Foto: Eurosport

Di tengah hijaunya rumput Etihad Stadium, Gary Neville dan Paul Scholes bertukar pandang. Kehangatan mereka siang itu dilengkapi dengan ciuman dari sang kapten kepadanya. Momen ini merupakan salah satu pemandangan unik yang pernah terjadi sepanjang sejarah Derby Manchester.

Manchester United sedang tertinggal empat poin dari Chelsea dalam perburuan gelar juara Premier League musim 2009/2010. Salah satu cara untuk membuka peluang mereka meraih gelar saat itu adalah dengan mengalahkan Manchester City di kandangnya. Peluang tersebut terbuka cukup lebar karena di White Hart Lane, Chelsea kalah 2-1 dari Tottenham Hotspur.

Namun City saat itu sudah berbeda dibanding musim sebelumnya. Mereka sudah memasuki era kepemimpinan Sheikh Mansour dan memiliki pemain-pemain berkualitas seperti Emanuele Adebayor, Craig Bellamy, Nigel De Jong, dan mantan pemain United, Carlos Tevez.

Pertandingan tersebut dimenangkan oleh United dengan skor 1-0 melalui tandukan Paul Scholes memanfaatkan umpan silang Patrice Evra pada menit terakhir. Setan Merah sukses memperpendek jarak dengan The Blues menjadi satu poin.

Namun sorotan penikmat sepakbola saat itu sedikit teralihkan dengan apa yang terjadi sesaat setelah Scholes mencetak gol. Setelah Gary Neville memeluk rekan setimnya tersebut, secara tiba-tiba ia memberikan sebuah ciuman ke bibir Scholes. Tentu saja hal tersebut sangat mengejutkan karena biasanya seorang pesepakbola akan memberikan ciuman di kening atau di pipi. Namun jarang yang melakukannya di bibir.

Selepas kejadian tersebut, banyak yang bertanya-tanya apakah Gary dan juga Paul Scholes adalah penyuka sesama jenis. Pertanyaan tersebut terasa sangat wajar karena baik Gary dan Paul saat itu sudah memiliki pasangan dan telah memiliki anak. Namun, Gary kemudian mengungkapkan kalau ia tidak bisa mengontrol emosinya karena baru mengalahkan rival sekota mereka.

“Melawan Manchester City dan Liverpool, saya tidak bisa untuk mengontrol emosi saya. Jika kami mencetak gol di menit-menit akhir, kami akan melakukan hal-hal yang bodoh seperti mencium Scholes. Teman-teman saya juga mengatakan kalau mereka akan melakukan hal yang sama persis jika mereka bisa mendapatkan kemenangan seperti itu,” tutur Gary.

Reaksi Scholes saat itu juga biasa saja. Ia punya pendapat serupa dengan Gary kalau sebuah kesebelasan meraih poin penuh pada menit-menit akhir pertandingan, maka perayaan apa pun sah-sah saja untuk dilakukan. “Ciuman di bibir dari Nev (Neville) layak dilakukan kapan saja jika menang menghadapi tim seperti Manchester City,” tuturnya.

Sepanjang kariernya membela Setan Merah, Gary sempat melakukan beberapa perayaan gol yang kontroversial. Pada musim 2005/2006, ia mendapat denda 10 ribu paun karena melakukan perayaang gol yang berlebihan ketika Manchester United mengalahkan Liverpool 1-0. Ketika itu, ia mengangka lambang United secara berapi-api di depan para pendukung Si Merah.

Selain Giggs dan Scholes, tercatat ada beberapa pesepakbola yang pernah merayakan gol dengan ciuman di bibir. Legenda sepakbola dunia, Diego Maradona, juga pernah melakukannya. Pada tahun 1995, ia berjanji akan memberikan ciuman kepada Claudio Caniggia jika ia sukses mencetak gol. Bahkan istri Caniggia saat itu cemburu dengan apa yang dilakukan Maradona kepada suaminya tersebut. Selain itu, Steven Gerrard dan Xabi Alonso pernah melakukannya ketika mereka sukses membawa Liverpool juara Liga Champions 2004/2005. Mereka bahkan belum menikah saat itu.

Sayangnya, ciuman Neville kepada Scholes tidak menghasilkan gelar juara bagi United. Di sisa tiga pertandingan, Chelsea menyapu bersih dengan kemenangan sehingga jarak satu poin tidak bisa dikejar hingga akhir musim yang membuat musim 2009/10 menjadi musim yang ingin dilupakan oleh United. Namun bagi Scholes, ciuman Gary Neville kepada dirinya tentu tidak bisa ia lupakan.

Foto: Daily Star