You told us to come back when we’ve won 18. We are back.

Kalimat tersebut merupakan sindiran dari pendukung United kepada para suporter Liverpool ketika mereka bertandang ke Anfield pada 25 Oktober 2009. Kalimat yang berarti ‘Anda bilang kepada kami untuk kembali ketika kami memiliki 18 gelar. Kami kembali’ tercetak dalam sebuah banner yang mereka bawa ke dalam stadion.

Selain itu, kalimat tersebut juga merupakan jawaban dari perlakuan suporter Liverpool kepada mereka 15 tahun yang lalu. Pada Januari 1994, ada spanduk yang berbunyi ‘Selamat tinggal Cantona dan Man United. Datang lagi ketika kalian memiliki 18 gelar’ saat United gagal menang dari The Reds meski sempat unggul 3-0 terlebih dahulu di stadion Anfield.

Munculnya sindiran tersebut tidak lepas dari keberhasilan United menjuarai titel Liga Inggris ke-18 atau ke-11 dalam era Premier League pada musim 2008/2009. Titel itu membuat United dan Liverpool bersanding sebagai yang terbaik di seluruh Inggris. Tidak ada lagi penguasa tunggal sebelum United akhirnya benar-benar menjatuhkan Liverpool dari kursi kehormatannya dua tahun kemudian.

Musim ini bisa dibilang menjadi salah satu musim terbaik bagi United karena mereka mengalahkan langsung Liverpool dalam perburuan gelar juara. United finis dengan nilai 90 poin, berselisih empat angka dari Liverpool yang berada di bawahnya.

Liverpool sebenarnya jauh lebih baik dibanding United pada awal kompetisi. Mereka tidak terkalahkan hingga pekan ke-10. Bahkan sejak 1 Desember 2008 hingga 19 Januari 2009, mereka menjadi pemimpin klasemen sementara dan unggul tujuh poin dari mereka. Bandingkan dengan United yang sempat berada pada peringkat 15 karena hanya mengumpulkan lima poin dari empat laga awal.

Namun, start mulus ternyata tidak menjamin sebuah kesebelasan bisa menjadi juara pada akhir musim. Liverpool mulai goyah ketika memasuki Februari. Begitu juga dengan Chelsea. Sempat menggila pada awal musim, The Blues keteteran di pertengahan kompetisi yang membuat manajer mereka saat itu, Luiz Felipe Scolari, dipecat dari jabatannya.

Inilah yang kemudian berhasil dimanfaatkan oleh United untuk terus menempel kedua rivalnya tersebut dan kemudian sukses mengambil alih pimpinan klasemen sementara. Sejak kalah dari Arsenal pada 8 November 2008, United meraih 44 dari 48 poin yang tersedia dalam 16 pertandingan berikutnya. Gol tunggal Dimitar Berbatov pada menit terakhir ke gawang Bolton mengangkat United untuk pertama kalinya ke puncak klasemen pada 17 Januari 2009. Sejak saat itu, posisi mereka tidak tergoyahkan hingga akhir musim.

Liverpool sendiri sebenarnya punya catatan kekalahan yang lebih baik dari United pada musim tersebut. Sepanjang musim, Liverpool hanya menderita dua kekalahan. Di sisi lain, United punya empat. Namun yang membuat mereka gagal menjadi juara adalah kebiasaan mereka mendapat hasil seri yang mencapai 12 kali sedangkan United hanya enam. Seperti yang sudah diutarakan oleh penulis, seri memang memuat Anda tetap mendapat satu poin, namun kenyataannya Anda menghilangkan dua poin.

Titel ke-18 United ini seperti perwujudan dari kutipan legendaris Sir Alex Ferguson yang berbunyi ‘Attack wins you games, Defence wins you title’. Lini belakang benar-benar menjadi kunci dari keberhasilan United saat itu. Mereka tampil solid. Edwin van der Sar tertolong dengan kehadiran kuartet Gary Neville, Rio Ferdinand, Nemanja Vidic, dan Patrice Evra. Serta pemain pelapis yang juga saling melengkapi seperti Jonny Evans, Rafael, Wes Brown, dan John O’Shea.

