Sudah 12 tahun Manchester United tidak pernah merasakan final Liga Champions. Terakhir kali momen itu terjadi adalah ketika mereka kalah 3-1 dari Barcelona di Wembley pada 2011. Sekarang, boro-boro mau sampai semifinal atau final. Melangkah dari 16 besar saja sudah cukup sulit. Partisipasi pun juga kerap tidak setiap musim karena tidak konsistennya mereka di Liga Inggris.
Dalam kurun waktu tersebut, pencapaian United paling bagus hanya sebatas babak delapan besar. Itupun terjadi hanya dua kali yaitu pada 2013/2014 dan 2018/2019. Dua-duanya pun berakhir dengan kekalahan yaitu melawan Bayern Munich dan Barcelona.
Sebenarnya, laga melawan Bayern Munich tahun 2014 bisa dibilang sebagai momen nyaris Setan Merah untuk bisa melangkah sampai babak semifinal. Hal ini tidak lepas dari kisah bahwa dalam laga tersebut United bisa memberi kejutan kepada Bayern hingga bahkan bisa unggul agregat terlebih dahulu.
Musim 2013/2014 memang bukan musim yang bagus bagi United. Performa mereka setelah ditinggal Sir Alex Ferguson begitu acak-acakan. Begitu pula di Liga Champions. Mereka nyaris tersingkir apabila tidak ada hat-trick dari Robin van Persie pada laga 16 besar leg kedua melawan Olympiacos.
Beruntung mereka masih bisa ke babak 8 besar. Namun undian mempertemukan mereka dengan Bayern Munich yang saat itu menjalani musim pertama bersama Pep Guardiola. Leg pertama pun digelar di Old Trafford. Pertandingan itu kemudian berakhir dengan skor imbang 1-1. Nemanja Vidic membawa United unggul lebih dahulu sebelum disamakan oleh Bastian Schweinsteiger yang kemudian mendapat kartu merah pada akhir pertandingan.
United pun tidak diuntungkan pada leg kedua di Allianz Arena. Apalagi saat itu gol tandang masih berlaku. Tidak sedikit yang kemudian memilih untuk tidak mau berharap terlalu jauh kalau United bisa mengalahkan Bayern. Memberi perlawanan saja sudah cukup bagus kalau dipikir-pikir.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. United bisa membuat babak pertama di leg kedua itu berakhir imbang tanpa gol. Dan setelah babak kedua dimulai, United justru bisa mencetak gol terlebih dahulu.
Akselerasi Antonio Valencia di sisi kanan merepotkan pertahanan Bayern. Ia kemudian melepas umpan ke kotak penalti yang sayangnya tidak mengarah kepada siapa pun. Bola yang keluar dari kotak pun seketika langsung dihajar dengan sangat keras oleh Patrice Evra sampai membuat Manuel Neuer tidak bisa melakukan apa-apa.
Gol ini seketika mengejutkan suporter United. Dengan gol ini United untuk sementara unggul 2-1 atas Bayern. Tiket ke semifinal ada di genggaman satu tangan mereka. Perayaan Evra dan rekan setim pun begitu emosional mengingat kalau United saat itu bukan lagi menjadi tim unggulan baik di Inggris maupun di Eropa.
Sayangnya, kegembiraan itu hanya berlangsung 73 detik. Mario Mandzukic langsung menyamakan kedudukan dan seperti membawa United kembali ke realita kalau mereka memang tidak layak untuk lolos. Bayern pun menambah dua gol lagi melalui Thomas Muller dan Arjen Robben. Skor akhir 3-1 untuk Bayern dan mereka melaju dengan keunggulan agregat 4-2.
Moyes pun tidak membantah kalau gol Evra saat itu menaikkan moral United untuk yakin kalau mereka bisa lolos ke semifinal. Sayangnya, konsentrasi yang buruk membuat keunggulan itu sirna dengan cepat.
“Kami bisa unggul dan saat itu saya melihat penggemar kami menggila. Saya pun berpikir “Ayo! Akhiri laga ini sekarang,” ujar Moyes.
“Sayangnya kami kehilangan konsentrasi dan kebobolan. Menghadapi lawan seperti Bayern Munich Anda harus pintar dalam bertahan. Saya menerima kekalahan ini, tapi perlawanan kami kepada Bayern tidak terlalu buruk,” katanya menambahkan.