Penampilan impresif milik Manchester United justru harus sirna karena berbagai hal yang terjadi, setelah status tak terkalahkan sempat menyemat pasukan Old Trafford.

Ketangguhan tim yang mulai luntur

Ada beberapa alasan yang menyebabkan hal impresif Manchester United melesat hilang. Mungkin, salah satu penyebab utamanya adalah terjadi pada pertengahan Oktober, saat sang kapten Bryan Robson cedera. Pada saat itu, hal buruk lain terjadi karena pemain pengganti Robson, Remi Moses, juga mengalami cedera. Sebagai pemain tengah, cedera Robson dan penggantinya itu menyebabkan United kehilangan sosok yang memiliki kemampuan untuk ‘melecehkan’ tim lawan.

Bentuk tim The Red Devils terlihat mengkhawatirkan. Mereka lalu kalah dalam pertandingan pertama paruh musim dengan skor 0-1 di Sheffield Wednesday. Dan setelah mengakhiri laga dengan hasil imbang 0-0 kala melawan Tottenham, United dipukul habis Leicester dengan skor 3-0. “Kami kehilangan bentuk dan kekuatan kami,” tutur salah satu pemain United, Kevin Moran.

Alkohol pembawa petaka

Ketika klub rival abadi dari Merseyside, Liverpool, akhirnya bisa merombak kedigdayaan Manchester United di awal Tahun Baru, pertanyaan untuk tim asuhan Ron Atkinson justru muncul secara terang-terangan. ‘Apakah lenyapnya penampilan menakutkan milik Manchester United diakibatkan oleh kebiasaan para pemainnya yang terus mengkonsumsi alkohol guna menambah kapabilitas penampilan mereka?’

Atkinson dituduh gagal mengendalikan jumlah alkohol yang dikonsumsi timnya dalam pesta minum publik mereka di hostel lokal kota Manchester. Setelah memenangkan 13 laga dari 15 pertandingan liga pertama mereka, United secara buruk hanya mengoleksi sembilan kemenangan dari sisa 27 pertandingan. Salah satu komedian Inggris, Stan Boardman, dengan gembira melontarkan candaan guna mengejek Manchester United yang mengalami kondisi krisis di akhir musim 1985/1986. Ia mengatakan, “Manchester United, entah bagaimana finis diurutan keempat meski sudah balapan dengan ‘dua kuda’, itu konyol sekali.”

Pada akhirnya, United hanya mampu menyelesaikan 12 poin di belakang juara dan rival abadi Liverpool, yang juga berhasil mengalahkan Everton di final Piala FA guna meraih double winner di Inggris dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.

Meskipun larangan bermain di Eropa sempat membuat sebuah mindset tentang bermain di liga jadi begitu konsisten, Manchester United tetap harus menerima hasil pahit setelah hanya mampu berada di urutan keempat klasemen di bawah West Ham. Mantan pemain United yang saat ini melatih tim nasional Skotlandia, Gordon Strachan, pun kala itu menjelaskan tentang situasi yang timnya hadapi di musim tersebut. “Ron Atkinson telah membuktikan bahwa dia tidak bisa mengatur tim ini untuk meraih gelar, dan ada sesuatu yang harus diubah kemudian hari.”

Hilangnya kepercayaan pada Ron Atkinson, dan terciptanya era baru Manchester United

Tidak ada kontribusi besar yang Ron Atkinson berikan di musim tersebut. Ketika Manchester United yang sempat membuat awal musim terlihat baik, keriangan para pemain mereka justru harus terpaksa diberhentikan pada awal November, setelah dipukul habis dengan skor 4-1 oleh lawannya Southampton di Littlewoods Cup. Petinggi klub pun memutuskan sebuah keputusan besar.

Pada akhir musim 1985/1986, posisi kepelatihan Atkinson secara terpaksa digantikan oleh Alex Ferguson. Namun, keputusan besar tersebut harus diterima dengan sabar. Pasalnya, mantan manajer Aberdeen itu membutuhkan waktu selama tujuh tahun guna mengumpulkan skuat pemenang gelar juara untuk panggung Old Trafford.

Sejalan dengan musim baru, Ferguson sempat melepas beberapa pemain seperti Whiteside dan McGrath dengan berat hati, karena performannya yang masih terbilang ciamik untuk timnya kala itu. Ia lalu membeli kembali mantan pemain United, Hughes, yang sempat pergi ke Barcelona pada paruh musim 1985/1986. Ketika Robson mengangkat trofi Premier League bersama Steve Bruce pada Mei 1993, Manchester United memperlihatkan sebuah era baru telah tercipta di sepakbola Inggris.