1 September 2008, Manchester United memutuskan untuk memecahkan rekor transfer mereka yang sudah dipegang oleh Rio Ferdinand selama enam tahun. Ketika itu, Sir Alex Ferguson memutuskan untuk merekrut striker Tottenham Hotspur, Dimitar Berbatov, dengan nilai 30,75 juta paun. Rekor striker Bulgaria ini baru pecah enam tahun kemudian oleh Juan Mata ketika didatangkan pada awal 2014.

Karier Berbatov memang terbilang singkat. Ia hanya bermain empat musim saja bersama Setan Merah dan hanya satu musim saja di mana ia tampil begitu luar biasa. Meski begitu, ia tetap dicintai oleh para pendukung United. Apalagi ia salah satu bagian dari kuartet lini serang United pada musim 2008/2009 bersama dengan Carlos Tevez, Wayne Rooney, dan Cristiano Ronaldo.

Berba mungkin tidak menyangka kalau karier sepakbolanya bisa membawa ia bermain di salah satu klub terhebat dunia. Apalagi jika ia kembali mengenang saat-saat ia masih tinggal di kota kecil bernama Blagoevgrad. Ketika Berba kecil begitu sulit untuk memenuhi isi perutnya.

“Saat saya masih kecil, saya akan bangun jam enam dan ikut mengantre roti. Dan jika roti sudah habis maka kamu tidak akan makan seharian. Ketika saya pindah ke Sofia (Ibukota Bulgaria) untuk berlatih sepakbola, saya mesti berbagi dengan empat orang dalam satu kamar. Ketika orang tua kami mengirimi kami makanan, maka kami akan taruh makanan tersebut lalu pergi keluar. Sekembalinya kami dari luar, makanan kami ternyata sudah habis. Apa yang bisa kami lakukan? Kami mengumpulkan remah-remah sisa makanan tadi lalu melekatkannya dengan mentega agar bisa dimakan.”

Beruntung Berbatov memiliki sepakbola sebagai pelarian dari masa-masa sulitnya. Ia juga berasal dari keluarga atlet. Ayahnya, Ivan, adalah mantan pemain CSKA Sofia sementara ibunya adalah salah satu atlet bola tangan. Berkat didikan Ivan, Berba kecil menghargai nilai-nilai kehidupan. Salah satunya adalah bagaimana ia harus bersyukur dan menganggap masih ada orang yang lebih sulit dibanding kehidupannya.

Baca juga: Pesan Positif Berbatov dan Cantona untuk Manchester United

“Ketika saya berjalan-jalan bersama Ayah, ia melihat seorang tuna wisma dan dia berkata, ‘Dimitar, kamu lihat orang itu? Dia punya bakat sepakbola luar biasa. Lalu dia mulai minum minuman keras, berjudi, main perempuan, dan tidak punya orang yang tepat di sekeilingnya. Dulu dia adalah pemain terbaik, tetapi sekarang dia bukan siapa-siapa.”

Nasihat Ayahnya inilah yang membuat Berbatov terpacu menjadi seorang pesepakbola. Ia terus berlatih dengan giat sampai-sampai sering meninggalkan waktu makan. Tujuannya sangat jelas. Ia ingin menjadi pesepakbola yang baik dan mendapatkan masa depan yang jauh lebih baik dibanding tuna wisma yang sering ia temui di jalan.

Baca juga: Dimitar Berbatov (Bagian 1): Bertualang dari Bulgaria, Jerman, Sampai ke Inggris

Salah satu kehebatan Berbatov dalam bermain sepakbola adalah kecerdikannya ketika menguasai bola. Tubuhnya terasa ringan namun tidak goyah ketika diganggu lawan. Penampilannya di lapangan begitu tenang dan penyelesaian akhirnya begitu mematikan. Siapa yang menyangka kalau itu semua didapat Berbatov dari kesukaannya menendang-nendang bola di tembok bangunan.

“Saat itu yang bisa saya lakukan hanya menendang bola. Tidak ada Facebook, Twitter, atau Instagram. Saya hanya menendang bola dan berusaha menguasai sentuhan layaknya pemain Brasil. Kami tidak punya lapangan bagus. Hanya aspal kasar yang membuat sepatu Anda berlubang. Jika jatuh, Anda akan berdarah dan menangis. Tapi tidak ada yang peduli dengan Anda. Yang bisa dilakukan hanyalah bangkit.”

