Foto: Soccer Laduma

Harapan besar tumbuh ketika Manchester United mengganti David Moyes dengan Louis van Gaal pada musim 2014/2015. Sayangnya, hal itu tidak langsung terlihat pada awal-awal kiprah sang meneer di kompetisi sesungguhnya. United bahkan sempat dibantai terlebih dahulu oleh klub League One pada tanggal ini delapan tahun lalu.

Kiprah bagus di pra-musim nyatanya tidak memberi dampak langsung bagi Van Gaal ketika turun di kompetisi sesungguhnya. Mereka langsung tumbang oleh Swansea City 1-2 di Old Trafford. Sepekan berselang, mereka hanya mampu meraih hasil imbang 1-1 atas Sunderland.

Tapi yang lebih menyesakkan adalah ketika United masuk ke pertandingan ketiga bersama Van Gaal. Saat itu mereka dibantai oleh MK Dons 4-0 pada ajang Piala Liga.

Posisi United yang hanya finis pada urutan ketujuh musim sebelumnya memaksa mereka harus memulai turnamen ini pada babak kedua. Ini adalah kali pertama United harus memulai ajang Piala Liga dari fase tersebut sejak 19 tahun yang lalu. Hal ini tidak masalah sebenarnya karena di atas kertas United hanya bertandang melawan MK Dons.

MK Dons saat itu adalah tim League One yang merupakan divisi tiga dalam sepakbola Inggris. Aneh rasanya jika United tidak menang mengingat mereka punya pemain-pemain hebat macam Javier Hernandez, Shinji Kagawa, hingga David de Gea.

Akan tetapi, keanehan itulah yang justru terjadi di MK Stadium. United terlihat kalah energik dari MK Dons. Bahkan pemain dengan pengalaman macam Jonny Evans saja membuat kesalahan yang bisa dimaksimalkan oleh Will Grigg menjadi gol.

Bomber pinjaman dari Brentford itu menambah satu gol lagi pada menit ke-63. Rekan setimnya, Benik Afobe, menambah penderitaan United lewat dua golnya pada menit ke-70 dan 84.

United benar-benar kalah segalanya dari tim yang baru berdiri pada tahun 2004 itu. Meski mereka bisa melepaskan 14 kali percobaan, tapi hanya empat yang bisa mengarah ke gawang. Mirisnya lagi, shots on target pertama United hadir pada menit ke-72 atau saat mereka sudah tertinggal tiga gol.

Sorotan sudah pasti mengarah kepada Louis van Gaal. Keputusannya memainkan pemain macam Saidy Janko dan Reece James (bukan pemain Chelsea) dianggap terlalu berani mengingat keduanya minim pengalaman. Selain itu, ketidakmampuan para pemain menjalankan formasi 3-5-2 juga dianggap berperan besar atas kekalahan ini.

Meski begitu, alasan tersebut dianggap mengada-ngada mengingat Van Gaal masih memainkan pemain dengan segudang pengalaman macam Hernandez, Welbeck, Kagawa, hingga Anderson yang kualitasnya jelas masih di atas pemain-pemain MK Dons. Kekalahan ini membuat mantan pelatih Ajax itu mendapat sorotan. Yang menarik, Van Gaal tampak santai meski timnya telah dibantai.

“Saya tidak kaget dengan hasil ini karena saya tahu kalau tim baru tidak bisa dibangun dalam satu bulan. MK Dons juga bermain baik dan agresif sehingga mendapatkan keuntungan berkat gol-golnya,” kata Van Gaal.

“Kamilah yang membuat banyak kesalahan dan saya tidak menyesal terkait pemilihan pemain yang saya lakukan. Hanya, perubahan yang saya lakukan memang berisiko.”

Van Gaal memang tidak kaget, tapi beberapa hari kemudian ia melakukan perubahan besar-besaran dengan melepas mayoritas pemain yang tampil pada saat itu. Anderson, Vermijl, Janko, Powell dan James tidak pernah lagi dimainkan sejak saat itu. Michael Keane dilepas ke Burnley, Kagawa ke Dortmund, Welbeck ke Arsenal, dan Hernandez dipinjamkan ke Real Madrid.