Foto: Manchester Evening News

19 Mei 2013 menjadi hari yang bersejarah sekaligus hari yang menyedihkan bagi Manchester United. Saat itu, Sir Alex Ferguson resmi memainkan pertandingan terakhirnya sebagai manajer sebelum memutuskan untuk meninggalkan tim alias pensiun. 1.500 pertandingan sudah dijalani dengan kemenangan, seri, kekalahan, hingga kejayaan yang sampai kapan pun sulit untuk dilewati.

Kita semua sudah tahu bagaimana hasil pertandingan terakhir tersebut. United dipaksa meraih hasil imbang 5-5 oleh West Bromwich Albion. Sebuah ending yang tidak terlalu menyenangkan karena United membuang keunggulan 5-2 saat itu. Tidak hanya itu, jadwal juga mengharuskan laga terakhirnya harus dihelat di The Hawthorns dan bukan di Old Trafford.

Tapi sudahlah, toh Ferguson juga tidak terlalu kecewa saat itu mengingat gelar liga sudah ia raih dan memberi hiburan dengan drama 10 gol pada laga tersebut.

***

Malam sebelum laga terakhir tersebut, para pemain United memberikan kenang-kenangan atas inisiatif dari Rio Ferdinand yaitu berupa jam tangan Rolex 1941 yang menunjukkan waktu 15.03. Bukan tanpa alasan Rio memberikan jam itu karena 1941 adalah tahun lahirnya dan 15.03 adalah waktu saat ia dilahirkan.

Meski berlangsung meriah, tapi kesedihan jelas terasa. Dalam bukunya, Ferguson pernah bilang kalau beberapa pemain saat itu menunjukkan ekspresi keraguan. Terutama kepada masa depan mereka masing-masing.

“Saya bisa melihat banyak pemain menunjukkan ekspresi kosong yang seolah mengatakan: seperti apa jadinya saat ini? Beberapa pemain bahkan belum tahu siapa manajer berikutnya,” kata Ferguson.

Meski ikut sedih, Ferguson tetap konsisten dengan keputusannya yaitu untuk pensiun. Dia bahkan harus terbang ke New York hanya untuk bertemu Joel Glazer dan mencoba meminta Joel untuk tidak menghalangi keputusannya itu.

“Aku sudah memutuskan selama Natal. Kakak Cathy (istri Ferguson) meninggal dunia dan mengubah hidup kami. Cathy sendirian.”

Hari pertandingan pun tiba. Ferguson mendapat sambutan hangat dari penggemar kedua klub. Suasana sakral tersebut membuat banyak orang yang ingin sekali memberi kenang-kenangan terhadap sang manajer.

Dave Chall adalah salah satunya. Dia sudah 20 tahun bekerja sebagai maskot West Bromwich. Tahu kalau tempat kerjanya akan menjadi saksi sejarah di Premier League, Dave memikirkan hadiah apa yang ingin ia berikan. Yang terpikir di benaknya adalah stopwatch raksasa untuk menghormati Fergie Time yang tersohor itu.

Sayangnya, ia tidak sempat membeli stopwatch tersebut. Ia pun mengganti hadiahnya jelang pertandingan dimulai. Sebuah hadiah yang membuat Ferguson tersenyum.

“Saya mengganti stopwatch dengan sebungkus permen karet. Saya pergi ke toko lalu mengambil sebungkus permen karet dan saya menyerahkannya. Saat dia berhenti setelah melakukan Guard of Honour, saya memberinya dan mengucapkan ‘selamat dan semoga sukses’. Dia mengambilnya lalu tertawa,” katanya.

Stadion Hawthorns Full House. Dari 26.688 kursi yang ada, 26.438 kursi terisi penuh. Sudah menjadi hal lazim kalau tiket perjalanan tandang United selalu habis. Tapi pada pertandingan ini, permintaan tiket semakin tinggi. Ada yang membayar dengan harga yang tinggi karena tahu kalau tiket ini akan menjadi tiket terakhir United di era kepelatihan Ferguson, ada juga yang terpaksa untuk berbaur bersama suporter tuan rumah.

“Sesampainya saya di stadion, ada fans West Brom yang menjual tiket itu dengan harga 300-400 pounds yang nilainya sama dengan tiket musiman musim depan,” kata suporter United, Alex Pearson.

Saking ada yang terpaksa ikut mendukung dari tribun tuan rumah, beberapa suporter United harus diseret keluar saat itu karena ketahuan bersorak saat Shinji Kagawa dan Jonas Olsson (gol bunuh diri) mencetak gol ke gawang WBA.

Di lapangan, pertandingan sebenarnya berjalan normal-normal saja. Namun tidak di luar lapangan. Pat Frost, kitman WBA saat itu bercerita kalau ada beberapa penggemar United yang masuk melalui kursi eksklusif. Bahkan ada beberapa yang mengganggu suporter tuan rumah karena ingin lebih dekat dengan Ferguson.

“Mereka ingin meminta tanda tangannya. Bahkan ada yang berjalan-jalan di sekitar ruang ganti kami. Itu konyol. Mereka ada di mana-mana. Tapi itu adalah bentuk atmosfer yang luar biasa yang pernah saya alami,” kata Pat.

Segalanya berjalan baik bagi United ketika itu. Mereka unggul 3-0 sebelum James Morrison memperkecil kedudukan jelang babak pertama berakhir. Meski sadar kalau United dijagokan menang demi kado yang indah bagi Ferguson, tapi Baggies tentu punya misi lain yaitu merusak pesta tersebut. Oleh karena itu, Steve Clarke kemudian mengubah susunan pemainnya dengan memainkan Romelu Lukaku. Striker Belgia saat itu menjalani musim yang fenomenal setelah hengkang sebagai pinjaman dari Chelsea.

“Kami ingin merusak pesta mereka,” kenang Pat.

Tidak sampai lima menit, Lukaku membuat keunggulan United hanya tersisa satu gol saja. Namun, United membalasnya tiga menit kemudian melalui Van Persie sebelum Hernandez membuat Setan Merah kembali unggul tiga gol.

Sayangnya, United lengah. Pada 10 menit terakhir, WBA mencetak tiga gol yang dua diantaranya berasal dari Lukaku. Skor akhir pun sama kuat 5-5 yang menjadi skor imbang 5-5 pertama dan satu-satunya dalam sejarah Premier League sejauh ini.

“Jika skor akhir 5-2 maka kami seperti menang 20-2. Namun, ketika skor 5-5 maka itu sama saja dengan kami kalah 20-5. Secara defensif kami berantakan. Saya mengeluh karena kami membuang keunggulan dan masih memperlihatkan kalau saya jengkel,” kata Ferguson.

Setelah pertandingan, Ferguson mendatangi suporter United yang terus menyanyikan namanya untuk memberi tepuk tangan perpisahan. Setelah itu, West Brom yang bergantian melakukan Victory Lap untuk menandai penampilan luar biasa mereka saat itu.

Akan tetapi, kekacauan belum mau berhenti. Saat pemain WBA ingin merayakan kesuksesan mereka dengan suporternya, beberapa orang berseragam WBA memilih untuk mencari Ferguson dengan harapan bisa mendapat tanda tangan terakhirnya.

Pihak WBA sendiri kemudian memberi jersey West Brom yang ditanda tangani seluruh anggota tim WBA yang disusul hadiah lainnya dari Real Madrid, dan Ajax Amsterdam.