Baca juga: Dimitar Berbatov (Bagian 2): Arogan, Merokok demi Gaya, Hingga Diculik Bos Gangster!

Berkat kegigihannya tersebut, karier sepakbola Berbatov berkembang pesat di usia dewasa. Dari CSKA Sofia, ia melangkah dengan mantap bersama Bayer Leverkusen. Status striker hebat didapat ketika memperkuat Tottenham Hotspur. Namanya kemudian menjadi legenda bersama Manchester United.

“Ketika saya berada di pesawat menuju Manchester, saya sudah membayangkan akan bermain bersama Giggs, Scholes, dan pemain lainnya. Sesampainya di bandara Manchester, saya melihat Sir Alex Ferguson sedang menunggu saya dan saya berpikir kalau saya akan terkena serangan jantung.”

Baca juga: Tiga Alasan Dinantikannya Dimitar Berbatov Kembali ke Premier League

Tubuh Berbatov terasa kaku meski tidak sampai terkena serangan jantung. Namun, sepanjang perjalanan ke markas United, ia hanya bisa diam dan terkesima karena yang menyambut kedatangannya adalah manajernya sendiri dan bukan perwakilan klub. Dan setelah menandatangani kontrak selama empat tahun, ia seperti berada di puncak dunia.

Ketika datang ke United, usia Berbatov sudah 27 tahun. Usia yang sudah sangat dewasa. Namun kesan malu-malu masih ada ketika ia menjalani sesi latihan pertamanya bersama teman-teman barunya. Ia tidak berani meski hanya bertukar “tos” kepada pemain lain. Yang bisa lihat di sesi latihan pertamanya adalah bagaimana seriusnya para pemain United berlatih untuk menjadi yang terbaik.

“Semua orang di klub ingin menjadi yang terbaik. Giggs adalah contoh profesional. Ia bisa bermain sampai usia 40. Begitu juga dengan Scholes, Gary (Neville), dan Ronaldo yang latihannya seperti orang gila. Hal-hal ini yang harus Anda perhatikan jika ingin menjadi pemain terbaik. Berada di sekitar pemain ini memberikan Anda mental juara yang tidak Anda miliki.”

Benar saja, baru semusim tiba di United, Berbatov sudah mendapatkan Piala Dunia Antar Klub. Lima bulan berselang, ia mengangkat trofi Premier League pertamanya. Namun, Berba dibuat takjub sesaat setelah mendapatkan medali Premier League. Ia melihat rekan-rekannya tidak terlalu larut dalam perayaan dan sudah memikirkan apa yang terjadi kedepannya.

“Saya kegirangan ketika memenangi trofi liga pertama saya. Ketika saya pulang, saya melompat-lompat dan berlari keliling rumah dalam keadaan telanjang. Namun, ketika saya kembali ke ruang ganti klub, Giggs berkata, ‘Berbs, gelar berikutnya akan datang.”

“Saya kaget. Kami baru saja menjadi juara liga tapi sudah dilupakan. Tidak ada yang istimewa bagi mereka. Mereka hanya melihat segala sesuatunya normal-normal saja. Saya menganggap kalau mereka semua sudah terlalu banyak mendapat medali, tetapi di ruang ganti mereka selalu membahas tentang piala apa yang bisa diraih berikutnya. Saya tidak bisa mempercayainya namun itulah yang dilakukan seorang pemenang.”

Baca juga: Rooney-Tevez dan Deretan Duet Striker Terbaik Manchester United

Selama empat tahun, Berba akhirnya bisa menaklukkan Inggris bersama Manchester United. Tidak hanya sekali, ia melakukannya dua kali. Tidak hanya soal gelar, ia juga belajar bagaimana klub ini menempa dirinya menjadi seorang pemenang.

“Berada di sekitar pemain hebat membuat saya sulit mempercayainya. Jika Anda ingin bertanya, par pemain itu akan memberikan saran kepada Anda. Bahkan tidak jarang mereka bertindak kasar kepada Anda karena Anda butuh untuk dikasari. Namun itu tidak dilakukan karena alasan pribadi. Permainan ini tidak cocok untuk anak-anak. Semua dilakukan demi tim karena semuanya ingin menjadi pemenang.”

Tulisan ini adalah hasil saduran dari tulisan asli yang ditulis langsung oleh Dimitar Berbatov dalam situs resmi United untuk merayakan 10 tahun perekrutannya.