Kenyataan pahit harus diterima Manchester United. Tumit Denis Law, ditambah kemenangan Birmingham City atas Norwich, mengirim mereka ke divisi dua untuk pertama kalinya sejak 1938. Meski begitu, para penggemar United tidak mau membebankan kesalahan kepada mantan legenda mereka. Bagi mereka, Setan Merah saat itu terdegradasi karena performa buruk mereka sepanjang musim.

Tommy Docherty (manajer United) memiliki tugas yang teramat berat pada musim penuh keduanya. Ia dituntut untuk membuat United hanya semusim saja bermain di divisi kedua. “Klub ini seharusnya berada di divisi satu. Pastika kamu membawa klub ini kembali ke tempat yang seharusnya,” kata Matt Busby yang menjabat sebagai direktur tim.

Sayangnya, isi skuat United tidak sekuat dulu. Bobby Charlton sudah pensiun, Law hengkang, kontrak Best tidak dilanjutkan dan ia memilih bermain untuk Dunstable Town. Selain trinitas, Brian Kidd dan Jimmy Rimmer dilego ke Arsenal, George Graham dilepas ke Portsmouth. United hanya memiliki pemain-pemain muda saja yang bisa dipakai oleh Docherty. Untuk menambah kekuatan, United hanya menambah satu pemain saja yaitu Stuart Pearson yang direkrut dari Hull City.

Para pemain boleh datang dan pergi. Tapi tidak dengan para pendukung. Meski harus bertanding di divisi dua, para pendukung United tetap setia mendukung. Sebaliknya, mereka justru mendapat pengalaman baru dengan mengunjungi stadion-stadion kecil yang sebelumnya tidak pernah mereka singgahi.

Sayangnya dukungan mereka terkadang kerap berlebihan. Saat memainkan pertandingan pertama melawan Leyton Orient di Brisbane Road, tribun yang ditempati United harus dikawal oleh pihak kepolisian karena banyak penonton tidak bertiket mencoba masuk. Selain itu, mereka takut akan adanya invasi yang dilakukan pendukung United seperti saat mereka terdegradasi. Alasan ini pula yang membuat Old Trafford dipasang pagar pembatas yang dilengkapi kawat berduri. “Saat kami bersiap melawan Sunderland, ada 60 ribu orang yang mencoba berdesakan ingin masuk ke stadion,” tutur Sammy Mcllroy.

United memulai petualangannya di divisi dua dengan sangat baik. Tujuh dari 10 pertandingan pertama mereka berhasil ditutup dengan kemenangan yang diikuti dua hasil imbang dan satu kekalahan melawan Norwich City. “Entah kenapa kami justru bermain lebih bagus di divisi kedua,” tutur Willie Morgan, pencetak gol pertama United di divisi kedua.

United yang kesulitan mencetak gol di divisi satu, justru menjadi lebih mudah menemukan gawang lawan ketika tampil di divisi dua. Gerry Daly hanya butuh tujuh laga saja untuk mencetak enam gol sekaligus menyamai torehan top skor United musim lalu Sammy Mcllroy.

Kedatangan Stuart Pearson benar-benar memberi pengaruh yang signifikan dalam perjalanan United. Tidak sia-sia klub mengeluarkan dana 200 ribu paun untuk merekrutnya. Torehan 18 gol dari 36 pertandingan di semua kompetisi, menjadikan namanya sebagai top skor klub bersama Lou Macari.

Skuat muda United (rata-rata usia 22 tahun) sempat goyah ketika memasuki awal tahun. Mereka hanya memenangi dua dari 10 laga saja di awal tahun. United juga tersingkir dari Walsall di Piala FA dan Norwich City di Piala Liga. Kemenangan melawan Cardiff pada awal Maret menjadi titik balik kebangkitan Setan Merah.

Kebangkitan United juga disebabkan keputusan jenius Docherty yang merekrut Steve Coppell. Mereka benar-benar beruntung bisa mendapatkan Coppell. Tranmere Rovers, klubnya saat itu, lebih menginginkan Coppell direkrut oleh Liverpool sebelum The Reds menolak. Dana 40 ribu paun diberikan United kepada Tranmere untuk mendapatkan pemain yang di sela-sela kesibukannya bertanding di Liga Inggris, masih menyempatkan diri untuk kuliah.

Sejak laga melawan Cardiff, penampilan United tidak bisa dibendung para lawannya. 11 pertandingan sisa dilalui tanpa satu kalipun kekalahan. Puncaknya adalah ketika United mengalahkan Southampton 1-0 di The Dell. Gol tunggal Daly memastikan Setan Merah kembali naik ke divisi satu.

Hasil imbang 2-2 melawan Notts County pada 19 April mengesahkan United sebagai juara divisi dua yang diikuti dengan masuknya para pendukung ke dalam lapangan. Ketika United menutup musim dengan kemenangan 4-0 melawan Blackpool di Old Trafford, para penonton kembali masuk ke lapangan. Kali ini dengan raut wajah penuh kegembiraan.

“Benar-benar fantastis. Ini semua karena kami berlatih bola sepanjang waktu dan kami adalah sekelompok pemuda yang hebat. Kami memainkan sepakbola luar biasa dan kami menunjukkan kalau kami tidak takut siapapun,” ujar Mcllroy.