foto: efl.com

Manchester United menghempaskan Northampton Town 3-1 pada Rabu (21/9) lalu dalam laga EFL Cup 2016. Sekilas, kompetisi yang akan diikuti oleh United ini punya nama yang asing. Padahal, EFL Cup tak lain dari sekadar pergantian nama kompetisi Piala Liga atau Piala Carling.

Di Piala Liga, kita harus mengakui kalau United bukanlah adidaya. Jumlah perebut gelar terbanyak adalah Liverpool dengan delapan gelar sementara United hanya setengahnya. Capaian United bahkan masih di bawah Aston Villa yang berhasil mengumpulkan lima gelar.

Sejak musim 1981/1982, nama title sponsor selalu melekat sebagai nama kompetisi Piala Liga, mulai dari Milk Cup sampai yang terakhir Capital One Cup. Lantas, hal-hal apa saja yang harus Anda ketahui dari EFL Cup?

Dimulai sejak 1960

Piala Liga dimulai pada musim 1960/1961. Kompetisi ini merangkak ke dalam tiga kompetisi utama di Inggris setelah Liga Primer Inggris dan Piala FA.

Piala Liga bisa dibilang tidak seketat Piala FA karena hanya berisi kesebelasan dari empat kompetisi teratas. Dengan jumlah pertandingan yang lebih sedikit, Piala Liga pun biasanya sudah menemukan juaranya pada Februari, jauh lebih cepat ketimbang dua kompetisi utama lainnya di mana Piala FA biasa berakhir pada Mei.

Namun, ada anggapan kalau Piala Liga punya prestise di bawah Piala FA. Selain karena merupakan kompetisi tertua di Inggris, Piala FA pun menyertakan semua kesebelasan di Inggris. Ada sejarah besar yang tersimpan di Piala FA yang membuatnya sulit tersaingi oleh kompetisi manapun. Hal inilah yang membuat Piala Liga dianggap sebagai prioritas ketiga.

Atas hal tersebut, sejumlah kesebelasan biasanya menurunkan para pemain lapis kedua atau langsung menurunkan pemain muda. Karena di ajang ini pula, pemain muda bisa menunjukkan kemampuannya dan berharap untuk menjadi starter di Premier League.

Kompetisi dengan Format yang Berbeda dari Piala FA

Dengan jumlah peserta yang lebih sedikit, tentu berimbas pada jumlah pertandingan yang dilakoni untuk mencapai partai puncak. Kesebelasan Premier League hanya perlu memenangi enam putaran agar bisa juara, sementara kesebelasan Football League harus memenangi tujuh putaran. Jumlah ini terbilang sedikit ketimbang Piala FA di mana terdapat 14 putaran hingga mencapai partai final.

Di Piala FA, semua pertandingan berlangsung satu putaran. Namun, terdapat pengecualian di mana saat pertandingan berakhir seri, maka digelar pertandingan replay. Aturan ini berlaku hingga babak perempat final.

Sementara itu, Piala Liga hanya memainkan satu pertandingan di tiap putaran. Selain itu, hanya pertandingan final yang dihelat di Stadion Wembley, sementara pertandingan semifinal dihelat dalam dua leg di kandang masing-masing kesebelasan.

Sejarah

Ide awal EFL Cup berasal dari Stanley Rous yang menginginkan kompetisi bagi kesebelasan yang sudah keluar dari Piala FA. Namun, yang mengimplementasikannya adalah Sekretaris FA, Alan Hardaker, yang berinisiatif membuat kompetisi untuk kesebelasan yang kehilangan pendapatan dari Piala FA. Awalnya kompetisi tersebut akan berformat liga, tetapi pada akhirnya format kompetisi diubah menjadi turnamen.

League Cup hadir saat jumlah penonton liga kala itu merosot. Kurang lebih satu juga penonton absen pada musim sebelumnya. Selain itu, terdapat tensi tinggi antara Football League, sebagai operator kompetisi, dengan Football Association selaku asosiasi sepakbola. Tensi tersebut disebabkan persoalan tentang pembagian uang kompetisi.

Agar kondisi tidak berlarut-larut dan kesebelasan mendapatkan dana tambahan, League Cup pun diperkenalkan. Sama seperti Piala FA, kompetisi tersebut dilaksanakan setiap tengah pekan pada malam hari, karena mayoritas kesebelasan di Inggris sudah memiliki lampu stadion.

