Old Trafford akan kedatangan tamu spesial pada babak ketiga Piala Liga musim 2019/20. Undian mempertemukan mereka dengan kesebelasan yang sama-sama berasal dari Greater Manchester yaitu Rochdale. Kesebelasan berjuluk The Dale ini sekarang berkompetisi di League One dan untuk sementara menempati peringkat ke-17 klasemen sementara.
Rochdale menjadi lawan yang spesial bagi United. Hal ini tidak lepas dari jarangnya kedua kesebelasan bertemu karena perbedaan divisi. Butuh 33 tahun bagi keduanya untuk bisa berjumpa pada ajang resmi.
Pertandingan pertama sekaligus satu-satunya yang mempertemukan United dengan Rochdale terjadi pada 9 Januari 1986. Saat itu, kedua kesebelasan bertemu pada babak ketiga Piala FA. United datang ke kompetisi tersebut dengan status sebagai juara bertahan setelah musim sebelumnya, mereka menggagalkan ambisi Everton untuk meraih double winners.
United saat itu adalah kesebelasan yang bermain di Divisi Satu, sedangkan Rochdale masih berkutat di Divisi Empat. Setan Merah datang dengan penuh percaya diri. Hal ini disebabkan status mereka sebagai pemuncak klasemen Divisi Satu. Saat itu, United dijagokan untuk mengakhiri puasa gelar liga yang sudah berlangsung sejak 1967. Dalam rentang Agustus hingga awal Januari 1986, mereka masih bertahan di puncak klasemen sementara dan sempat tidak terkalahkan dalam 15 pertandingan awal.
Namun jelang bertemu Rochdale, United saat itu sedang dalam fase yang mengkhawatirkan. Sejak 9 November 1985, mereka hanya meraih tiga kemenangan dari 9 pertandingan dengan empat diantaranya menderita kekalahan. Keunggulan 10 poin United saat itu mulai terancam oleh para pesaingnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak mengurangi peluang Mark Hughes dan rekan setimnya untuk mengalahkan tim selemah Rochdale.
Atkinson saat itu menurunkan beberapa pemain utama yang dikombinasikan dengan beberapa pemain cadangan. Tidak ada nama penjaga gawang utama, Gary Bailey dan bek tengah Paul McGrath. Dua posisi itu keeudian diisi oleh Chris Turner dan Mark Higgins. Untuk lini tengah Atkinson mengistirahatkan Jesper Olsen dan memasang Gordon Strachan dan Clayton Blackmore, sementara sisi flank diisi oleh Arthur Albiston dan Norman Whiteshide.
Untuk pemain depan, Atkinson memasang Mark Hughes dan Frank Stapleton. Dua pemain ini adalah mesin gol utama saat itu. Khusus bagi Hughes, penyerang berjuluk Sparky ini saat itu sedang menjadi idola baru Manchester Merah karena tampil begitu subur dan baru menjalani musim penuh keduanya setelah lulus dari akademi.
Laga yang dihadiri 40 ribu penonton ini berakhir dengan kemenangan United 2-0. Duet striker Hughes dan Stapleton menjadi pahlawan berkat gol-golnya. Mereka berhasil melangkah menuju babak keempat untuk menghadapi Sunderland.
Namun United tidak bisa mempertahankan gelar Piala FA mereka pada akhir musim. Setelah menyingkirkan The Black Cats melalui partai ulangan, langkah United terhenti oleh West Ham United. Bermain sebagai tamu, United hanya mampu meraih hasil imbang 1-1 sehingga laga replay harus dimainkan di Teater Impian. Naas, United justru kalah 0-2.
Tersingkirnya United dari Piala FA saat itu mempengaruhi langkah mereka pada kompetisi divisi utama. United yang sebelumnya konsisten meraih kemenangan, justru hanya meraih empat kemenangan dari 12 laga berikutnya. Hasil ini membuat United harus mengakhiri musim sekali lagi dengan tanpa gelar.
Mereka hanya finis pada posisi keempat dalam klasemen liga. Tertinggal delapan poin dari West Ham United (lagi-lagi West Ham) yang berada di atas mereka. Gelar divisi satu saat itu diraih oleh Liverpool yang juga meraih gelar Piala FA setelah di final mengalahkan Everton 3-1.