Berbeda dibanding Astana dan AZ Alkmaar yang baru pertama kali berjumpa dengan Manchester United, FK Partizan sebenarnya sudah pernah bertemu mereka sebanyak dua kali. Dua pertemuan itu terjadi lebih dari setengah abad yang lalu saat keduanya bertemu pada semifinal Piala Champions musim 1965/1966. Dua pertandingan yang meninggalkan dua kesan dalam diri Matt Busby dan Paddy Crerand.

Musim 1965/1966 menjadi musim pertama United asuhan Matt Busby untuk kembali ke Liga Champions setelah 1958 yang diwarnai tragedi paling memilukan sepanjang sejarah mereka. Sebelum mencapai semifinal dan bertemu Partizan, Setan Merah menyingkirkan lawan-lawannya dengan begitu mudah yaitu HJK Helsinki (agregat 9-2), Vorwarts Berlin (5-1), dan Benfica (8-3). Namun Partizan saat itu bukan tim yang bisa diremehkan. Mereka diisi oleh pemain-pemain yang disebut sebagai generasi emas.

Leg pertama dimainkan di JNA Stadium, tempat yang menjadi panggung terakhir delapan pemain United yang meninggal dunia pada 1958. Meski sudah delapan tahun kejadian tersebut, tetap saja hal itu menimbulkan rasa trauma tersendiri mengingat masih ada beberapa pemain yang tersisa dari tragedi tersebut termasuk Sir Matt Busby.

Di sisi lain, Partizan juga sedang berada dalam motivasi yang tinggi karena diiming-imingi bonus yang cukup besar. Benar saja, di depan lebih dari 50 ribu pendukungnya, United dipaksa menyerah 2-0 melalui Mustafa Hasanagic dan Zaza Becejac.

“Dari jarak dua yard, Denis Law tidak bisa mencetak gol. Kami juga bertahan dengan sangat buruk. Kami juga mengalami beberapa cedera dengan George Best yang memperparah masalah lututnya sebelum pertandingan berakhir. Musim seorang George Best berakhir setelah laga itu,” tutur Paddy Crerand kepada FourFourTwo.

Leg kedua digelar seminggu kemudian di Old Trafford. United harus mengembalikan defisit dua gol mereka. Namun ketika mereka sedang berusaha mengejar ketertinggalan, Crerand justru diusir wasit Goffried Dienst asal Swiss atas kesalahan yang justru dibuat rekan setimnya, Nobby Stiles.

“Pada leg kedua, saya justru dikeluarkan dari lapangan untuk insiden yang tidak melibatkan saya. Nobby Stiles justru meninju pemain Partizan, lalu saya menarik Nobby agar masalah tidak meluas. Ljubomir MIhajlovic meraih saya dan saya mendorongnya. Dienst justru berkata kalau saya menendangnya. Saya dan Mihajlovic diusir tapi Nobby yang meninju salah satu pemain Partizan justru selamat dari hukuman,” tuturnya.

“Karena saya dikeluarkan maka tim bermain dengan 10 orang. Kalau kami menang pun maka saya tidak akan main di final. Saya marah, saya menangis. Nobby akhirnya mencetak gol tapi Partizan bertahan dengan baik.”

Bagi Partizan, keberhasilan itu membawa mereka untuk pertama kalinya melangkah ke final kejuaraan Eropa. Namun hasrat mereka menjadi juara pupus oleh superioritas Real Madrid di Stadion Heysel.

Bagi United, kekalahan itu memberikan pukulan bagi Matt Busby. Ia lagi-lagi gagal di semifinal. Saking terpukulnya, Busby langsung berencana untuk pensiun karena gagal membawa tim ini meraih hasil yang bagus di kompetisi Eropa.

“Busby berkata kalau dia tidak akan bisa menjadi juara Piala Champions. Saya ingat ekspresinya. Dia terpukul, bingung, dan saya juga menangis melihatnya seperti itu. Saya hanya bisa meyakinkan kalau kami akan memenangkan liga tahun depan dan Piala Champions tahun berikutnya. Saya mengatakan itu agar motivasinya terangkat tapi dia sudah hancur sejak awal.”

“Saya membujuknya untuk tetap tinggal dan mengatakan kepada mereka kalau yang meninggal di Munich pasti akan meminta Busby untuk bertahan. Tapi saya mengerti kalau ia terpukul. Kami mendekati puncak gunung tetapi ada seseorang yang menendang kami dan kami harus mulai memanjat dari bawah lagi,” ujarnya.

Terpukulnya Busby membuat Crerand marah begitu besar kepada Partizan. Apalagi ia merasa tidak diberikan keadilan karena diusir atas kesalahan yang ia tidak perbuat. Dalam sebuah acara jamuan makan setelah pertandingan, saat itu acara makan bersama kedua kesebelasan adalah etika normal, Crerand membalaskan dendamnya kepada Mihajlovic.

“Saya marah besar. Mihajlovic, orang yang membuat saya diusir duduk di meja yang berdekatan dengan saya. Saya melihatnya sambil bergumam kalau saya akan membunuhnya. Dia lalu pergi ke toilet dan saya mengikutinya. Ketika dia masuk dalam bilik toilet saya menendang bilik itu untuk mengeluarkannya dari toilet. Saya berteriak. ‘keluar kamu brengsek’. Dia ketakutan karena saya kehilangan akal. Keributan itu terdengar sampai di luar dan orang-orang menyeret saya keluar dari sana.”

Atas kejadian itu, jamuan makan malam langsung dihentikan untuk selamanya. Kegiatan yang membuat istri-istri dari pemain United kecewa. Namun Busby memaklumi keputusan itu demi memperbaiki kinerja tim di atas lapangan.

Kekalahan dari Partizan membuat perjalanan United di sisa kompetisi menjadi goyah. Mereka kalah di semifinal Piala FA untuk ketiga kalinya secara beruntun. United pun finis pada posisi empat di Liga Inggris.

Prediksi Crerand akhirnya menemui kenyataan setelah musim berikutnya, MU menjuarai Liga Inggris untuk ketujuh kalinya. Yang paling spesial sudah pasti trofi Piala Champions pertama mereka bagi klub pada 1968 setelah mengalahkan Benfica di stadion Wembley.