Denis Law and Mike Summerbee. Foto: Betting Betfair

“Tidak, tidak. Saya tidak bisa mengingatnya. Saya benar-benar tidak bisa mengingatnya.”

Ini adalah ungkapan Denis Law enam tahun lalu saat diminta oleh Manchester Evening News untuk menceritakan kembali momen tentang golnya ke gawang Manchester United pada 27 April 1974.

Entah dia memang tidak bisa lagi mengingatnya karena sudah tua, atau dia memang benar-benar tidak bisa mengenang momen tersebut, namun yang pasti itulah reaksi Law ketika diminta untuk mengenang gol yang mengubah sejarah Manchester United tersebut.

United saat itu kalah tipis 1-0 dari rival sekotanya, Manchester City. Satu-satunya gol tersebut tercipta karena kaki Denis Law. Bukan, dia bukannya mencetak gol bunuh diri, namun The King saat itu sudah menjadi penggawa City setelah sebelas tahun meraih kesuksesan bersama Setan Merah.

Bersama United, Law mencetak 237 gol sepanjang kariernya, namun satu golnya ke gawang United 46 tahun lalu tersebut yang lebih sering diingat. Gol dengan tumit tersebut memang memberikan dampak yang menyakitkan bagi mantan timnya karena kekalahan tersebut membuat mereka terdegradasi setelah bertahan di divisi tertinggi selama 35 tahun.

“Kadang-kadang penggemar Manchester City mencoba mengingatkan saya tentang gol itu,” tutur Law dengan senyum kecutnya saat diwawancarai MEN.

Akibat golnya tersebut, banyak yang menyebut Law adalah biang keladi dari terdegradasinya United pada 1974. Namun jika melihat secara keseluruhan, bukan Law semata yang membuat United terdegradasi pada saat itu. Yang membuat United terdegradasi saat itu ya penampilan mereka sendiri. Apes bagi Law, karena dunia akan selalu mengenang dia sebagai ‘mantan pemain yang mengirim mantan timnya terdegradasi ke Divisi dua.’

Sepanjang musim 1973/1974, United asuhan Tommy Docherty tersebut tampil berantakan. Hingga akhir Desember 1973, mereka hanya meraih lima kemenangan. Yang lebih mengenaskan, salah satu top skor mereka hingga memasuki Natal adalah Alex Stepney, sang penjaga gawang. Betapa bobroknya United semakin terlihat jelas ketika mereka baru meraih kemenangan pada bulan Maret saat memasuki paruh kedua musim.

Terus inkonsisten membuat United semakin dekat dengan degradasi. Pekan ke-41 melawan City menjadi penentu nasib mereka. Jika menang, maka United masih memiliki peluang untuk bertahan. Akan tetapi, kemenangan melawan City juga belum cukup karena United akan tetap terdegradasi jika di tempat lain Birmingham City menang melawan Norwich City. Sebelum pertandingan, United mengumpulkan poin 32, sedangkan Birmingham tiga poin lebih banyak. Perlu diketahui kalau saat itu kemenangan masih diberikan dua poin dan bukan tiga poin seperti sekarang.

Namun hingga menit ke-80, United tidak bisa membuat gol ke gawang City. Pada menit ke-82, Mike Summerbee sukses menggagalkan manuver sayap United, Willie Morgan, untuk mendekati kotak penalti City. The Cityzens mengambil alih serangan. Francis Lee bergerak ke dalam kotak penalti dan melepaskan sebuah sepakan ke arah Law. Sambil membelakangi gawang United, Law menendang dengan tumit untuk membuat Old Trafford hening sekaligus terhenyak.

Law hanya bisa terdiam. Diamnya Denis Law bukan semata-mata karena United adalah tempat dia membesarkan namanya melainkan dia tahu kalau golnya tersebut akan membuat mantan timnya tersebut terdegradasi.

“Saya jarang merasa tertekan dalam hidup saya seperti yang saya lakukan pada akhir pekan itu. 19 tahun saya memberikan segalanya yang saya miliki untuk mencetak gol, tapi saya mendapat satu gol yang tidak pernah saya harapkan untuk terjadi,” katanya.

“Saya tidak terhibur. Saya tidak ingin gol itu terjadi. Berapa lama perasaan itu bisa bertahan? Berapa lama? Jawabannya adalah lebih dari 30 tahun.”

Law hanya menunjukkan sisi profesionalnya dia sebagai pemain sepakbola yang harus mencetak gol untuk tim yang ia perkuat, entah timnya itu adalah rival mantan klubnya atau yang lainnya. Namun momen yang terjadi saat itu memang benar-benar mengecewakan dalam karier dia.

“Saya pikir, Anda seharusnya melihat orang yang senang karena mencetak gol. Namun saat itu, saya melihat orang yang tertekan justru setelah mencetak gol” kata penggawa United, Martin Buchan.

Gol tersebut membuat para pendukung United di Old Trafford menjadi liar. Mereka masuk ke dalam lapangan setelah gol tersebut. Banyaknya penonton yang hadir membuat laga sempat berhenti sejenak. Dalam benak mereka mungkin lebih baik laga dibatalkan agar bisa digelar pertandingan ulang beberapa hari berikutnya.

Suasana yang sempat kondusif kembali kacau ketika asap mulai muncul di beberapa sektor dan segelintir penonton United kembali masuk ke lapangan. Percobaan kedua ini berhasil. Laga dihentikan oleh wasit. Inilah kali pertama pertandingan sepakbola Inggris dihentikan karena kekacauan penonton.

Meski dihentikan, pihak FA menyatakan hasil laga tidak berubah. United dipastikan kalah dan terdegradasi dari divisi satu. Seandainya United menang pada saat itu, mereka juga akan tetap turun divisi karena Birmingham menang 2-1 melawan Norwich.

Lantas, apa yang terjadi dengan Law saat itu?

Sesaat setelah ia mencetak gol, Law berjalan keluar untuk diganti dengan pemain lain. Dengan langkah lesu ia meninggalkan Old Trafford dengan iringan beberapa suara yang terdengar di telinganya. Ada tepukkan tangan tanda penghormatan, ada teriakan semangat, namun ada juga yang meneriakkan “Boo” kepada dirinya.

“Para penggemar United mungkin tidak menyukai ini. Jika reaksi ini (invasi lapangan) muncul bukan karena mereka terdegradasi, maka mereka mungkin bereaksi kepada orang yang menurunkan mereka yaitu Denis Law,” kata kolumnis Daily Mirror, Franck McGhee.

Gol tumit tersebut menjadi gol terakhir bagi Law sepanjang kariernya bermain sepakbola. Meski memiliki kontrak hingga 1975, namun Law memilih untuk pensiun dari lapangan hijau.

Tidak sedikit yang menyebut kalau pensiunnya Law disebabkan karena gol yang mengirim United ke divisi dua. Meski begitu, ada juga yang menyebut kalau Law memilih untuk pensiun karena manajer anyar City, Tony Book, tidak ingin lagi memakai jasanya dan hanya akan bermain untuk tim reserves. Law jelas menolak kebijakan tersebut dan ia memilih untuk pensiun pada 26 Agustus 1974.