21 Mei 2018 kemarin menjadi hari yang spesial bagi para penggemar Manchester United. Bagaimana tidak? Pada tanggal yang sama 10 tahun lalu United berhasil membawa pulang trofi Liga Champions mereka yang ketiga. Pada malam hari di kota Moskow, Setan Merah berhasil mengalahkan Chelsea melalui adu penalti.

Situs resmi United memunculkan kembali beberapa kutipan eks pemain United yang terlibat dalam sejarah tersebut. Mereka menceritakan bagaimana suasana ketika memenangi titel secara dramatis tersebut.

Edwin van der Sar

Malam yang pastinya anda impikan. Sudah 13 tahun sejak saya memenangi titel pertama saya dan perasaannya begitu fantastis. Penalti terakhir, anda menyelamatkannya, saya tidak bisa berkata-kata soal itu. Yang bisa saya katakan hanyalah hebat. Anda bersiap, menahan penalti, kemudian bangun dan mengetahui kalau permainan telah berakhir. Anda punya dua sampai tiga detik bagi diri sendiri dengan lengan terangkat. Salah satu perasaan terbesar yang pernah Anda miliki.

Saya sempat putus asa karena pernah kalah adu penalti pada 1996. Ketika John Terry melangkah, saya tahu saya harus menyelematkannya atau semuanya akan sia-sia. Saya bergerak ke kanan dan melihat tendangannya meleset. Hal-hal kecil seperti ini yang mengubah pertandingan secara dramatis. Kami memiliki sedikit keberuntungan.

Rio Ferdinand

Saya sudah memimpikan trofi tersebut sejak pertama kali tiba, tapi kerap gagal. Kali ini kami berakhir di posisi tertinggi. Saya mempersilahkan Ryan (Giggs) mengangkat piala karena dia adalah Manchester United. Dia melakukan segalanya. Saya tadinya akan menendang penalti setelah Ryan apabila sepakan Anelka juga masuk. Saya gugup karena harus memikirkan apa yang akan saya lakukan. Semua pemain melakukan tugasnya dengan baik bahkan Nani dan Anderson yang kala itu belum berpengalaman.

Nemanja Vidic

Brilian. Semua orang menikmatinya. Perasaan terbaik yang pernah anda alami dan saya sangat bangga. Pertandingan melawan City dalam 50 tahun tragedi Munich sangat buruk (United kalah 1-2). Tetapi kami bisa membayar itu semua dengan sejarah lain di Moskow.

Michael Carrick

Malam yang gila. Mimpi menjadi nyata ketika memegang medali juara. Adu penalti adalah cara yang keras untuk memutuskan pemenang, tapi begitulah adanya dan beruntung kami bisa menjadi juara.

Saya hanya berkata ‘tolong bawa masuk bola ini’ saat menendang penalti. Anda harus yakin bisa mencetak gol sekaligus berdoa karena anda bisa saja gagal dan anda tentu tidak mau menjadi orang yang gagal.

Pencapaian yang begitu luar biasa. Suasana ruang ganti menggila. Pencapaian luar biasa karena meraih gelar dobel. Kami sadar sulitnya memenangi Liga Champions Eropa karena gelar itu baru yang ketiga sepanjang sejarah klub.

Wayne Rooney

Perasaan luar bisa ketika memenangi Piala ini. Pertandingan yang begitu sulit. Saya begitu kecewa karena tidak bisa mengambil penalti (Rooney digantikan oleh Nani di babak kedua), tapi saya tahu kalau pemain lain bisa melakukannya untuk kami yang tidak bermain.

Sebelum pertandingan kami memikirkan tragedi Munich serta keberhasilan pertama kali klub ini memenangi kejuaraan Eropa pada 1968. Kami senang bisa melakukan ini demi mereka yang terhubung dengan sejarah klub termasuk pemain dan keluarga yang pernah terlibat dalam keduanya.

Ryan Giggs

Ini lebih dari sekadar 1999. Saya mencoba menikmati malam tersebut lebih banyak dibanding yang lain karena malam-malam seperti ini tidak akan muncul sesering mungkin. Kami meraih gelar di tahun yang sama dengan 50 tahun tragedi Munich dan 40 tahun dari gelar pertama kami. Kami benar-benar dinaungi takdir. 1999 kami mendapat keberuntungan, tapi 2008 keberuntungan kami lebih banyak.

Cristiano Ronaldo

Saya berpikir kami akan kalah. Saya bermain bagus, mencetak gol, tetapi gagal dalam adu penalti dan itu hari terburuk bagi saya. Adu penalti seperti lotere. Tetapi rekan setim saya bisa melakukannya lebih baik dan saya bangga kepada mereka. Memenangi trofi seperti itu akan memberikan anda motivasi yang luar biasa besar dan anda pasti akan menginginkannya lagi.