Foto: IMDB

Sambil merentangkan tangannya, Beckham berlari ke arah suporter sambil menunjukkan kaus timnas Inggris yang ia pakai. Sebuah aksi yang sangat ekspresif mengingat perayaan itu tidak sekadar untuk merayakan gol semata.

Sosok David Beckham tidak hanya sebatas ikon bagi sepakbola Inggris pada akhir 90 hingga awal 2000-an. Ia juga menjadi simbol harapa ketika Inggris mengikuti turnamen besar. Ada asa dari para suporter Tiga Singa kalau Beckham menjadi sosok penting dan membawa Inggris meraih kejayaan.

Sayangnya, hal itu tidak berjalan sesuai rencana. Debut Beckham pada turnamen besar berakhir bencana. Penyebabnya tidak lain adalah kartu merah yang ia dapat ketika Inggris melawan Argentina di babak 16 besar Piala Dunia 1968. Pada pertandingan tersebut, Beckham menendang Diego Simeone.

Kartu merah berbuntut panjang. Inggris kalah dari Argentina dalam babak adu penalti. Sesampainya kembali ke Inggris, Beckham disambut dengan beragam cercaan, kritik, dan tuduhan sebagai biang kerok kekalahan timnya karena dengan kartu merah itu membuat Inggris hanya bermain dengan 10 orang.

Makian demi makian ia dapatkan. Harian Mirror menyebut Beckham adalah satu bocah bodoh di tengah 10 singa heroik. Ia juga dianggap sebagai pengkhianat negara. Ada juga teror berupa boneka bergambar dirinya digantung dan dibakar di beberapa tempat di sana. Bahkan hujatan masih terdengar ketika Beckham sudah berganti seragam dari putih Inggris ke merah Manchester.

Sebenarnya, Beckham sudah menebus kesalahannya tersebut. Gol tendangan bebasnya ke gawang Yunani pada kualifikasi Piala Dunia 2002 menyelamatkan Inggris dari kekalahan sekaligus meloloskan mereka ke Piala Dunia pertama di Asia tersebut. Akan tetapi, semua seperti masih terasa kurang.

Semesta sepertinya mengizinkan Beckham untuk melakukan revans. Undian ternyata langsung mempertemukan Inggris dan Argentina pada babak penyisihan. Pada 7 Juni 2002 di Sapporo Stadium, pertandingan dua negara hebat di sepakbola ini berlangsung ketat.

Inggris asuhan Sven Goran Eriksson menekan sejak awal. Akan tetapi, Argentina yang justru lebih banyak mendapat peluang. Inggris baru mendapat peluang emas pada menit ke-23 ketika sepakan Michael Owen membentur tiang gawang.

Sosok Owen juga yang menjadi pembuka jalan Beckham untuk balas dendam. Pada menit ke-43, penetrasi Owen di sisi kanan harus dijatuhkan oleh bek Argentina, Mauricio Pochettino. Wasit Pierluigi Collina tanpa kompromi langsung menunjuk titik penalti. Pemain Argentina protes, tapi Collina tidak bergeming dengan keputusannya meski dalam tayangan ulang, Owen memang seperti melakukan diving.

Beckham bersiap menjadi eksekutor. Dengan tarikan napas dan tatapan yang penuh dengan rasa lapar, Beckham kemudian berlari cepat dan langsung menendang bola ke sisi kiri gawang yang dijaga Pabol Cavallero. Bola meluncur mulus ke gawang dan gol untuk Inggris.

Satu gol Beckham menjadi pembeda dari pertandingan tersebut. Inggris menang dan Beckham kini mengubah statusnya dari pecundang pada 1998 menjadi pahlawan empat tahun setelahnya. Setelah peluit panjang dibunyikan, beberapa pemain memeluk Beckham yang bersorak gembira. Rekan setimnya tahu kalau kemenangan ini sangat berarti untuknya tidak hanya bagi rakyat Inggris saja.

Gol ini membuka kesempatan Inggris untuk lolos ke fase gugur. Hasil imbang melawan Nigeria membawa mereka lolos dengan status runner-up di bawah Swedia. Di sisi lain, mental Argentina runtuh setelah pertandingan ini. Pada laga terakhir, mereka hanya bermain imbang dengan Swedia yang membuat mereka gagal lolos ke babak selanjutnya. Kali ini, Diego Simeone terdiam.