Foto (Express)

6 September 1995, dunia dikejutkan dengan aksi menarik dari seorang Rene Higuita di stadion Wembley. Pada pertandingan persahabatan antara Inggris melawan Kolombia, Rene melakukan scorpion kick untuk menghalau bola dari Jamie Redknapp yang mengarah ke gawangnya. Aksi akrobatik itu dikenal hingga sekarang. Siapa yang melakukan aksi seperti itu, maka dia akan disandingkan dengan sang penjaga gawang.

21 tahun kemudian, di Manchester, seorang berkebangsaan Armenia melakukan hal serupa. Dia bukanlah penjaga gawang melainkan adalah seorang gelandang. Oleh karena itu, ia melakukan tendangan kalajengking ke gawang lawan. Pemain itu adalah Henrikh Mkhitaryan. Ia melakukan apa yang dilakukan Higuita saat United mengalahkan Sunderland dengan skor 3-1.

Ketika itu, United unggul 2-0. Daley Blind membuka keunggulan pada babak pertama. Delapan menit sebelum pertandingan berakhir, Zlatan Ibrahimovic menggandakan keunggulan memanfaatkan asis Paul Pogba. Empat menit kemudian, Miki mencetak gol bersejarah ini memanfaatkan asis Ibrahimovic untuk mempertegas keunggulan mereka sebelum skor akhir menjadi 3-1 setelah Fabio Borini memperkecil keunggulan.

Gol itu memiliki makna yang besar bagi pria yang pernah berkarier di Ukraina ini. Ia bukanlah pemain yang diberkahi skill mumpuni untuk melakukan itu layaknya rekan setimnya, Zlatan Ibrahimovic. Apalagi, mencetak gol dengan cara seperti itu butuh timing dan posisi yang tepat. Lengah sedikit atau lebih cepat satu detik, Miki akan terlihat seperti orang konyol karena ia akan menyapu angin.

“Saya ingat Zlatan menguasai bola di sisi kanan dan dia mengopernya ke dalam kotak penalti. Jika dia meletakkan bola di depan saya, saya mungkin bisa mengontrol bola itu karena masih memiliki waktu. Sebaliknya, umpan silang itu justru jatuh ke belakangku. Saya tidak punya waktu untuk berpikir kecuali satu pilihan yaitu mencetak gol dengan backheel,” kata Miki dalam situs resmi klub.

Bagi Miki, gol itu menjadi gol ketiga yang telah ia cetak untuk Setan Merah setelah direkrut dari Borussia Dortmund pada musim panas. Paruh pertama memang berjalan sangat sulit bagi dirinya. Beberapa kali ia terpaksa harus absen karena mengalami cedera otot. Ketika cederanya mulai hilang, ia butuh waktu yang lama untuk menjalani pemulihan. Kehadirannya diragukan sebelum gol kalajengking itu membuat perannya di atas lapangan pelan-pelan mulai telihat.

Miki tahu kalau bola akhirnya masuk ke dalam gawang. Tapi dia tidak tahu gol seperti apa yang sudah ia cetak. Barulah ia sadar kalau gol yang ia buat itu adalah gol yang jarang terlihat di Old Trafford. Bobotnya mungkin tidak sebagus gol salto Rooney, namun tetap saja pendukung Setan Merah dibuat takjub berkat gol tersebut.

Gol itu sempat menjadi polemik. Dalam tayangan ulang terlihat kalau tubuh Miki sudah berada pada posisi offside. Namun, gol tetaplah gol. Kesalahan bukan karena Miki. Ia hanya menggerakan tubuhnya. Yang salah sudah pasti wasit dan asistennya yang justru mengesahkan gol tersebut. Bagi Miki, itulah gol terbaik yang pernah ia buat sepanjang karier.

“Itulah gol terbaik yang pernah saya ciptakan. Saya senang bisa mencetak gol di Old Trafford. Anda tidak bisa mencetak gol seperti itu setiap hari, setiap bulan, bahkan setiap tahun. Saya bangga dengan gol itu,” ujarnya.

“Old Trafford telah melihat semua jenis pemain luar biasa yang bermain dan trofi-trofi besar. Selain itu, banyak gol indah juga, dan gol saya adalah salah satu yang saya rindukan di stadion itu,” tuturnya menambahkan.

Anehnya, seminggu kemudian gol dengan cara seperti itu kembali terjadi. Kali ini di London dan pelakunya adalah Oliver Giroud. Ia mencetak gol dengan gaya yang sama saat Arsenal menang atas Crystal Palace. Seketika, pembicaraan tentang gol Miki pelan-pelan mulai hilang dan digantikan dengan gol Giroud yang dianggap lebih sah karena tidak berada pada posisi offside.

Gol striker Prancis itu bahkan diganjar dengan penghargaan Puskas Award pada tahun 2017. Sedangkan gol Miki tidak ada dalam nominasi sama sekali. Meski begitu, gol Miki masih dihargai dengan raihan gol terbaik Manchester United untuk musim 2016/2017. Yang menarik, Miki kemudian pindah ke Arsenal setahun kemudian.

“Ketika saya pindah ke Arsenal, kami tidak pernah membahas gol ini. Kami tidak berdiskusi dan membahas gol siapa yang lebih bagus karena kedua gol ini adalah gol yang indah di Premier League. Gol yang membuat permainan menjadi lebih indah,” ujarnya.

Sama seperti Rene Higuita, Miki mengaku tidak mau lagi mencoba mencetak gol lagi dengan cara seperti itu. Alasannya sederhana, karena hal itu sulit untuk diulang dua kali. Apa yang terjadi di Old Trafford Desember 2016 lalu murni sebuah kebetulan. Bukan karena skill atau kemampuan yang dipelajari bertahun-tahun.

“Saya tidak pernah mencoba mencetak gol kalajengking lagi sejak saat itu, bahkan dalam latihan. Belum sama sekali. Saya berharap beberapa tahun ke depan saya memiliki kesempatan untuk mencetak gol itu lagi. Jika ada kesempatan itu, maka itu menjadi sesuatu yang luar biasa. Jika tidak, maka saya akan santai saja karena setidaknya saya pernah mencetak satu gol yang seperti itu,” tuturnya.

Karier Miki hanya berlangsung singkat bagi United yaitu 18 bulan. Namun, setidaknya Miki memberikan banyak kenangan baik selama masih berseragam United. Selain kontribusi besarnya dalam trofi Europa League, gol kalajengkingnya ke gawang Sunderland jelas tidak akan terlupakan.