Pada musim panas 1985, sepakbola Inggris hampir mengalami penurunan kapabilitas secara drastis, entah itu dari sisi liganya sendiri maupun penggemarnya. Setelah bencana Stadion Heysel, klub-klub Inggris dilarang mengikuti kompetisi Eropa tanpa batas waktu yang ditentukan.

Pun setelah kerusuhan di St. Andrew dan Kenilworth Road, parlemen Inggris berdebat guna melarang penjualan alkohol di saat pertandingan berlangsung. Kebijakan baru tersebut diperkirakan menelan biaya hingga 4 juta paun selama setahun, dan menjadi kebijakan termahal yang pernah dibuat kala itu.

Pada Juli 1985, laporan resmi dari hakim keadilan hukum di Inggris, Tuan Popplewell, mengenai keamanan lapangan olahraga, menyarankan untuk melarang para penggemar hadir di setiap pertandingan yang berlangsung selama semusim penuh. Hal tersebut ditujukkan guna mengatasi masalah kerusuhan dan masalah merepotkan lainnya yang ramai terjadi di Inggris pada masa itu.

Manajer Manchester United tiga dekade lalu, Ron Atkinson, yang biasanya bersemangat menghadapi musim baru mengakui sesuatu hal dengan mengatakan, “Ada sedikit keraguan bahwa sepakbola berdiri di persimpangan jalan, dan sekarang lebih penting lagi mengingat bahwa sepakbola seharusnya menjadi hiburan. Di Old Trafford, kami bertujuan untuk mengembalikan senyuman di wajah orang-orang yang telah direnggut oleh kerusakan.”

Namun, meski sepakbola Inggris mengalami masa sulit kala itu, Atkinson secara bertahap tetap merakit tim terbaik United selama bertahun-tahun. Mereka memiliki bek dengan pertahanan yang kuat, dengan Paul McGrath yang berdiri tangguh dan terampil dalam permainannya. Lini tengah United juga memiliki perpaduan antara kemampuan Gordon Strachan dan kekuatan Norman Whiteside, ditambah kepemimpinan ciamik dari sang kapten berwibawa, Bryan Robson.

Sisi sayap tim yang diperkuat Ande Jesper Olsen telah menciptakan banyak peluang untuk duet para striker United, Frank Stapleton dan Mark Hughes. Keduanya tampil bagus pada awal musim 1985/1986. Meski kehadiran penonton dikurangi kapasitasnya pasca kerusuhan Heysel dan larangan dari Eropa, 33.743 fans United tetap hadir di Old Trafford untuk pertandingan musim pertama mereka kala melawan Aston Villa dan melihat The Red Devils mengalahkan tim berjuluk The Villans tersebut dengan skor 4-0. Melihat hal itu, membuat kepercayaan diri Atkinson meningkat dengan mengatakan, “Kami terlihat mudah menyerang dan sangat mengancam. Agar berirama di awal musim, hal ini sangatlah menyenangkan.”

Tiga hari kemudian, Robson mencetak gol kemenangan di Ipswich. Akhir pekan berikutnya di Highbury, Whiteside meneror lini tengah Arsenal saat United berjuang untuk meraih kemenangan dengan skor 2-1 lewat gol Hughes dan McGrath. Tim asuhan Atkinson itu lalu membuat lima kemenangan beruntun dari lima pertandingan awal, setelah mengalahkan West Ham dan Nottingham Forest.

“Ini adalah situasi yang sangat sangat menarik dimana kita berada,” kata striker Frank Stapleton. “Kami telah memenangkan lima pertandingan pertama kami, dan meski tidak ada yang jemawa, kami yakin kita bisa melanjutkannya hari ini dan seterusnya. Saya pindah ke United dari Arsenal untuk menjadi pemenang. Yang lainnya merasakan hal yang sama. Inilah kesempatan kita.”

Menelusuri bulan September

United terus melaju pesat sepanjang September. Mereka meraih tiga kemenangan berturut-turut dengan skor 3-0, setelah mengalahkan Newcastle dan Oxford di kandangnya sebelum akhirnya menghancurkan rival sekota, Manchester City, di Maine Road. United kemudian pergi ke kandang West Brom, di mana pasukan Old Trafford mengangkat pamor Atkinson dan sang kapten Robson, setelah mengalahkan tim yang bermarkas di The Hawthorns itu dengan skor 5-1. The Red Devils akhirnya membulatkan bulan September dengan impresif saat menang 1-0 atas Southampton di Old Trafford.

United telah berhasil memenangi 10 pertandingan pembuka mereka di awal musim. Atkinson pun mengakui kedigdayaan timnya tersebut dengan gaya klasiknya. Ia mengatakan, “Ini luar biasa, tapi liga adalah sama halnya dengan maraton, bukan sprint. Kami tahu kami tidak dapat terus menang selamanya, dan kuncinya adalah memetik sedikit demi sedikit poin setelah kami tersandung nanti.”

Mempertahankan status tak terkalahkan

Memang pada akhirnya, kemenangan beruntun United harus berakhir di pertandingan berikutnya. Lawan ke-11 United, Tottenham, berhasil menahan imbang The Red Devils di Luton’s Kenilworth Road, ketika Hughes mencetak gol kedelapan musim itu dengan skor akhir 1-1. Namun, Manchester United tetap mempertahankan fokus. Mereka lalu menang melawan QPR dan Chelsea di pertandingan berikutnya, dan McGrath mencetak gol kala United melawan Liverpool dengan skor imbang 1-1 pada 19 Oktober.

Kemudian, ketika Olsen memberi kemenangan kepada United atas Coventry di awal bulan November, United telah berhasil melakoni 15 pertandingan dengan status yang masih tak terkalahkan. Bryan Robson dan kawan-kawan berada di puncak klasemen dengan selisih 10 poin dari Liverpool, dan 17 poin di atas juara bertahan, Everton.