Foto: Goal.com

Pada akhir 90-an hingga awal 2000-an, Manchester United dikenal memiliki rivalitas yang cukup sengit dengan Arsenal. Semua dimulai ketika Arsene Wenger berhasil mematahkan dominasi mereka pada musim 1997/1998. Tidak jarang ada saja insiden yang terjadi saat keduanya bertemu. Satu yang paling terkenal adalah insiden Battle of the Buffet atau Pizzagate pada 2004.

Semua diawali pada 24 Oktober 2004. Manchester United yang terseok-seok menjalani musim 2004/2005 harus menghadapi Arsenal yang punya misi penting yaitu mempertajam rekor unbeaten mereka di Premier League menjadi 50 laga. Melihat performa United saat itu, wajar apabila Arsenal cukup diunggulkan setidaknya meraih hasil imbang.

Akan tetapi, hal itu tidak semulus harapan. United yang justru keluar sebagai pemenang dengan skor 2-0. Dua gol tersebut masing-masing dicetak oleh penalti Ruud van Nistelrooy dan Wayne Rooney.

Jalannya laga sangat ketat. Diwarnai beberapa keputusan wasit Mike Riley yang cenderung menguntungkan United saat itu. Terutama soal penalti Van Nistelrooy karena dalam tayangan ulang tidak ada pelanggaran keras dari Sol Campbell kepada Wayne Rooney saat itu. Campbell sendiri menolak berjabat tangan dengan Rooney setelah laga.

Kemenangan tersebut tidak serta merta mengangkat posisi United, tapi United merayakannya dengan cukup meriah. Wajar saja mengingat rekor Arsenal terhenti di angka 49. Kaos “50 not out” yang katanya siap dipakai Arsenal jika tidak kalah urung dilakukan.

Tensi panas berlanjut ketika memasuki ruang ganti. Ricuh antar pemain terjadi. Henry marah karena gelar man of the match justru didapat Rio Ferdinand yang seharusnya dikeluarkan karena dianggap melakukan professional foul. Wenger juga tidak suka dengan Van Nistelrooy karena tekelnya kepada Ashley Cole.

Perpecahan ini kemudian semakin menjadi-jadi ketika ada tuduhan pelemparan bahan-bahan makanan yang dilakukan pemain Arsenal. Insiden yang menimbulkan aksi pelemparan sepotong pizza yang terkenal ke arah Sir Alex Ferguson.

Hingga saat ini, suporter United masih dibuat bertanya-tanya tentang siapa saja pemain yang melakukan pelemparan tersebut dan siapa saja pemain United yang terlibat perseteruan. Bahkan Fergie yang menjadi objek pelemparan pun tidak pernah melihat dengan jelas siapa yang melakukan hal tersebut kepadanya.

Dalam buku autobiografinya, Ferguson merasa sosok Cesc Fabregas yang melakukan hal tersebut meski ia sendiri tidak pernah melihatnya dengan jelas. Barulah pada Oktober 2017, mantan gelandang Chelsea tersebut mengaku kalau dia yang melempar pizza tersebut.

Hal tersebut dia ungkapkan dalam acara bertajuk “A League of Their Own”. Dalam acara yang dipandu oleh presenter terkenal, James Corden tersebut, Cesc menceritakan alasan dirinya melempar makanan khas Italia tersebut. Ia terbawa suasana keributan yang saat itu melibatkan beberapa pemain senior kedua kesebelasan.

“Setelah pertandingan saya mendengar suara dan saya berpikir ada sesuatu yang terjadi. Jadi saya pergi sambil membawa sepotong pizza dan saya melihat Sol Campbell, Rio Ferdinand, dan Martin Keown. Semua orang saat itu saling mendorong satu sama lain,” ujar Cesc dikutip dari Daily Mail.

Ia menambahkan, “Saya merasa bahwa saya harus terlibat (dalam perisitiwa tersebut), tapi saya tidak mengetahui bagaimana caranya. Akhirnya saya memutuskan untuk melempar pizza dan mengenai Sir Alex. Dia kemudian bereaksi seperti mencari siapa yang telah memukulnya.”

Setelah mengakui kesalahannya, gelandang yang sekarang memperkuat Chelsea tersebut tidak lupa meminta maaf kepada Fergie. Ia mengatakan, “Saya meminta maaf kepada Sir Alex. Saya benar-benar tidak sengaja untuk melakukan (pelemparan) itu.”

Sir Alex sendiri sempat mengatakan bahwa kejadian itu terjadi karena ulah dari Arsene Wenger sendiri. Menurut Fergie, manajer asal Prancis tersebut mencari gara-gara kepada para pemainnya karena tidak terima atas kekalahan timnya tersebut.

“Ruud van Nistelrooy masuk ke ruang ganti dan mendapati bahwa Wenger mengeluh kepadanya. Segera saya keluar untuk mengatakan kepada Arsene ‘Tinggalkan pemain saya sendiri.’ Dia marah karena kalah dalam pertandingan. Itulah kenapa perilaku agresifnya muncul. Saya bilang kepadanya ‘Lebih baik Anda urusi pemain Anda.’ Kemudian dia marah dan tinjunya mengepal,” ujarnya.

Ia menambahkan, “Hal yang saya tahu setelahnya adalah pizza berada di tubuh saya. Kami memang memasukkan makanan ke ruang ganti. Kebanyakan klub melakukannya. Dan makanan Arsenal adalah yang terbaik.”

Meski sederet media memberitakan kalau terjadi insiden antara pemain United dan Arsenal, tapi Mike Riley tidak menyebutkan keributan tersebut dalam laporan yang dikirim ke FA. Inilah yang membuat penyelidikan menjadi sulit karena kedua klub saat itu tetap diam dan tidak rekaman kamera yang memudahkan penyelidikan.

***

Tiga bulan setelah kejadian tersebut, hal yang sama kembali terjadi. Namun kali ini tempatnya berpindah dari lorong Old Trafford ke lorong markas Arsenal, Highbury. Saat itu, Roy Keane menjadi tokoh utama ketika dengan marah ia mengajak Patrick Vieira untuk bertarung di tengah lapangan setelah gelandang asal Prancis tersebut terus-terusan mengintimidasi Gary Neville.