Manchester United players celebrate with the English Premier League trophy after their match against Blackpool at Old Trafford in Manchester, north west England, on May 22, 2011. United celebrated winning the league for a 19th time beating Liverpool's long standing record. AFP PHOTO/PAUL ELLIS FOR EDITORIAL USE ONLY Additional licence required for any commercial/promotional use or use on TV or internet (except identical online version of newspaper) of Premier League/Football League photos. Tel DataCo +44 207 2981656. Do not alter/modify photo.

Awal musim 2016/2017 dibuka dengan kemenangan Manchester United atas juara liga musim lalu, Leicester City, 2-1, dalam laga Community Shield. Kemenangan tersebut seolah melengkapi hasil pramusim di mana United menang 5-2 atas Galatasaray.

Penampilan United sendiri mulai berbeda ketimbang saat masih ditangani Louis van Gaal. United bermain lebih direct ketimbang berlama-lama dengan bola. Di bawah Jose Mourinho, United seolah menemukan jawaban atas umpan-umpan silang sia-sia yang biasa mereka lakukan musim lalu. Mou seolah menghidupkan kembali Antonio Valencia di posisi barunya sebagai fullback kanan, lewat kehadiran seorang Zlatan Ibrahimovic. Intinya, United musim ini diprediksi akan meyakinkan dan diharapkan bisa kembali meraih kejayaan.

Apakah dengan memenangi Community Shield MU bisa meraih gelar juara pada akhir musim?

Juara Community Shield Bukan Berarti Juara Premier League

Hingga saat ini, dari 24 pertandingan Community Shield, hanya tujuh juara yang berhasil meraih trofi Premier League. Memang, lima di antaranya adalah Manchester United sementara dua sisanya adalah Chelsea. Namun, melihat raihan United di Community Shield, menunjukkan bahwa trofi di awal musim bukan jaminan bahwa United akan keluar sebagai juara Premier League.

United hanya lima kali mengawinkan gelar juara Community Shield sejak 1992. Ini berarti The Red Devils mencatatkan 50% keberhasilan. Presentase ini terbilang kecil, terlebih sejak lima musim terakhir, juara Community Shield tidak pernah juara liga.

Belum lagi pandangan penggemar soal Community Shield itu sendiri. Penggemar yang menang akan menganggap bahwa Community Shield adalah pertandngan kompetitif yang menyajikan trofi. Di sisi lain, saat kesebelasan kalah, Community Shield hanya dianggap pertandingan uji tanding pembuka liga.

Memperlihatkan Kekuatan Kesebelasan

Community Shield mungkin akan dianggap sebagai pertandingan persahabatan. Namun, tidak ada pelatih yang akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menambah trofi di lemarinya; untuk menambah daftar panjang trofi yang pernah diraihnya. Ini yang membuat Community Shield, meskipun kerap dianggap sebelah mata, menjadi faktor penting buat pelatih.

Karena hal itu pula, pelatih umumnya menurunkan skuat terbaik yang menjadi tulang punggung tim untuk mengarungi kompetisi. Lewat Community Shield bisa terlihat bagaimana fondasi kesebelasan nantinya.

Lantas bagaimana dengan United?

Skuat yang diturunkan Mou terbilang menarik. Zlatan memang pasti disimpan sebagai ujung tombak, dengan Wayne Rooney yang mengekor di belakangnya. Di kedua sisi ada nama Anthony Martial dan Jesse Lingard. Susunan yang menarik sejatinya ada di gelandang yang berada di depan bek di mana ditempati Michael Carrick dan Marouane Fellaini.

Kombinasi kedua pemain ini sejatinya jarang menjadi pilihan utama kecuali memang stok gelandang sudah benar-benar habis. Ini tak lepas dari hadirnya Juan Mata, Ander Herrera, Morgan Schneiderlin, dan gelandang terbaru mereka, Henrikh Mkhitaryan.

Dengan gaya bermain yang lebih direct kehadiran Carrick seolah membuat tempo permainan menjadi lambat. Selain itu, Carrick pun kerap cedera yang membuatnya absen dalam beberapapertandingan. Di sisi lain, Fellaini kerap tampil angin-anginan. Malah, saat pertama-tama pindah ke United, Fellaini sering menjadi titik lemah di lini tengah United.

