Foto: Goal.com

Banyak yang menyebut kalau di era Ole Gunnar Solskjaer pergerakan United pada bursa transfer akan lebih baik. Nyatanya, tidak demikian. Rekrutan Ole juga tidak terlalu membuahkan hasil terutama pada musim pertama ia memimpin. Hanya Bruno Fernandes yang bisa dikatakan adalah rekrutan terbaiknya.

***

Berbeda dengan Mourinho yang ingin pemainnya punya arogansi, Ole lebih suka pemain yang rendah hati khususnya di luar lapangan. Datang pakai setelan klub, memberi tanda tangan untuk penggemar. Tapi di lapangan, pemain yang ia miliki harus lapar, cepat, muda, dan arogan. Inilah kenapa banyak pemainnya yang tidak cocok dengan sistemnya seperti Sanchez, Lukaku, dan Matic.

Pada musim panas 2019, Lukaku sudah ingin hengkang ke Inter Milan. Setiap sesi latihan, dia akan selalu melaporkan cedera baru entah hamstring, sakit di betis, atau pergelangan kaki.

Sistem rekrutmen era Ole sebenarnya sudah cukup bagus di atas kertas. Sesaat setelah mendapat pekerjaan permanen pada Maret 2019, United telah memperbarui basis data mereka untuk mendapatkan lebih banyak data tentang pemain yang diincar. The Times melansir kalau United saat itu punya 804 nominasi bek kanan untuk dipilih mengisi peran yang sebelumnya tidak bisa dilakukan oleh Rafael, Darmian, Valencia, Young, dan Dalot.

Hasilnya? Sosok yang mereka pilih adalah Aaron Wan-Bissaka. Seorang bek kanan yang punya tekel bagus tapi jarang maju ke depan. Itulah pilihan Ole dengan 50 juta Pounds yang keluar dari kas klub. Beberapa juga mempertanyakan kepribadian AWB yang pemalu.

Banyak yang salah kaprah tentang mekanisme transfer di era Ole. Tidak sedikit yang merasa kalau semua rekrutan yang ia beli adalah rekrutan utamanya alias pilihannya. Nyatanya tidak. Ole akan memberi tahu area mana yang harus diperbaiki. Lalu tim rekrutmen akan memakai database mereka membuat daftar pendek mengenai pemain yang cocok lalu didapatkanlah 10 pemain pilihan dari tim analisis data dan video. Kemudian, pemandu bakat akan mengusulkan tiga sampai empat nama dari 10 nama itu sebelum Ole yang menentukan pilihan.

Jadi, bisa saja pemain yang sebenarnya diinginkan Ole itu tidak masuk dalam daftar 10 pemain terbaik itu. Meski demikian, Ole bisa memveto pilihan mereka jika ia keberatan. Akan tetapi, tim rekrutmen juga punya hak veto. Setelah target disetujui, Matt Judge memulai pembicaraan.

Menurut orang dalam klub, sosok Judge adalah pribadi yang pekerja keras. Akan tetapi, para agen pemain yang diincar United sering kesal kaarena negosiasi dengannya berjalan lambat. Dia seperti kesulitan untuk membeli atau menjual pemain dengan harga tertentu. Dari sinilah mungkin terlihat alasan kenapa United enteng sekali mengeluarkan uang besar karena Judge yang tidak mengerti soal harga.

Dalam hal menjual pemain, United juga menyedihkan. Ole kaget ketika dia mengetahui manajemen menawarkan kontrak baru kepada Phil Jones, Rojo, Bailly, dan Matic. Pemain yang seharusnya sudah pergi lebih cepat. Namun manajemen ingin pemainnya ini bisa menghasilkan uang ketimbang keluar dengan gratis. Sesuatu yang mungkin disesali jika melihat situasinya sekarang.

Sejak Ferguson pensiun, United hanya mendapat 340 juta Pounds saja dari penjualan pemain. Yang menghasilkan keuntungan hanya dua nama yaitu Daniel James dan Daley Blind.

Setelah diskusi panjang antara Ole, tim rekrutmen, dan pencari bakat, terpilihlah rekrutan Ole pada musim pertama yaitu Daniel James, Maguire, dan AWB. Tapi, semuanya tidak ada yang mulus. James tidak pernah cocok menjadi pemain United, Maguire masih inkonsisten, sedangkan AWB sudah dibahas pada paragraf sebelumnya.

Beruntung Ole mendapat Bruno Fernandes pada Januari. Bersama Ibrahimovic dan Sergio Romero, ketiganya adalah rekrutan yang mengesankan setelah era kepelatihan Alex Ferguson.

Ole ingin timnya diisi pemain yang muda dan lapar. Tapi menjelang akhir waktunya di United ia memilih Cavani dan Ronaldo.

Pembelian Ronaldo menurut The Times adalah rekrutan yang aneh. Jorge Mendes saat itu menawarkan Ronaldo ke City selama Agustus dan Guardiola serius mempertimbangkan tawaran itu. Tapi stafnya merasa Ronaldo bisa mengganggu keharmonisan ruang ganti. Saat Pep memikirkan dampak itu, United langsung menikung mereka.

Dalam beberapa hal, pembelian Ronaldo masuk akal. Dia pencetak gol handal. Selain itu, dia juga punya kepemimpinan. Tapi, di atas lapangan permainan United tidak cocok dengan kehadiran Ronaldo. Salah satu pelatih menyebut kalau ia sudah menghabiskan tiga tahun untuk menyusun skuad yang cocok sebelum Ronaldo datang. Pemain yang tidak cocok dengan filosofi mereka.

Kesalahan membeli Ronaldo seperti efek domino yang memicu keributan lainnya. Beberapa pemain tidak suka Pogba tidak dihukum meski ia pernah bilang ingin mencari tantangan di tempat lain. Salah satu pemain lainnya kesal karena ia harus bermain dengan penghilang rasa sakit sedangkan Pogba diizinkan pergi ke luar negeri dengan alasan rehabilitasi. Beberapa pemain mempertanyakan keputusan Ole menjadikan Maguire sebagai kapten. Lalu ada beberapa pemain yang tidak menyukai sosok Kieran McKenna.

Kisruh yang menghasilkan pemecatan bagi Ole Gunnar Solskjaer setelah penampilan berantakan mereka pada musim gugur 2021.