“Saya ingat ketika pertama kali melihat anak-anak Class of ’92 bermain. Semua orang bilang bahwa masa depan Manchester United berada di tangan mereka. Salah satunya Ryan Giggs yang dengan cepat masuk ke tim utama. Berkat Eric Harrison dan Bryan Kidd, anak-anak itu tidak hanya berubah menjadi pesepakbola hebat, tapi juga pesepakbola yang bermental tangguh.”

Ucapan tersebut muncul dari mulut Peter Schmeichel ketika berbicara kepada Inside United dalam perayaan 20 tahun Class of ’92, lima tahun silam. Ucapan yang bukan hanya sekedar pepesan kosong mengingat setelah keberhasilan di FA Youth Cup tersebut satu persatu para alumni angkatan 1992 naik kelas ke tim utama.

Ketangguhan mental mereka benar-benar diuji ketika secara bertahap alumni angkatan 92 beraksi dengan tim senior. Setelah Ryan Giggs yang sudah angkat nama sejak 1991, Gary Neville kemudian menyusul Giggs pada September 1992 dengan mencicipi debut ketika United melawan Torpedo Moscow di Piala UEFA sebelum menjadi pilihan utama di sisi kanan dua musim berselang.

Nicky Butt kemudian menjadi pemain ketiga dari angkatan 92 yang debut bareng tim senior. Ketika Iblis Merah menghadapi Oldham Athletic dalam kemenangan 3-0 di Premier League. Dua nama tersisa harus menunggu waktu yang terbilang sangat panjang hanya untuk mencicipi rasanya debut berseragam merah Manchester United.

Hadiah untuk Beckham, Scholes, dan Phil Neville

Meski gagal membawa United muda mempertahankan gelar FA Youth Cup, namun Sir Alex Ferguson memberikan hadiah spesial bagi David Beckham dan Paul Scholes berupa debut ketika United bertanding di Piala Liga melawan Port Vale pada September 1994. Spesial bagi Scholesy (sapaan Scholes) karena di laga tersebut ia mencetak dua gol kemenangan 2-1 United atas Port Vale.

Satu pemain lagi diberikan kesempatan tampil meski dirinya bukan anggota skuad angkatan 1992. Phil Neville bermain di laga perdananya dalam tajuk Derby Manchester pada Februari 1995. Adik dari Gary Neville ini sebenarnya adalah angkatan United 1995 yang kembali meraih gelar FA Youth Cup. Keenam anak muda tangguh ini kemudian membuat Fergie tertarik menjadikannya tulang punggung tim di musim selanjutnya.

Debut di Tim Senior

Musim 1995/1996 United melepas beberapa pilar seperti Mark Hughes, Steve Bruce, Paul Ince dan Andrei Kanchelskis, tanpa membeli satupun pemain bintang. Pemain baru United saat itu hanyalah enam anak muda yang ketika itu usianya baru menginjak 20-an (kecuali Phil Neville).

Empat pemain dimainkan di laga pertama Premier League menghadapi Aston Villa kecuali Ryan Giggs (absen) dan David Beckham (cadangan). Fergie juga memasukkan dua nama yang masih kesulitan menembus tim utama seperti Simon Davies dan John O’Kane.

Sayangnya laga tersebut berakhir dengan kekalahan 1-3. Kritik bermunculan di mana-mana. Strategi Fergie dipertanyakan. Salah satunya yang tersohor adalah ungkapan legenda Liverpool, Alan Hansen, yang mengatakan “Kita tidak bisa memenangi apapun dengan anak-anak.”

Anak-anak muda tersebut kemudian menunjukkan bahwa apa yang diucapkan oleh Schmeichel di paragraf pembuka tidaklah salah. Mereka memang anak-anak yang tangguh.

Hingga Desember United masih tertinggal 10 poin dari Newcastle United. Namun hanya dalam kurun waktu dua setengah bulan, mereka memutar balikkan prediksi dan membuat seorang Kevin Keegan menjadi gugup. United menjadi juara liga di akhir musim dengan selisih enam poin dan menambahnya dengan gelar Piala FA.

Meraih Treble Winner

Tiga musim berselang, keenam pemain tersebut sudah semakin matang baik dalam segi usia maupun pengalaman bertanding. Mereka membawa musim 1998/1999 menjadi salah satu musim yang paling berkesan sepanjang sejarah Manchester United.

Sejak Boxing Day 1998 hingga akhir musim 1999, United di tangan mereka tidak pernah tersentuh kekalahan. Mereka juga menghasilkan 20 gol yang dibuat di 10 menit terakhir pertandingan. Suatu bukti yang menunjukkan bahwa Iblis Merah memang tidak bisa diremehkan perihal soal gol di menit-menit akhir.

Malam yang indah di Barcelona kemudian menjadi puncak dari keberhasilan Class of ’92 merebut perhatian dunia. Dalam rentang 10 hari, mereka mengumpulkan tiga gelar prestisius. Tiga gelar yang menasbihkan kehebatan Manchester United di mata dunia. Tiga gelar yang membuat seorang Sir Alex Ferguson dengan percaya diri mengubah sedikit kata-kata Hansen menjadi “Kita tidak bisa memenangi apapun tanpa anak-anak.”