Angkatan Class of ’92 dikenal sebagai salah satu generasi paling sukses dari tim akademi Manchester United. Mereka mengisi skuat utama tim Setan Merah sejak periode pertengahan 1990-an hingga 2000-an. Bahkan beberapa di antaranya sampai era 2010-an.

Sejumlah trofi bergengsi pun berhasil mereka menangkan dalam salah satu sejarah kesuksesan United di era manajer legendaris Sir Alex Ferguson; termasuk meraih treble winners 1998/1999. Generasi ini lebih dikenal karena tujuh sosok pemain, yakni Ryan Giggs, Paul Scholes, David Beckham, Gary Neville, Phil Neville, serta Nicky Butt.

Selain Giggs dan Gary, Scholes pun termasuk pula salah satu pemain yang menghabiskan kariernya hanya bersama United. Dia bertahan selama 20 tahun, sebelum benar-benar ‘gantung’ sepatu di akhir musim 2012/2013. Scholes sempat mengumumkan pensiun pada Mei 2011. Namun kembali bermain pada awal Januari 2012 karena The Red Devils membutuhkan tenaganya setelah dirundung masalah cedera sejumlah pemain. Selama periode tersebut, dia pun memainkan 718 pertandingan di semua ajang bersama United, dengan koleksi mencapai 155 gol.

Sebanyak 499 pertandingan di antaranya dimainkan Scholes di liga domestik, di mana dia berhasil menyarangkan 107 gol; meskipun bermain sebagai gelandang murni. Pemain kelahiran Pendleton, Salford, Inggris, 16 November 1974 ini pun mampu mempersembahkan hingga 25 trofi bagi United; termasuk dua trofi Liga Champions yang dimenangkan musim 2007/2008 setelah treble winners 1998/1999 dan 11 trofi Premier League. Namun siapa sangka, sepanjang kariernya yang selalu setia bersama tim Setan Merah tersebut, ternyata Scholes pernah hampir meninggalkan Old Trafford.

Peristiwa tersebut terjadi ketika Scholes menyatakan ingin bermain lagi, setelah sempat pensiun pada akhir musim 2010/2011. Ketika itu, sebenarnya bukan hanya United saja yang membutuhkan tenaganya, karena sejumlah pemain tengah mengalami masalah cedera. Scholes pun rupanya saat itu juga tiba-tiba ingin kembali bermain, setelah enam bulan merasakan masa-masa pensiun.

“Saya pensiun pada saat yang salah. Ferguson sempat membujuk saya untuk tetap bermain, tetapi saya menolaknya saat itu,” ungkap Scholes belum lama ini, seperti dilansir Manchester Evening News.

“Tapi ketika periode Natal, saya melihat United menderita karena tidak punya gelandang bertahan. Saya pun langsung berbicara dengan asisten manajer [saat itu], Mike Phelan, untuk membantu tim. Dan dia mengatakan itu ide yang hebat,” lanjut pemain yang dulu mengenakan jersey bernomor punggung ’18’ itu.

Selain itu, Scholes juga sempat membicarakan rencananya tersebut dengan salah seorang sahabatnya, Gary. Akhirnya, setelah merasa yakin barulah dia mendatangi Ferguson, dan mengutarakan niat kembali bermain dan membantu United di pertengahan musim 2011/2012 itu.

Sejak pagi hari, Scholes pun sudah menunggu manajer berkebangsaan Skotlandia itu. “Jika Ferguson berkata tidak, pasti saya sudah pergi dari United. Sebab saya gatal sekali untuk bermain lagi. Namun semuanya berjalan lancar. Ferguson menjabat tangan saya dan saya pun kembali ke United,” ucap Scholes melanjutkan ceritanya.

Dia mengakui bahwa nyaris pindah ke klub lain saat itu, jika sang manajer tidak mau menerimanya lagi bermain. “Saya akan minta David Gill mengurus kontrakmu,” kata Ferguson pula saat itu, seperti diceritakan Scholes. David Gill saat itu masih menjabat CEO klub.

Namun, jauh sebelum itu, ternyata Scholes juga pernah mengalami kejadian yang tak jauh berbeda, hampir pindah ke klub lain. Adalah, klub raksasa Serie A Italia Inter Milan yang sangat tertarik pada jasa sang gelandang. Bahkan, klub berjuluk La Beneamata itu pun sampai dua kali mencoba untuk menarik Scholes.

Pertama terjadi usai Piala Eropa 2000, di mana Inter sudah menyiapkan 31 juta paun untuk memboyongnya, seperti pernah diberitakan Sky Sports. Tawaran itu bisa menjadikannya pemain termahal ketiga dunia saat itu. Namun, upaya Inter tersebut ternyata tidak menemui hasil.

Beberapa tahun kemudian, mereka kembali mencoba merayu Scholes. “Kami berusaha sangat keras untuk mengontrak Scholes, [bahkan] kami memberikan United cek kosong. Kami bicara dengannya. Balasannya saat itu singkat dan sederhana, ‘Jika Anda ingin saya bermain untuk Anda, Anda harus membeli klub ini.’ Satu lagi, dia bahkan tidak punya agen, maka itu cukup sulit,” ungkap Presiden Inter saat itu, Massimo Moratti, seperi dikutip Sport Bible.

Kesetiaan Scholes untuk United memang benar-benar tak perlu dipertanyakan lagi. Hingga kini pun dia masih terus mengikuti perkembangan tim Setan Merah, dalam status sebagai pandit yang terkenal dengan ulasannya yang sangat tajam.