam 49% dari total gol United secara keseluruhan yaitu 83 gol. United akan kehilangan 41 poin tanpa gol maupun asis RVP. Hanya 9 laga saja dimana pemain Belanda ini tidak memberi kontribusi apapun. Musim 2012/2013 seolah menegaskan kalau United terlalu bergantung kepada RVP.

Keroposnya United di Lini Belakang

Musim 2012/2013 memang memberikan kejayaan, terutama bagi Sir Alex yang memutuskan pensiun pada akhir musim. Akan tetapi, musim tersebut juga meninggalkan beberapa permasalahan yang kemudian berpengaruh dalam perjalanan Setan Merah di era David Moyes.

United juara dengan angka kebobolan yang tergolong tinggi yaitu 43 gol. Angka ini adalah yang paling buruk diraih oleh Sir Alex Ferguson sejak musim 2001/2002 (45 gol). Formasi United yang kerap berganti terutama di lini belakang berpengaruh dalam stabilitas lini pertahanan mereka.

Rio Ferdinand dan Nemanja Vidic bukanlah pemain yang sama seperti ketika menjuarai Liga Champions di Moskow. Nama kedua bahkan kesulitan bermain konsisten karena cedera lutut yang dialami musim sebelumnya. Para pelapis pun tidak menunjukkan tanda-tanda konsisten dalam bermain. Smalling cedera panjang hingga akhir musim, begitu juga dengan Phil Jones yang bermasalah dalam kebugaran. Sementara Jonny Evans masih sering membuat kesalahan.

Laga United melawan Tottenham September 2012 misalnya. Ketika itu, United takluk 2-3 dan kebobolan ketika laga baru berjalan dua menit oleh Jan Vertonghen yang berposisi sebagai bek. Prosesnya pun diawali Vertonghen yang melakukan overlap dari lini belakang. Gareth Bale kemudian lari seorang diri tanpa bisa dikejar Rio Ferdinand pada proses gol kedua.

Sepanjang musim, United hanya mengumpulkan 13 clean sheet. Jumlah ini paling rendah setelah musim 2008/2009 ketika United membuat rekor tidak kebobolan terlama yaitu 13 pertandingan. United lebih sering menang dengan selisih satu gol (16 pertandingan). Bahkan kesebelasan gurem sekelas Reading dan West Brom bisa membuat lebih dari dua gol ke gawang United.

Minimnya Kontribusi Pemain Baru

Sebelum merekrut Robin van Persie, United sebenarnya sudah mendapat dua pemain yang diproyeksikan untuk tim utama. Kedua nama itu adalah Shinji Kagawa dan Nick Powell. Fergie bahkan rela pergi jauh ke Jerman demi melihat nama pertama bermain bersama klub lamanya di final DFB Pokal.

Sayangnya, baik Shinji maupun Powell tidak memberikan dampak apapun bagi United. Sempat bermain bagus di beberapa partai awal, ia mendapatkan cedera yang membuat menit mainnya menjadi terbatas. Setelah sembuh, Fergie seolah kebingungan untuk mencarikan satu tempat untuk Shinji mengingat dalam pola 4-2-3-1 yang mulai digunakan saat itu, posisi gelandang serang sudah dipatenkan oleh Wayne Rooney.

Cedera memang menjadi momok menakutkan bagi United saat itu. Ketiadaan Ashley Young dan Nani membuat Fergie kerap memainkan Danny Welbeck sebagai pemain sayap. Cedera pula yang membuat Nick Powell tidak bisa melanjutkan debut manisnya yang ia mulai dengan gol ke gawang Wigan.

Pembelian pemain berikutnya yang tidak berjalan baik adalah Alex Buttner. Bek kiri yang direkrut dari Vitesse ini diharapkan bisa menjadi deputi yang baik bagi Patrice Evra. Nyatanya, Buttner lebih dikenal dengan umpan crossing paripurna membelah khatulistiwa alih-alih penampilan berkelas.

***

Pada akhirnya, Manchester United memang berhasil meraih gelar liga yang ke-20. Akan tetapi, gelar yang diraih hanyalah solusi jangka pendek dari kegagalan mereka musim sebelumnya. Investasi yang dilakukan tidak bisa diteruskan oleh penerusnya David Moyes yang kemudian menjadi masalah jangka panjang United selama beberapa tahun.