Foto: Twitter

Sejak Sir Alex Ferguson pergi meninggalkan United, tercatat hanya ada dua manajer (tidak menghitung caretaker) yang gagal menang dalam partai debutnya di Premier League. Yang menarik, keduanya sama-sama berasal dari Belanda. Erik ten Hag melakukannya pada musim ini, sebelumnya ada Louis van Gaal yang menorehkan catatan buruk itu tepat delapan tahun yang lalu.

Layaknya déjà vu, apa yang terjadi pada 16 Agustus 2014 itu sama dengan apa yang terjadi pada tahun ini. Louis van Gaal saat itu datang dengan membawa narasi era baru, filosofi baru, dan permainan baru setelah sebelumnya United berantakan bersama David Moyes.

Suporter sudah tidak sabar ingin melihat bagaimana pola 3-5-2 milik sang meneer bekerja di Premier League pada laga pertama musim 2014/2015 melawan Swansea City. Semua karena performa Setan Merah di pra-musim yang begitu fenomenal. Enam kali bermain, enam kali tidak terkalahkan, termasuk lima kemenangan dengan mengalahkan Real Madrid, Liverpool, dan AS Roma.

Sayangnya, kita semua harus sadar kalau pra-musim tentu berbeda atmosfer dan tekanannya dengan Premier League. Inilah yang membuat para pemain United justru tampak seperti orang bingung ketika turun ke arena sesungguhnya. Kesalahan koordinasi dan pertahanan individu menyebabkan mereka kesulitan untuk mengembangkan permainan.

“Premier League jelas berbeda. Anda bisa lihat selama pertandingan pemain United berpikir mereka harus berada di mana. Di Belanda, 3-5-2 digunakan karena tim itu memiliki pertahanan yang buruk, jika Anda adalah pemain Swansea, apakah Anda akan takut dengan susunan pemain itu?” kata Ruud Gullit.

United memainkan formasi 3-5-2 yang berubah menjadi 3-4-1-2 dengan Lingard dan Ashley Young menjadi wing back. Sayangnya, penampilan mereka yang bagus di pra-musim tidak terlihat. Di sisi lain, trio Smalling, Jones, dan Blackett bermain sangat mengkhawatirkan. Beberapa kali mereka memberi celah yang menjadi awal dari terciptanya peluang-peluang milik Swansea City.

Proses gol pertama langsung memperlihatkan betapa gampangnya United melepas penjagaan dan memberi ruang kepada pemain tamu. Ki Sung Yueng dengan mudah menciptakan gol pertama dan langsung membuat Old Trafford menjadi senyap.

Van Gaal mencoba bereksperimen dengan 4-2-3-1 pada babak kedua. Ia menggantikan Hernandez dengan Nani dan menjadikan Young serta Phil Jones sebagai bek sayap. Serangan United menjadi lebih dinamis dan berbahaya. Bahkan mereka bisa menyamakan kedudukan melalui Wayne Rooney. Akan tetapi, pertahanan yang membutuk membuat Swansea bisa kembali unggul yang kali ini datang dari Gylfi Sigurdsson. Skor 2-1 bertahan hingga akhir pertandingan dan membuat United kalah pada pekan pembuka liga di Old Trafford untuk pertama kalinya sejak 1972.

Setelah pertandingan Louis van Gaal memberikan pesan secara terbuka kepada keluarga Glazer kalau dia membutuhkan pemain baru. Saat itu, United memang baru meresmikan dua nama yaitu Luke Shaw dan Ander Herrera. Ia tampak tidak puas dengan skuadnya yang mayoritas pemain peninggalan Ferguson tapi tidak lagi dalam performa terbaiknya.

“Kami butuh pemain dan itu sudah saya katakan sejak di Amerika Serikat. Saya tahu berapa banyak yang saya butuhkan dan saya tahu di posisi apa kami membutuhkab mereka. Tapi kami hanya bisa membeli pemain yang bisa memenuhi cara bermain seperti yang saya mau,” katanya.

Setelah kekalahan itu, Setan Merah langsung meresmikan empat nama yaitu Marcos Rojo, Daley Blind, Angel Di Maria, dan Radamel Falcao. Lantas, apakah itu semua berhasil?

Nyatanya tidak, United baru menang pada pertandingan keempat melawan QPR. Mereka bahkan sudah sempat kalah 4-0 dari MK Dons. Beberapa dari mereka bahkan tidak memberikan penampilan yang istimewa. Contohnya Falcao yang hanya membuat tiga gol sepanjang musim itu.