Masih ingatkah Anda dengan pertandingan Manchester United vs AFC Bournemouth musim lalu yang tertunda? Padahal laga tersebut tinggal beberapa jam saja akan dimulai. Jika ingat, maka Anda tentu tahu penyebab tertundanya pertandingan tersebut adalah karena ada benda mirip bom di Old Trafford.

Usut punya usut ternyata benda tersebut adalah alat peraga bom milik pihak keamanan yang sedang latihan. Benda tersebut tertinggal di salah satu toilet yang ada di Old Trafford. Kejadian tersebut membuat manajemen United memutuskan untuk menunda pertandingan dan mengevakuasi para penonton yang sudah masuk stadion.

Setahun setelah kejadian tersebut, tepatnya pada hari ini tersiar kabar bahwa Manajemen United telah menunjuk mantan Inspektur Kepolisian Manchester untuk menjadi Direktur Counter-Terrorism United. Perannya adalah meningkatkan keamanan Manchester United, mengingat semakin meningkatnya juga potensi aksi terorisme di Eropa. Pengangkatan ini menjadikan The Red Devils sebagai klub pertama di Liga Primer Inggris yang memiliki jabatan tersebut.

Alasan lain dari terbentuknya jabatan ini adalah pada November lalu, terdapat dua orang yang “berhasil” masuk ke Old Trafford dan menginap di sana. Kejadian itu tepat sehari sebelum United menahan imbang Arsenal 1-1. Meski tidak ada ancaman keamanan yang berlebihan, hingga saat ini dikabarkan bahwa United masih menginvestigasi bagaimana kedua orang tersebut bisa lolos dari pengawasan keamanan.

Jose Mourinho jua dikabarkan menjadi salah satu pihak yang berharap konsentrasi tim tidak terganggu dengan hal-hal seperti ini. Sehingga semenjak bulan Mei lalu (tertundanya pertandingan vs Bournemouth), telah terjadi komunikasi panjang di manajemen United untuk meningkatkan keamanan. Bahkan peningkatan keamanan tersebut jua mencakup pencegahan risiko dari serangan ekstrimis.

Reaksi Direktur United Atas Insiden Mei Lalu

Sedikit kilas balik bagaimana reaksi manajemen United kala ditemukannya benda mirip bom di toilet Old Trafford pada bulan Mei lalu. Salah satu direktur utama United, Ed Woodward, menjadi orang pertama United yang berbicara kepada publik mengenai insiden tersebut. Dilansir dari Mirror.co.uk, Woodward membela pihak keamanan United yang dikritik publik karena dituding lalai dalam mendeteksi. Menurut Woodward karena benda yang ditemukan tersebut sebenarnya tidak benar-benar bom, maka anjing pelacak yang biasa bertugas tidak bisa mencium kehadiran benda tersebut.

“Dari hasil investigasi, benda tersebut adalah milik sub-kontraktor keamanan yang tak sengaja tertinggal ketika latihan. Ketika benda tersebut ditemukan, baik fans maupun klub telah mengikuti prosedur keamanan dengan baik dan efisien,” delas Woodward mengenai kejadian tersebut.

Woodward menambahkan meski kejadian tersebut hanyalah kelalaian dari pihak ketiga, manajemen United menyatakan tetap akan meningkatkan keamanan pada pertandingan selanjutnya. Dimana laga United vs Bournemouth yang tertunda kembali dimainkan pada 17 Mei 2016, dua hari setelah insiden tersebut terjadi.

“Untuk laga besok, kita (United) bekerja sama dengan Kepolisian Manchester untuk memastikan keamanan. Melakukan evaluasi keamanan dan mendiskusikan temuan-temuan selama evaluasi bersama. Pelajaran berharga telah kami dapatkan dari kejadian kemarin. Keamanan fans United adalah yang utama bagi manajemen,” ucap Woodward.

Meningkatnya Teror Bom di Dekat Stadion Sepakbola

Dikatakan sebelumnya bahwa salah satu alasan United menunjuk jabatan baru dalam pencegahan terorisme adalah peningkatan akan aksi tersebut di Eropa. Alasannya memang masuk akal, lantaran ancaman terorisme dalam dunia sepakbola kian meningkat dalam 2 tahun terakhir ini.

Terdapat dua kejadian yang bersinggungan dengan sepakbola. Pertama, terjadi pada tanggal 13 November 2015, dalam laga kualifikasi Piala Dunia 2018 antara kesebelasan Perancis dengan Jerman. Pertandingan yang dilangsungkan di Stadion Stade de France tersebut dihebohkan dengan adanya bom bunuh diri persis di luar stadion.

Bom bunuh diri tersebut menelan 3 korban dan diikuti dengan terror di 5 lokasi berbeda dalam waktu yang bersamaan.

Insiden kedua terjadi pada tanggal 10 Desember 2016 lalu, kala pertandingan antara klub papan atas Liga Turki, Besiktas melawan Bursapor usai. Sekitar jam 10 malam, 2 jam setelah pertandingan usai, sebuah mobil meledak persis di depan markas Besiktas, Vodafone Arena. Aksi tersebut menelan 46 korban jiwa dan 100 orang luka-luka.

Mencegah memang lebih baik daripada mengobati. Keputusan Manajemen United untuk membuat jabatan baru dalam penanganan pencegahan aksi terorisme perlu diacungi jempol. Dua insiden yang terjadi di Perancis dan Turki dalam kurun waktu 2 tahun sudah menjadi pelajaran yang tak boleh terlewatkan. Semoga dengan pengangkatan direktur baru ini, Jose Mourinho dan awaknya bisa konsentrasi mengejar posisi 3 besar!

Sumber : daily sabah dan express.co.uk