Musim panas 2012 merupakan musim terakhir Sir Alex Ferguson untuk blusukan mencari pemain. Beberapa nama direkrut sebagai warisan bagi manajer berikutnya dan tentu saja masih berusia sangat muda. Sebut saja Shinji Kagawa, Wilfried Zaha, dan Nick Powell. Selain itu, ada satu pemain baru lagi yang diharapkan bisa menjadi pemain utama United ke depannya. Dia adalah Alexander Buttner.

Perekrutan Alexander Buttner terbilang mengejutkan. Dengan dalih mencari pelapis Patrice Evra, Ferguson sampai tega memisahkan Rafael dan Fabio dengan meminjamkan sang kakak ke QPR. Belum lagi melihat kiprah Buttner yang bermain di Eredivisie yang saat itu sedang kehilangan pamor.

“Kami memang punya bek kiri muda tapi kami butuh bek yang berpengalaman sekaligus cadangan Evra. Dia menarik perhatian saya. Dia agresif, gigih, cepat, jago mengumpan silang, suka menggiring bola, menembak serta yang paling penting dia murah meriah,” tutur Ferguson dalam autobiografinya.

Alexander Buttner memang murah meriah. Ia dibeli hanya dengan nilai 2,5 juta Euro. United mengalahkan Southampton dan Fulham yang ketika itu juga tertarik untuk menggunakan jasanya. Ia sudah siap apabila menit bermainnya jauh dibandingkan ketika ia bersama tim papan tengah.

“Jika ada orang yang berkata saya akan bermain dengan Van Persie di United maka saya pastikan kalau orang itu adalah pasien rumah sakit jiwa. Tapi saya harus sadar kalau Patrice (Evra) adalah pemain utama klub ini. Tidak masalah kalau saya hanya bermain 12 atau 13 laga saja,” tuturnya.

Alexander Buttner memang hanya menjadi cadangan Evra. Namun sepanjang musim terakhir Ferguson, ia menjalankan peran sebagai pengganti Evra dengan sangat baik di sisi kiri pertahanan United. Tidak hanya itu, jarang ada pemain yang dalam satu musim mempunyai lima momen berkesan. Namun Buttner memiliki momen manis tersebut.

Debut Alexander Buttner di Premier League melawan Wigan langsung diwarnai satu gol dan satu asis. Golnya tidak main-main. Ia berakselerasi di sisi kiri dan melewati salah seorang pemain belakang Wigan sebelum melepaskan sepakan dari sudut sempit. Ia kemudian didaulat sebagai Man of the Match oleh para penggemar Setan Merah.

Bersama United, ia juga merasakan kerasnya kompetisi Liga Champions. Kompetisi yang tidak bisa dia dapatkan ketika masih di Vitesse. Turun dalam tiga pertandingan, ia selalu bermain 90 menit meski dua laga di antaranya United tumbang.

Ia kemudian menjadi pemain terbaik ketika United menang 2-0 melawan Sunderland. Itulah kali kedua namanya didaulat menjadi pemain terbaik. Sementara momen keempat Buttner adalah ketika ia mendapat medali Premier League pertama kalinya. Momen emas Buttner sepanjang musim pertamanya ditutup dengan satu gol pada partai terakhir Sir Alex di kandang West Brom.

“Musim pertama saya berjalan sangat baik. Saya bermain 13 kali dan rasanya telah menjadi bagian tim ini. Bulan-bulan pertama terasa sangat sulit. Kini, saya mulai menikmati kehidupan di sini dan musim pertama saya begitu fantastis,” tuturnya kepada Inside United.

Sayangnya musim 2012/2013 menjadi awal sekaligus akhir dari karier manis Buttner di kota industri tersebut. Meski mendapat jumlah main yang lebih banyak di musim kedua, namun penampilan Buttner menurun secara drastis. Umpan silangnya semakin ngawur. Tidak ada lagi aksi agresif Buttner di sisi kiri. Pergerakannya kali ini mudah sekali dihentikan lawan. Tidak hanya itu, ia juga berkonflik dengan Moyes soal larangan memakan keripik kentang.

Pada musim panas 2014, Buttner kemudian hengkang ke Dynamo Moscow. Dilansir dari sang agen, ia menolak untuk dilatih Van Gaal karena tidak pernah memanggilnya ke timnas senior Belanda ketika ditangani olehnya.

“Bertahan di United bukan pilihan untuk Buttner. Selama dua tahun Louis van Gaal mengabaikan talentanya. Jadi apa yang bisa diharapkan saat pelatih yang mengabaikan Anda menjadi pelatih baru Anda di klub.”

Buttner pun gagal menjadi penerus Patrice Evra di sisi kiri. Ia pun disebut sebagai salah satu transfer terburuk yang pernah dilakukan Sir Alex. Meski begitu, ia tidak mau dicap gagal oleh para penggemar United.

“Siapa bilang saya gagal? Saya bisa berada di lapangan hampir 30 kali dan menjadi pemain yang bisa meraih gelar juara di Inggris. Saya bisa melakukannya. Bahkan Steven Gerrard tidak bisa mendapatkan apa yang bisa saya dapatkan.”