Berkat mereka, United berhasil mengumpulkan 23 clean sheets dengan 21 diantaranya dibuat atas nama Van der Sar. Penjaga gawang Belanda ini berhasil meraih Sarung Tangan Emas pada akhir musim. 11 clean sheets United saat itu dibuat secara beruntun yang membuat mereka menjadi tim dengan rekor tidak kebobolan terlama yaitu 1.311 menit yang dibuat sejak laga melawan Stoke City pada 15 November 2008 hinga pertandingan melawan West Bromwich Albion pada 27 Januari 2009. Gelar semakin lengkap dengan terpilihnya Nemanja Vidic sebagai pemain terbaik Premier League 2008/2009.

“Sangat membanggakan bisa membuat rekor tersebut karena struktur pertahanan kami terus berubah-ubah. Tidak hanya bek sayap, melainkan juga bek tengah. Rafael dan Jonny Evans tidak mengecewakan meski berusia muda. Bermain dalam laga sekeras Premier League menunjukkan kualitas mereka. Manajer percaya kepaada mereka dan mereka membuktikan kepercayaan itu,” kata Rio Ferdinand.

Solidnya lini belakang membuat United tinggal memiliki tugas untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya ke gawang lawan. Beruntung United punya kuartet maut dalam diri Ronaldo, Berbatov, Tevez, dan Rooney yang total menyumbang 75 dari total 119. Berbatov saat itu datang dengan banderol termahal sepanjang sejarah klub dan bermain cukup apik dengan 14 gol pada musim pertama.

Meski tidak tergoyahkan dari puncak sejak Januari, namun United sempat ketar-ketir ketika dua kali mengalami kekalahan beruntun dari Liverpool dan Fulham pada pertengahan Maret 2009. Hasil itu membuat jarak United dengan Liverpool terpaut satu poin saja dan penggemar Liverpool merasa kalau momentum sudah ada di tangan mereka kembali. Di sisi lain, ketegangan menyelimuti United hingga pertandingan melawan Aston Villa dua pekan setelah kekalahan di Fulham.

United benar-benar dinaungi dewi fortuna saat itu. Kehilangan Rooney karena akumulasi kartu dan hanya mengandalkan Ronaldo, mereka tetap menang 3-2 berkat kehadiran pemuda bernama Federico Macheda yang membuat gol cantik untuk membuat United bertahan di puncak. Sejak kemenangan itu, United tampak percaya diri kalau mereka yang akan merebut gelar juara. Delapan kemenangan diraih dari sembilan laga tersisa. Satu diantaranya adalah comeback di Old Trafford pada laga melawan Tottenham Hotspur. Puncaknya adalah laga melawan Arsenal yang memastikan diri mereka mengangkat piala ke-18 kalinya.

“Kami menunjukkan kedewasaan dalam menghadapi situasi yang ada. Kami punya skuat yang bagus. Itu faktor terpenting dari keberhasilan ini. Skuat yang meraih gelar,” kata Sir Alex Ferguson.

Selain mendapat trofi Premier League, United meraih tiga piala lain sepanjang musim tersebut. Mereka menjuarai Community Shield setelah mengalahkan Portsmouth, menang adu penalti melawan Tottenham Hotspur pada Piala Carling, dan menang 1-0 melawan LDU Quito pada Piala Dunia Antarklub.

Sayangnya, United juga kehilangan tiga gelar lain yaitu Piala FA, Piala Super Eropa, dan Liga Champions. Everton menjadi sandungan mereka pada babak semifinal. Yang lebih menyesakkan bagi Fergie, mereka kalah adu penalti. United juga belum bisa mendapat Piala Super Eropa kedua karena kalah dari Zenit Saint Petersburg. Musim 2008/2009 yang seharusnya bisa ditutup dengan lima gelar tidak bisa terealisasi karena United kalah dari Barcelona pada final Liga Champions di stadion Olimpico.

“Saat menampilkan performa terbaik musim ini, kami selalu bertahan dengan baik. Namun melawan Barcelona, pertahanan kami berantakan. Gol pertama tidak menolong dan membuat mereka memiliki kesempatan menguasai bola. Alasan utama kami kalah adalah kami tidak bisa menguasai bola. Yang menjadi kendala kami bukan Lionel Messi melainkan Andres Iniesta dan Xavi. Kedua pemain ini bisa menguasai bola semalaman,” kata Fergie menyesali kekalahannya melawan Barca.