Foto: Irish Examiner.

Semua akan VAR (Video Assistant Referee) pada waktunya. Dalam pertemuan antara perwakilan kesebelasan Liga Primer Inggris dengan otoritas penyelenggara kompetisi yang berlangsung Kamis (15/11), mereka setuju untuk menggunakan teknologi tersebut mulai musim kompetisi 2019/2020.

Musim lalu, gagasan untuk menggunakan VAR di Premier League sebenarnya sudah diapungkan. Akan tetapi, beberapa kesebelasan Liga Primer masih enggan untuk menerima teknologi yang sukses selama pegelaran Piala Dunia 2018 tersebut. Meski begitu, VAR sudah digunakan pada ajang kompetisi Piala FA dan Piala Liga musim lalu.

Entah ada kaitannya atau tidak, keputusan untuk menerima VAR muncul setelah banyaknya kejadian kontroversial yang hadir sepanjang pekan ke-12. Tercatat ada lima momen yang membuat betapa VAR memang sudah dibutuhkan di sepakbola.

Kejadian pertama adalah insiden di kotak penalti ketika Fernandez menendang engkel David Brooks yang tidak digubris oleh wasit. Di markas Leicester City, pemain belakang Burnley, Charlie Taylor, melakukan handball yang juga tidak mendapat tanggapan dari pengadil. Selain itu, gol Mitrovic ke gawang Allison dalam laga Liverpool melawan Fulham, juga harus mendapat perhatian melalui VAR dikarenakan kejadiannya yang begitu cepat.

Yang paling menyita perhatian tentu saja ketika gol Charlie Austin (Southampton) ke gawang Watford tidak disahkan wasit Simon Hooper. Padahal dalam tayangan ulang, gol Austin sah. Sebelumnya, wasit yang sama juga tidak memberi penalti meski Nathaniel Chalobah ditekel dengan sangat keras oleh Ryan Bertrand di kotak penalti.

“Konyol. Benar-benar konyol. Kami mencetak gol bagus dan kami bisa memenangi laga dengan skor 2-0 tapi wasit memotong dua poin dari kami. Mereka (wasit) bilang offside. Mereka bilang bola terkena kepala Maya (Yoshida) tapi tidak. Anda harus setuju dengan VAR, wasit butuh bantuan. Mereka butuh bantuan. Kami bermain di liga terbaik dunia, liga yang paling banyak ditonton di dunia,” tutur Austin selepas laga saat itu.

VAR yang Bikin Pusing Manchester United

Jika Austin marah dan menuntut adanya VAR, maka Manchester United kini sedang pusing terkait dengan keputusan pemakaian VAR musim depan. Hal ini dikarenakan stadion mereka, Old Trafford, tidak memiliki layar besar untuk memperlihatkan tayangan ulang VAR kepada mereka yang menyaksikan langsung pertandingan di stadion.

Sesaat setelah menerima laporan dari petugas VAR, wasit akan bergerak ke pinggir lapangan untuk melihat insiden tersebut dari sebuah layar. Ketika dirasa cukup dan sudah bisa membuat keputusan, maka tayangan ulang dari kejadian tersebut akan disajikan kepada para penonton di stadion melalui layar besar. Sayangnya, Teater Impian tidak memiliki hal itu.

Otoritas Liga Primer sendiri sebenarnya tidak memaksakan kalau setiap tim harus memiliki layar besar untuk memfasilitasi penggunaan VAR. Old Trafford sendiri juga sudah melakukan uji coba penggunaan teknologi ini ketika menghadapi Brighton pada Piala FA musim lalu meski tidak mendapat kejadian yang harus dinilai melalui VAR.

Akan tetapi, bukan tidak mungkin, Old Trafford akan mendapat insiden yang harus dinilai berdasar VAR. Hal ini yang membuat Liga Primer harus berpikir bagaimana caranya menyajikan keputusan yang sudah dibuat wasit melalui VAR agar tidak menimbulkan perdebatan. Selain United, masalah serupa juga mendera Anfield yang menjadi markas Liverpool.

“Kami tidak ingin memaksa United untuk memasang layar tetapi harus ada diskusi tentang bagaimana para penggemar akan diberitahu,” ujarnya seperti dilansir Fox Sports.

Pihak Setan Merah sebenarnya bisa saja melakukan renovasi Old Trafford untuk memberi ruang bagi layar besar agar penggunaan VAR bisa maksimal. Meski begitu, hal tersebut akan berdampak pada berkurangnya kapasitas stadion Old Trafford.