George Best dan Matt Busby. (Foto: These Football Times)

Kesebelasan sepakbola di seluruh dunia pasti ingin meraih kemenangan pada setiap pertandingan. Dengan meraih banyak kemenangan, maka peluang untuk menjadi juara pasti terbuka lebar.

Meski begitu, ada beberapa pelatih yang menginginkan timnya tidak sekadar meraih kemenangan. Tidak seperti Jose Mourinho yang menekankan pentingnya hasil akhir, ada beberapa pelatih yang menginginkan timnya juga bermain bagus untuk meraih kemenangan. Jika tidak mendapatkan kedua aspek tersebut, maka si pelatih akan merasa kecewa.

Johan Cruyff adalah salah satu pelatih yang selalu menekankan pentingnya bermain cantik untuk meraih kemenangan. Menurut legenda sepakbola Belanda ini hasil akhir harus berjalan seiring dengan kualitas. Mementingkan kualitas tanpa sebuah hasil yang baik maka tidak ada artinya. Begitu juga dengan hasil akhir yang tidak diiringi kualitas maka akan terasa membosankan.

Manchester United adalah tim yang kerap disebut-sebut sebagai salah satu tim yang mengusung permainan indah. Meski kenyataannya, United juga tidak jarang bermain jelek demi meraih kemenangan, namun label sebagai tim yang bermain cantik sudah tersemat kepada mereka. Hal itu bahkan sudah terjadi pada era kepelatihan Sir Matt Busby.

Situs resmi United mengunggah sebuah kisah yang menceritakan betapa kecewanya Matt Busby saat United hanya meraih kemenangan 1-0 melawan Real Madrid pada semifinal Liga Champions 1967/1968. Gol tunggal George Best saat itu dirasa belum cukup bagi Busby. Ia justru merasa kalau kemenangan 1-0 saat itu adalah sebuah kegagalan.

“Saya yakin kita yang akan ke final kalau bisa pergi ke Madrid dengan keunggulan dua gol. Fakta kalau final akan dimainkan di London (Wembley) adalah sebuah keuntungan yang luar biasa,” kata Busby.

Jika melihat pertemuan sebelumnya, maka kemarahan Busby bisa dibilang bukan sebuah hal yang wajar. Sebelum bertemu pada 1968, United asuhan Busby pernah bertemu pada semifinal kejuaraan yang sama musim 1956/1957. Namun pada pertandingan tersebut, Setan Merah kalah dengan agregat 5-3. Oleh karena itu, kemenangan 1-0 ini seharusnya cukup membanggakan bagi mereka mengingat Real Madrid adalah kesebelasan hebat di dunia.

Akan tetapi, Busby mungkin ingin menetapkan standar tinggi bagi Man United saat itu. Real Madrid boleh-boleh saja mendapat status tim hebat dan meraih enam dari tujuh musim terakhir kompetisi La Liga, namun di Eropa penampilan mereka tidak lagi superior karena hanya menang sekali sejak 1960. Kehilangan pemain-pemain hebat macam Puskas atau Alfredo Di Stefano seharusnya bisa dimanfaatkan betul oleh United pada saat itu.

“Saya ingin mencetak lebih dari satu gol. Saya pikir kami pantas mendapatkan lebih dari satu tetapi kami tidak bisa mendapatkannya hingga laga berakhir. Saya melihat kalau kami tim yang jauh lebih baik daripada mereka dan saya pikir kami akan membuktikan diri kami di Madrid,” kata Busby menambahkan.

Salah satu penggawa United yang bermain saat itu, David Sadler, juga memiliki pemahaman yang serupa dengan Busby. Ia melihat kalau timnya tidak bermain baik. Akan tetapi, ia memilih untuk melihat hasil kalau United menang 1-0 dan itu menjadi modal untuk leg kedua di Bernabeu nanti.

“Saya tidak merasa kalau tim ini bermain bagus, tapi kami dapat gol dari George Best. Jadi, kami bisa datang ke leg kedua dengan membawa sesuatu untuk dipertahankan,” tuturnya.

Harian Daily Mirror saat itu membuat judul yang cukup nyelekit untuk membahas United yang hanya menang 1-0. Mereka menuliskan kalau hasil itu adalah sebuah tragedi yang membuat United akan menghadapi tugas berat ketika bertandang ke Bernabeu. Semua disebabkan oleh kegagalan para pemain United menyelesaikan peluang.

Ketakutan Matt Busby kepada timnya terbukti ketika pada leg kedua United kesusahan menghadapi Real Madrid. Pada 45 menit pertama di leg kedua, United tertinggal 3-1. Hanya butuh 10 menit bagi Madrid untuk mencetak dua gol yang masing-masing dicetak oleh Pirri dan Francisco Gento Lopez. Sempat memperkecil kedudukan berkat gol bunuh diri Ignacio Zoco, namun Madrid kembali memperlebar jarak melalui gol Amancio Amaro.

Beruntung, United melakukan comeback pada 20 menit terakhir babak kedua. David Sadler dan Bill Foulkes membuat laga berakhir dengan skor 3-3. Agregat 4-3 sehingga United yang memastikan diri lolos ke final untuk menghadapi Benfica.

Kekecewaan Busby pada leg pertama mungkin bertambah ketika melihat timnya kesulitan mengalahkan Madrid pada leg kedua. Akan tetapi, kekecewaan tersebut sudah pasti terhapus dengan keberhasilan mereka mengalahkan Benfica 4-1 pada laga puncak.