Evakuasi penonton saat United melawan Bournemouth empat tahun lalu. Foto: trtworld.com

Pekan lalu, Manchester United bertanding melawan Bournemouth dan meraih kemenangan dengan skor telak 5-2. Kondisi sepi mewarnai pertandingan tersebut mengingat kewajiban mereka menggelar tanpa penonton di tengah pandemi.

Situasi sepi ketika melawan Bournemouth, mengingatkan saya akan kejadian empat tahun lalu. Saat Old Trafford yang sebelumnya siap dipenuhi oleh penonton tetapi tiba-tiba sepi karena kejadian yang tidak terduga. Namun, kejadian tersebut mengiringi kesialan demi kesialan yang datang beberapa hari berikutnya.

Musim 2015/16 bukan musim yang bagus bagi Manchester United. Meski mengakhiri musim dengan trofi Piala FA, namun secara keseluruhan penampilan mereka tidak begitu konsisten. Bahkan musim tersebut, United membuat jumlah gol paling sedikit sejak 1989/90 yaitu hanya 49 gol saja. Bahkan mereka pernah tidak bisa mencetak gol pada babak pertama dalam 12 pertandingan.

Selain menjalani performa buruk, Manchester United juga mengalami nasib sial. Kejadiannya terjadi pada pekan terakhir kompetisi 2015/2016. Tidak tanggung-tanggung, United ketiban sial hanya dalam waktu tiga hari. Kesialan yang dihadapi United pun tidak hanya terjadi di dalam lapangan, melainkan juga di luar lapangan.

Pertandingan yang Ditunda Karena Ancaman Bom

Pekan terakhir musim 2015/2016 adalah pekan yang cukup krusial bagi Manchester United. Mereka akan menjamu Bournemouth dengan membawa tuntutan wajib menang. Akan tetapi, disinilah kesialan pertama yang harus dihadapi Setan Merah.

Hingga mendekati waktu sepak mula, tidak ada tanda-tanda kalau sepak mula akan dimulai. Padahal, stadion sudah mulai diisi penonton.

Tiba-tiba muncul sebuah pengumuman yang menyebut kalau ditemukan sebuah benda mencurigakan di seitar toilet pada sisi barat daya stadion. Sontak hal ini memaksa para suporter yang sudah memenuhi tribun harus dievakuasi. Tribun stadion pun harus berada dalam kondisi kosong. Begitu juga para pemain yang harus tetap berada di ruang ganti.

Beberapa saat kemudian, kepolisian kota Manchester memberikan konfirmasi kalau ditemukan sebuah rangkaian yang diduga bom. Bom tersebut terangkai dalam beberapa pipa yang terhubung ke telepon genggam.

Setelah diselidiki, barang yang diduga bom tersebut hanya sebuah alat latihan yang mirip dengan sebuah bom. Kepolisian menyatakan kalau benda tersebut tidak sengaja tertinggal usai satuan pengamanan melakukan latihan di sana tiga hari sebelumnya.

“Ini adalah situasi yang sangat disayangkan dan konsekuensinya jelas bahwa orang menjadi tidak nyaman. Untungnya, semua orang yang berada di stadion baik-baik saja dan itulah yang paling penting,” kata Managing director, Chris Reid.

Walikota Greater Manchester saat itu, Tony Lloyd meminta pihak United meminta maaf karena sudah membuat kondisi yang tidak nyaman di stadion yang pengamanannya cukup baik sekelas Old Trafford. Beruntung, tidak ada kejadian yang tidak diinginkan akibat insiden tersebut.

Meski barang tersebut ternyata bukan sebuah bom, namun pihak Premier League tetap memutuskan untuk menunda pertandingan. Laga ini sendiri baru akan digelar pada Selasa (17/5) malam. Otoritas Premier League sendiri memuji gerak cepat United dalam mengatasi kejadian tersebut.

Gagal ke Liga Champions

Laga melawan Bournemouth benar-benar krusial bagi United. Karena hanya hasil dari laga ini yang bisa menentukan nasib United apakah mereka akan ke Liga Champions atau tidak.

United saat itu sedang bersaing dengan Manchester City ada di posisi empat City memiliki 65 poin, sedangkan United berselisih dua angka dibawahnya. Agar target tersebut bisa diwujudkan, maka United harus menang dengan harapan City kalah dari Swansea. Pertandingan ini sendiri digelar berbarengan untuk menghindari adanya main mata sekaligus menjaga tradisi Premier League yang menggelar seluruh laga pekan terakhir secara bersamaan.

Namun karena laga United melawan Bournemouth harus ditunda, maka nasib Setan Merah akan seperti apa sudah bisa dipastikan karena mereka sudah tahu hasil yang akan diterima oleh Manchester City. United akhirnya dipastikan gagal bermain di Liga Champions karena City bermain imbang 1-1 di Liberty Stadium.

Louis van Gaal sendiri sebenarnya sudah pasrah sejak mereka kalah dari West Ham United beberapa hari sebelumnya. Dia tidak yakin timnya bisa melangkah ke Liga Champions karena harus menunggu nasib dari tim lain.

“Saya kira kami masih bisa ke Liga Champions, tapi nasib kami sudah tidak sepenuhnya di tangan kami sendiri, dan itulah bedanya,” kata Louis van Gaal.

Sebenarnya, United masih punya kesempatan untuk merangsek ke posisi empat. Namun hal itu baru bisa terjadi apabila United menang 19-0. Minimnya produktivitas gol membuat mereka kembali absen dari Liga Champions. Seandainya pertandingan United melawan Bournemouth tidak ditunda karena bom, maka sudah dipastikan laga akan berlangsung sengit.

Gagal Jadi Kiper Terbaik Karena Smalling

Kesialan yang terakhir terjadi ketika pertandingan. Jika Manchester United meraih kemenangan dengan clean sheet, maka David De Gea akan bersanding dengan Petr Cech (Arsenal) sebagai penjaga gawang terbaik dan berhak mengangkat trofi Golden glove. Saat itu, keduanya dipisahkan satu clean sheet saja. De Gea memiliki 15 sedangkan Cech dengan 16 kali nirbobol.

Harapan itu sepertinya terwujud. Hingga menit ke-90, United unggul 3-0 melalui kaki Wayne Rooney, Marcus Rashford, dan Ashley Young. Akan tetapi, hasrat De Gea untuk meraih trofi golden glove pupus oleh rekannya sendiri.

Ketika injury time sudah memasuki menit ketiga, kemelut terjadi di gawang United. Dalam situasi yang tidak terkontrol, Chris Smalling justru membuat gol bunuh diri. Gol ini memastikan Petr Cech menjadi pemenang tunggal kiper terbaik musim itu. Kekecewaan langsung terlihat pada wajah De Gea ketika gawangnya dibobol oleh rekan setimnya tersebut.

“Satu hal yang membuat saya kesal adalah gol terakhir. Gol itu membuat David gagal memenangkan Sarung Tangan Emas,” kata Van Gaal.