Foto: Extra.ie Sport

Menjadi bagian dari tim Manchester United terhebat sepanjang masa seharusnya membuat nama seorang pemain abadi di benak para suporternya. Namun tidak untuk Peter Schmeichel. Karena banyak dari suporter United akan membantah setiap jasanya, dan memilih untuk berkata bahwa warisannya di klub telah rusak. Meskipun sang kiper sempat menjadi sosok yang penting di era kesuksesan Setan Merah.

Mungkin banyak pemain bintang lahir dari era yang berbeda di Old Trafford. Tapi agak sulit untuk membantah bahwa tim musim 1998/1999 adalah skuat terbaik yang pernah dimiliki United. Memenangkan gelar Premier League, Piala FA dan Liga Champions dalam satu musim merupakan prestasi brilian bagi tim manapun. Jadi tidak salah rasanya menyebut jika Schmeichel merupakan salah satu pemain terbaik di masa itu.

Sampai-sampai, ketika skuat United berada dalam euforia di malam final Liga Champions tahun 1999, kamera televisi sempat menangkap gerakan jungkir balik Peter Schmeichel. Ia melakukan selebrasi seperti layaknya mengeluarkan semua kegembiraan dan adrenalinnya. Puncak kesenangan sedang merasukinya kala itu.

Hanya saja sangat disayangkan, kontribusi dan selebrasinya di malam itu merupakan yang terakhir. Pemain asal Denmark tersebut hengkang di akhir musim. Ia berangkat ke Sporting Lisbon untuk mencari tantangan baru sebelum pensiun. Tapi hengkangnya ini justru menjadi penanda statusnya di mata suporter United saat ini.

Setelah 22 tahun kemudian, tepatnya di masa sekarang, kepergian Peter Schmeichel barusan memiliki arti yang lebih dalam bagi banyak suporter United. Mereka (para suporter) merasa dikhianati oleh mantan penjaga gawang nomor satu di Old Trafford. Mereka juga merasa dikibuli dengan pernyataan “mencari tantangan sebelum pensiun” dari mulut sang kiper.

Pasalnya, Schmeichel memang tidak bertahan lama di Portugal. Ia hanya bertahan satu musim, dan pergi dengan gratis pada musim panas 2001. Ia lalu kembali ke Inggris dan bergabung dengan Aston Villa. Momen terbaiknya di masa itu, ia sempat mencetak gol ke gawang Everton. Ia juga menjadi penjaga gawang Premier League pertama yang berhasil mencetak gol dalam sejarah kompetisi.

Tapi masa-masanya mulai menemui titik akhir. Schmeichel menjadi frustrasi ketika rekan kipernya, Peter Enckelman, mulai mampu membuktikan diri sebagai opsi kiper pertama tim Aston Villa. Dan setelah memutuskan untuk meninggalkan Villa Park, banyak yang mengira Schemichel akan mengakhiri karier dengan fantastis. Tapi berdasarkan keputusan yang dipilih, banyak suporter United yang akan kesal ketika mengingatnya kembali.

Kiper legenda kelahiran Denmark itu memunculkan kontroversi besar bagi Manchester United. Ya, Schmeichel, sebelum pensiun, malah memilih untuk setuju pindah ke rival abadi dan rival satu kota mereka, yaitu Manchester City. Keputusannya ini adalah keputusan yang sempat membuat para suporter United tidak percaya.

Di musim pertamanya sebagai penggawa City, Schmeichel juga melakoni pertandingan derby Manchester di Maine Road. Pertandingan di mana banyak muncul momen awkward, yang sekaligus mengubah persepsi suporter Setan Merah terhadap kiper yang kala itu berusia 38 tahun.

Siapa yang menyangka, tiga tahun setelah perkataannya tentang “pergi mencari tantangan sebelum pensiun”, ia kembali lagi terlibat dalam pertemuan derby. Hanya saja saat itu, ia bermain untuk tim musuh. Sangat amat disayangkan, ia tidak berstatus sama lagi seperti tiga tahun sebelumnya –saat menjadi kiper utama untuk tim United di musim treble.

“Dia meninggalkan Manchester United pada usia 35 tahun, dan dia bilang dia akan pensiun. Pada dasarnya dia ingin mencari pengalaman lain ke luar negeri. Tapi sayangnya, pada saat dia kembali, dia bermain untuk Manchester City. Padahal Anda tidak bisa bermain untuk Manchester City,” kata mantan rekan setimnya Gary Neville kepada podcast Quickly Kevin, Will He Score?

“Saya adalah suporter United, dan saya tidak bisa bermain untuk Manchester City. Saya juga tidak bisa bermain untuk Leeds, dan saya tidak bisa bermain untuk Liverpool. Itu seharusnya sudah tertulis di atas batu yang Anda tandatangani. Anda hanya tidak boleh untuk bermain untuk klub-klub itu, apa pun yang terjadi.”

“Dia (Schmeichel) memenangkan treble dengan United pada musim 99. Dia juga sempet mengatakan bahwa dia ingin pensiun. Dia seharusnya terus bermain untuk United, setidaknya selama dua atau tiga tahun ke depan jika itu masalahnya. Kami berjuang setelah Peter (Schmeichel) pergi, dan sampai kami mendapatkan kembali kiper hebat seperti Edwin (Van der Sar).”

Sebetulnya ada insiden serupa di masa lalu, di mana pemain legenda Setan Merah menyeberang ke klub rival. Dennis Law juga pernah pindah (kembali) ke Manchester City pada tahun 1974. Salah satu rekan Peter Schmeichel, Andy Cole, bahkan pindah ke Blackburn Rovers dua tahun setelah meraih treble. Namun tetap saja, untuk masalah Peter Schmeichel, itu sama sekali berbeda dari dua kasus ini.

Ayah Kasper Schmeichel itu tidak hanya pergi dengan syarat “ia akan mengakhiri kariernya” setelah keluar dari United, tetapi ia juga memutuskan sebuah keputusan yang tidak jelas tujuannya. Ia berniat mencari tantangan baru sebelum pensiun, hingga membuat suporter United emosi lantaran bergabung dan merayakan kemenangan City atas bekas klubnya sendiri.

Oleh sebab itu, pada 2018, berita tentang opsi penempatan Peter Schmeichel sebagai direktur olahraga pertama Manchester United pernah disambut dengan amarah oleh para suporter Setan Merah. Karena dengan berbagai keputusannya di masa lalu, untuk sebagian besar suporter, Peter Schmeichel bukanlah lagi legenda mereka. Ia adalah pengkhianat, dan itu bukanlah hal yang perlu ditanyakan lagi.