Setelah memenangi tiga gelar di musim 1999, Manchester United masih belum berhenti untuk mendulang trofi. Gelar piala interkonintal serta dua trofi liga kembali diraih hingga musim 2001. Pada musim kompetisi 1999/2000, Setan Merah menjuarai Premier League dengan selisih 18 poin dari Arsenal. Selisih poin yang menjadi rekor Premier League hingga saat ini.

Akan tetapi, memasuki abad ke-21 performa United perlahan-lahan menurun. Keputusan Fergie yang ingin pensiun (sebelum dibatalkan) memengaruhi psikologis United yang kemudian dimanfaatkan oleh rival mereka. Salah satunya Arsenal yang dua kali membuat United finis di posisi ketiga dua kali (2002 dan 2004).

Selain Arsenal, Chelsea mulai mengganggu dengan kekuatan uang mereka dalam merekrut pemain bintang. Di sisi lain, United justru kehilangan bintang mereka, David Beckham, yang saat itu hijrah ke Real Madrid. Hal ini membuat Setan Merah puasa gelar liga selama tiga musim hingga tahun 2006.

Baca juga: Pandangan Ferguson terhadap Penggawa Class of 92: David Beckham

Namun, di sela-sela kekosongan gelar tersebut, Fergie mulai membangun ulang tim. Salah satunya menyingkirkan pemain senior macam Roy Keane dan Ruud van Nistelrooy lalu menggantinya dengan pemain muda Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney. Fergie juga menyelipkan beberapa wonderkid saat itu macam Anderson, Nani, serta pemain matang macam Van Der Sar dan Dimitar Berbatov.

United akhirnya menjuarai kembali Premier League pada 2007 yang diteruskannya semusim kemudian. Pada kompetisi 2008/2009, mereka kembali menjadi juara liga. Inilah trofi liga mereka yang ke-18. Terasa spesial karena Fergie berhasil membawa United saat itu sejajar dengan Liverpool sebagai tim dengan koleksi gelar liga terbanyak.

Kejayaan Luzhniki dan Menggusur Dominasi Liverpool

Di sela-sela kesuksesan tersebut, Sir Alex kembali mempersembahkan tropi Liga Champions ketiga mereka sepanjang sejarah. Pada 2008, United bertarung dengan Chelsea dalam partai final yang dramatis di Luzhniki. United bisa saja kalah andai penalti terakhir milik John Terry masuk. Sayangnya ia terpeleset dan menjadi salah satu faktor gagalnya mereka menjuarai Liga Champions saat itu.

United punya kesempatan untuk mempertahankan gelar Si Kuping Besar setahun kemudian. Namun, United tidak kuasa untuk menahan laju Barcelona yang saat itu terkenal dengan permainan cantik di bawah arahan Pep Guardiola.

Akan tetapi, Fergie masih punya hutang yang belum bisa ia lunasi yaitu menggusur Liverpool dan menjadikan United sebagai tim terbaik Inggris. Ia gagal melakukannya pada 2009/2010 saat mereka kehilangan Ronaldo yang hijrah ke Real Madrid.

Fergie akhirnya berhasil menepati janjinya semusim kemudian. Meski perjalanannya tidak mulus dimana United menelan 11 kali hasil imbang, di akhir musim mereka berhasil memastikan poin mereka tidak terkejar lagi oleh Chelsea setelah menahan imbang Blackburn Rovers di pekan 37. Berbicara soal kompetisi Eropa, lagi-lagi United dikalahkan Barcelona.

Gelar ke-20, Pensiun, Hingga Usaha untuk Bangkit Kembali

Meski terbilang superior di kompetisi Domestik, tapi sejak 2011 Setan Merah terlihat memiliki beberapa masalah. Lini belakang kurang fokus karena Rio-Vidic sudah berusia 30-an. Evans dan Smalling yang diproyeksikan sebagai pengganti bermasalah dengan cedera. Begitu juga Phil Jones dan Darren Fletcher yang sempat vakum dari United.