Seperti yang sudah dituliskan di atas, EFL Cup sebelumnya punya title sponsor. Namun, khusus pada musim ini, nama kompetisi hanya “English League Cup” mengikuti Premier League yang musim ini tidak menggunakan title sponsor.

Mimpi Buruk United

foto: dailymail.co.uk
foto: dailymail.co.uk

Setiap kompetisi yang melibatkan kesebelasan divisi bawah, kerap menghadirkan kejutan. Kejutan ini pula yang tak alpa menghiasi Piala Liga.

United tercatat pernah empat kali kalah dari tim divisi bawah. Yang pertama saat kalah dari York City di Old Trafford pada 1995/1996. United kembali menelan kekalahan dari Southend United dan Conventry City pada 2006/2007 dan 2007/2008. Kekalahan terakhir didapat saat kalah telak 0-4 dari MK Dons.

Kekalahan dari kesebelasan divisi bawah tentu memalukan karena hal tersebut tidak sebanding dari apa yang telah dilakukan: memberikan menit bermain bagi pemain muda. Kekalahan atas MK Dons, misalnya, akan dikenang sebagai salah satu pertandingan terburuk Louis van Gaal dan tentunya dalam sejarah Manchester United.

United pun sebenarnya sudah delapan kali ke final, tapi empat di antaranya gagal. Hasil tersebut membuat United berada di bawah Arsenal dalam hal gagal menang di final.

Tearkhir kali United juara di EFL Cup yakni pada tahun 2010. Setelahnya, tak sekalipun United menginjak partai final EFL Cup. Prestasi terbaik United setelah 2010 adalah mencapai babak semifinal musim 2013/2014. United dikalahkan Sunderland lewat babak adu tendangan penalti. Saat dikalahkan MK Dons pada musim 2014/2015, United hanya mencapai babak kedua, sementara pada musim lalu, United hanya mencapai babak keempat setelah dikalahkan Middlesbrough lewat babak adu tendangan penalti.

Tiket ke Eropa

Meskipun dianggap sebagai kompetisi yang lebih rendah dan banyak manajer yang menurunkan tim yang lemah, tapi EFL Cup menawarkan satu hal menarik: tiket ke Eropa League. Penawaran ini mungkin menggiurkan utamanya bagi kesebelasan papan tengah Premier League. Lolos ke Eropa sama artinya dengan menambah pundi-pundi pendapatan mereka.

Tidak Berharga?

Manajer Arsenal, Arsene Wenger, pada 2010 lalu pernah menyatakan bahwa dengan menjuarai EFL Cup tidak berarti mengakhiri puasa gelar Arsenal. Dengan kata lain, EFL Cup tidak dianggap sebagai “non-trophy”. Di sisi lain, Sir Alex Ferguson menyatakan bahwa memenangi EFL Cup adalah sesuatu yang bernilai.

Wajar rasanya kalau Sir Alex bicara demikian. Ia adalah manajer pertama United yang berhasil memberikan gelar EFL Cup. Ia bahkan menjadi satu-satunya manajer United yang memenangi EFL Cup!

“Wembley memang seperti itu,” ucap Ferguson saat mengomentari suasana Stadion Wembley yang biasa digunakan untuk final. “Selalu seperti itu.”

“Namun, Anda baru bisa menikmati Wembley dengan kemenangan. Bukan hari yang baik saat Anda kalah (di Wembley),” kata Fergie.

Fergie menjelaskan kalau kesebelasan Premier League biasanya menurunkan pemain lapis kedua. Namun hal ini berubah drastis saat mereka masuk ke babak semifinal.

“Tiba-tiba saja Anda mendapati diri berada di semifinal hanya dengan bermain tiga pertandingan. Setelah masuk semifinal, fokusnya berubah. Itu benar-benar membuat perbedaan,” kata Fergie.

Kini, di tangan Jose Mourinho, penggemar United kembali mendapatkan angin. Pasalnya, Mou pernah meraih EFL Cup sebanyak tiga kali bersama Chelsea; sebuah raihan yang hampir menyaingi Sir Alex di United. Capaian tersebut membuat hadirnya harapan besar bagi United untuk kembali meraih gelar setelah puasa selama enam tahun.