Manchester United. Foto: Football Bloody Hell

Sulit untuk membantah kalau Manchester United adalah salah satu kesebelasan terbesar di dunia. Memiliki status sebagai raja Inggris, menjadi tim Inggris pertama yang bisa meraih tiga gelar, salah satu klub terkaya di dunia, dan memiliki basis penggemar terbesar di seluruh dunia, adalah bukti betapa besarnya klub ini. Bahkan ketika prestasi tertinggi sulit diraih dalam beberapa tahun terakhir, label sebagai ‘klub besar’ masih tetap menempel di nama mereka.

Besarnya nama Manchester United mungkin tidak akan muncul tanpa hadirnya sekelompok pekerja lintasan kereta api di Lanchasire dan Yorkshire yang hobi bermain sepakbola. Mereka-mereka ini ingin menggeluti sepakbola lebih serius lagi. Kemudian mereka membuat sebuah kesebelasan yang diberi nama Newton Heath LYR Football Club.

Selain ingin membuat klub sepakbola, tujuan hadirnya Newton Heath juga sangat mulia. Mereka ingin para karyawannya ini menjauhi aktivitas minum-minuman beralkohol secara berlebihan sepulang jam kerja dan pada hari libur. Jadi, ketimbang mabuk kan lebih baik tenaganya dipakai untuk main bola, bukan?

Berwarna hijau-emas, bermain di North-Road yang dekat dengan stasiun Piccadilly Manchester sebelum pindah ke Bank Street, menjadi ciri khas klub ini pada saat itu. Mereka biasanya bermain dalam turnamen yang isinya sesama pekerja kereta api dari perusahaan lain.

Jika saat ini United begitu kaya, maka saat masih bernama Newton Heath, klub ini susahnya bukan main. Bayangkan saja nih, untuk ganti pakaian saja mereka harus numpang di rumah-rumah warga yang jaraknya bisa 800 meter. Belum lagi kalau setelah pertandingan, baju mereka penuh lumpur. Sebelum pulang, mungkin para pemain akan berterima kasih sekaligus mohon maaf yang sebesar-besarnya karena meninggalkan sisa-sisa lumpur di rumah yang mereka pinjam. Karena tidak mau merepotkan, klub memutuskan untuk menyewa sebuah toilet di Hotel Shears agar tidak lagi merepotkan penduduk sekitar.

Kekurangan yang dimiliki Newton Heath tersebut ternyata tidak memengaruhi performa mereka di lapangan. Klub ini sangat populer karena mereka sangat sulit untuk dikalahkan lawan-lawannya terutama pada ajang-ajang regional seperti Lanchasire Cup atau Manchester Cup. Popularitas mereka melesat hingga sukses membuat orang sekitar tempat tersebut menonton sepakbola alih-alih kriket atau rugby yang sebelumnya sudah hadir lebih dulu.

Sayangnya, para pemain Newton Heath belum siap untuk ikut liga Inggris yang sudah dibentuk pada 1888. Mereka merasa kekuatan yang mereka miliki belum cukup untuk diuji secara nasional.

Yang menarik, ketika rasa percaya diri Newton Heath mulai tumbuh, lamaran mereka untuk ikut liga justru ditolak. Tidak tanggung-tanggung, tiga kali lamaran mereka ditolak. Mereka yang ditolak ini kemudian membuat liga tandingan bernama Football Combination yang kemudian berganti menjadi Football Alliance karena Football Combination tidak berjalan sesuai harapan.

Meski liga yang mereka ikuti bukan liga profesional yang resmi, namun Newton Heath sudah berpartisipasi pada ajang Piala FA. Mereka saat itu membuat sensasi ketika pada 1889, Newton Heath mencetak gol ke gawang Preston North End. Saat itu, Preston adalah tim terhebat di Inggris yang kekuatannya sudah teruji secara nasional.

Pada 1892, Newton Heath boleh bermain di Liga Inggris. Akan tetapi, disinilah keraguan para pemain mereka saat enggan masuk Liga Inggris terbukti. Alih-alih menunjukkan kehebatan mereka saat masih bermain di kawasan lokal, klub ini berantakan ketika mendapat ujian dari klub-klub Inggris lainnya. Mereka hanya mendapat enam kemenangan dan enam seri, 18 poin (kemenangan bernilai dua poin saat itu), kebobolan 85 kali, dan hanya finis pada urutan 16.

Musim berikutnya, United justru terdegradasi. Hanya mengumpulkan 14 poin, United kemudian harus bertanding melawan Liverpool dalam duel play off. United kalah dan akhirnya mereka terdegradasi untuk pertama kalinya.