Masalah United kemudian bertambah dengan munculnya Manchester City yang mulai menonjolkan dirinya sebagai jagoan baru Manchester. Dengan kekuatan uang Uni Emirat Arab, mereka mulai membangun citra mereka sebagai klub kuat di Inggris maupun Eropa. Pemain-pemain bintang mulai direkrut dan langsung membuahkan hasil setelah menyalip United di saat-saat akhir musim 2011/2012.

Pada musim berikutnya, Fergie berhasil menahan laju City dengan kembali menjuarai liga untuk ke 20 kalinya. Akan tetapi, masalah di lini belakang tetap hadir dengan United menjadi juara dengan kebobolan 43 gol. Inilah pertama kalinya mereka kembali kebobolan lebih dari 30 gol setelah terakhir kali pada 2002 lalu.

Masalah lagi-lagi hadir saat Fergie memutuskan pensiun dari United setelah 26 tahun mengabdi. Pencarian sang pengganti pun berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ancelotti sudah di booking Madrid, begitu juga Mou dan Pep Guardiola. Yang tersisa hanyalah David Moyes yang dengan pedenya seorang Fergie yakin prestasi United tetap stabil di tangan The Choosen One.

Moyes justru membuat United amburadul. Finis di posisi ketujuh, gagal ikut Liga Champions, tujuh dari 12 kekalahan didapat di kandang, permainan kurang meyakinkan, serta taktik yang tidak jelas menjadi cerminan United saat itu. Puncaknya adalah dengan dipecatnya Moyes pada bulan April. Inilah kali pertama Setan Merah memecat pelatih setelah Ron Atkinson.

Dalam tiga tahun pasca era Sir Alex, United empat kali mengganti manajer. Setelah sempat diisi Ryan Giggs dalam beberapa laga, manajemen kemudian merekrut Louis van Gaal yang membawa Belanda juara tiga Piala Dunia dengan formasi tiga beknya.

Sempat memberikan dimensi baru dengan pola 3-5-2, nyatanya LVG tidak terlalu diterima kehadirannya ole beberapa penggemar. Permainan yang membosankan, penempatan pemain yang tidak sesuai dengan posisi, serta pendekatannya yang kaku sepanjang pertandingan hanya mampu membuahkan satu gelar Piala FA pada 2016. Satu-satunya hal positif dari LVG mungkin hanyalah mencuatnya jebolan akademi macam Jesse Lingard serta Marcus Rashford yang mulai menjadi tulang punggung.

Setelah LVG, United menjadikan Mourinho sebagai juru racik. Disinilah momentum Setan Merah untuk kembali memperbaiki kehancuran mereka di tangan dua manajer sebelumnya. Musim pertama, Jose memberikan tiga piala. Satu liga Europa yang diraihnya membuat United sudah merasakan semua tropi di seluruh kompetisi baik domestik, Eropa, maupun dunia.

Musim ini, United juga mulai kembali bersaing di papan atas. Sayangnya mereka masih belum beruntung untuk meraih tropi Premier League. Akan tetapi, hingga tulisan ini dibuat, David De Gea cs masih berpeluang untuk menambah gelar di Piala FA dan Liga Champions.

***

Hingga saat ini mereka masih kesulitan untuk menggapai status sebagai yang terbaik. Meski begitu, perjalanan Manchester United masih sangat panjang. Sepakbola masih begitu luas. Kesempatan meraih trofi masih terbuka lebar. Bendera United masih terus berkibar, karena Manchester United tidak akan pernah mati dan Manchester United akan selalu ada di hati.

Tentang 140 Tahun Manchester United:
(1) Masa Sulit Menjadi Klub Profesional
(2) Tim Yoyo yang Terusir di Rumah Tertangga
(3) Busby Babes, Tragedi, dan Kejayaan Eropa
(4) Transisi, Fergie, dan Kejayaan Treble