Mourinho masih meraba kekuatan di lini tengah. Ini tak lain karena Miki diprediksi akan menjadi pemain utama. Pun halnya di lini pertahana. Eric Bailly memang tidak bermain buruk. Namun, Mourinho biasanya tidak begitu saja membiarkan pemain muda untuk mengawal lini pertahanan, seperti di Chelsea contohnya. Apabila fit, mungkin saja duet di lini pertahanan akan dihuni Blind dengan Chris Smalling, misalnya.

Mengulang Musim 2010/2011

Sejak lima musim terakhir, tidak ada juara Community Shield yang mengangkat piala Premier League di akhir musim. Namun, MU melakukannya pada musim 2010/2011 silam. Kala itu, MU mengalahkan Chelsea 3-1 lewat gol Antonio Valencia, Javier Hernandez, dan Dimitar Berbatov.

Pada musim 2010/2011 United hadir dengan skuat yang bisa dibilang sederhana. Di lini serang, Berbatov dan Rooney seolah tak tergantikan. Ditambah lagi Michael Owen yang tak tampil dalam kondisi terbaiknya, membuat duet Berbatov dan Rooney mesti terus diturunkan.

Kala itu, MU baru mendatangkan penyerang Meksiko, Javier Hernandez, yang bermain begitu apik. Dari 27 pertandingan, ia mencetak 13 gol di liga, atau terbanyak kedua setelah Berbatov.

Dengan skuat sederhana ini, MU sebenarnya tampil kurang meyakinkan. Hingga November, mereka masih berputar-putar di peringkat ketiga dan kedua. Ini terjadi karena MU yang bermain imbang menghadapi Fulham, Everton, Bolton Wanderers, Sunderland, West Bromwich Albion, Manchester City, dan Aston Villa.

Baru pada 27 November, usai kemenangan besar 7-1 atas Blacburn Rovers, MU naik ke peringkat pertama. Kemenangan tersebut sekaligus menandai kemunculan kembali Berbatov setelah tidak mencetak gol di delapan pertandingan. Sebelumnya, Berbatov mencetak hattrick kala menghancurkan Liverpool 3-2 pada 19 September 2010. Lantas, kala membantai Blackburn, Berbatov mencetak lima gol, yang dilengkapi oleh gol Park Ji-sung dan Nani.

Setelah kemenangan tersebut, MU selalu berada di peringkat pertama. Posisinya tak pernah tergeser meski sempat kalah dari Wolverhampton Wanderers, Chelsea, Liverpool, dan Arsenal. Pada papan akhir klasemen, MU kokoh di puncak dengan 80 poin, atau sembilan poin lebih banyak ketimbang Chelsea dan Arsenal.

Pada musim tersebut, MU memang hanya meraih gelar Premier League. Di Piala FA, MU kandas di babak semifinal saat kalah 0-1 atas rival sekota, Manchester City. Sementara itu di Piala Liga, MU kalah 0-4 dari West Ham United di babak kelima.

Hal ini sebenarnya wajar mengingat pada musim tersebut, MU harus fokus di liga dan di Liga Champions. Ini yang membuat mereka lebih memilih untuk melepas kompetisi Piala FA dan Piala Liga.

Di Liga Champions, United sebenarnya cuma kalah sekali. Sialnya, kekalahan itu terjadi di partai final saat The Red Devils kalah 1-3 dari Barcelona.

Pada musim ini, Manchester United tak berkompetisi di Liga Champions. United mungkin saja akan memilih liga sebagai pilihan logis untuk meraih gelar juara. Format kompetisi memungkinkan MU untuk meraih gelar juara di liga. Sekali atau dua kali kalah masih bisa dimaafkan, tidak seperti dalam kompetisi berformat turnamen, di mana kekalahan akan berarti fatal dan menghentikan kerja keras tim dari awal.

Menjadi wajar kalau United kini menguber gelar juara Premier League, karena untuk saat ini, gelar itu jauh lebih prestisius dari apapun. Apalagi, Mourinho ingin dengan segera mengubah MU yang hanya meraih gelar Piala FA sejak pensiunnya Sir Alex, menjad MU yang kuat dan kembali disegani oleh lawan-lawannya.

Mengenang musim 2010/2011 agaknya bisa menjadi hal yang tepat. Pada musim tersebut, MU berhasil memenangi Community Shield dan memenangi liga pada akhir musim. Kini, dengan skuat yang berlimpah, sudah semestinya MU bisa mengembalikan kenangan indah itu.