Kepercayaan diri mereka runtuh. Banyak dari para pemainnya yang mulai malas berlatih. Mereka putus asa yang membuat moral tim menurun secara drastis. Pada era-era ini Newton Heath berganti warna menjadi putih-biru dan julukan mereka berganti menjadi The Knickers.

Masalah tidak hanya berhenti sampai di situ. Perusahaan yang menaungi mereka saat itu memilih untuk pindah lokasi yang membuat Newton Heath tidak lagi mendapat dana subsidi. Inilah yang membuat mereka menjadi kolaps dan banyak utang. Sekretaris klub saat itu, Alf Albut, melakukan beberapa cara untuk mengurangi utang seperti membuat social centre di stadion mereka, atau menyiapkan ruangan khusus untuk Manchester Evening News di markas mereka, Bank Street. Akan tetapi, utang tidak kunjung lunas. Bahkan Albut harus mundur dan posisinya diganti James West.

Diselamatkan Seekor Anjing

United nyaris dijual karena punya utang sebesar 2.670 paun. Saat ini, jumlah segitu kecil nilainya di sepakbola. Namun pada saat itu, jumlahnya tergolong besar. Jika tidak bisa melunasi utang tersebut, otoritas Liga Inggris akan mengeluarkan mereka dari kompetisi.

Sebuah pertemuan khusus dilakukan oleh kapten mereka, Harry Stafford pada 18 Maret 1902. Ia pasang badan dengan mengajak beberapa investor untuk menaruh uangnya sebesar 200 paun untuk membantu Newton Heath. Sayangnya, mereka kesulitan karena klub ini juga butuh uang untuk melakukan pembiayaan operasional.

Mereka akhirnya mengadakan sebuah bazar dan Harry mengajak anjingnya bernama major untuk berkeliling di kerumunan pendatang sambil membawa kantung berisi uang di lehernya. Apes bagi Harry karena anjingnya justru menghilang di tengah acara.

Anjing tersebut akhirnya ditemukan oleh seorang pengusaha anggur bernama John Henry Davies. Orang kaya ini terkesima dengan anjing milik Stafford yang gagah dan terawatt itu. Ia ingin membeli anjing tersebut dari Harry sebagai hadiah ulang tahun untuk putrinya.

Harry enggan untuk melepas anjingnya tersebut. Davies terus membujuk agar anjingya tersebut bisa ia beli secara sah. Melihat ada peluang bagus, Harry bersedia menjual anjingnya kepada Davies apabila si pengusaha mau menyuntikkan dana segar untuk kelangsungan Newton Heath. Davies dan Harry akhirnya setuju dengan kesepakatan tersebut.

Davies yang tadinya ingin membeli Newton Heath sendirian, justru mengajak empat rekannya lagi untuk bergabung bersamanya. Masing-masing dari mereka memberi dana 500 paun. Pada akhirnya, Davies mengambil alih kepemilikan Newton Heath dan empat rekannya tadi masuk dalam jajaran direksi klub. Newton Heath selamat hanya 11 jam dari jadwal mereka menuju pengusiran.

Atas jasanya tersebut, John Henry Davies diangkat sebagai presiden baru klub. Kebijakan pertama yang dia ambil adalah mengubah warna dari hijau-emas menjadi merah-putih. Selain itu, ia juga ingin mengubah nama klub. Ia menginginkan ada nama Manchester di depannya. Tinggal mencari nama belakangnya. Saat itu dua calon kuat untuk nama baru klub adalah Manchester Central dan Manchester Celtic.

Sulit untuk menemukan mana nama yang tepat sebagai era baru klub ini. Tiba-tiba munculah Louis Rocca, salah satu pegawai di dalam klub yang mengusulkan nama United di belakang kata Manchester. Ia beralasan kalau Manchester Celtic dianggap terlalu lekat dengan Skotlandia, dan Manchester Central terkesan seperti klub industri.

Setelah diskusi yang memakan banyak waktu, usul Rocca akhirnya disetujui dan pada 24 April 1902, Newton Heath berganti nama menjadi Manchester United. Bab baru yang berisi sejarah-sejarah baru mulai dibuka.

***

Catatan: Tidak ada bukti otentik kalau Rocca yang mengusulkan nama United, namun pada sisa hidupnya Rocca pernah menyebut kalau pemilihan nama United adalah gagasannya. Selain itu, banyak sumber yang mengklaim kalau Manchester United lahir pada 26 April 1902. Akan tetapi, harian Manchester Evening Chronicle memberitakan lahirnya United pada 25 April yang menyatakan kalau pengubahan nama tersebut terjadi pada 24 April.