Foto: Mirror

Manajemen United saat itu takut. Jika mereka menuruti permintaan Mourinho dengan melepas Martial pada bursa transfer musim panas, maka Martial bisa menjadi pemain terbaik di klub barunya tersebut dan ini akan menampar muka mereka. Sebuah keputusan yang menjadi bahan tertawaan jika melihat kontribusi Martial sekarang.

***

Selalu saja ada drama dari setiap transfer United. Dari pemain yang bukan prioritas utama, hingga rekrutan yang berakhir sia-sia meski sudah ditebus dengan harga ratusan miliar hingga triliunan rupiah.

Imbasnya terjadi saat ini. Ketika manajemen United ingin berubah dan tidak lagi mengulang kesalahan di masa lalu, mereka dihadapkan dengan kesulitan demi kesulitan yang membuat tim ini tidak bisa mendapatkan pemain yang diinginkan. Pemain incaran utama dihargai mahal, namun klub tidak mau lagi membayar mahal. Di sisi lain, mencari pemain alternatif menandakan kalau klub ini tidak bisa membuat harapan manajer utama terpenuhi untuk mendapat pemain incaran nomor satu.

Setelah Jonathan Northcroft bercerita tentang gejolak penunjukkan manajer di United, kali ini giliran Paul Hirst bercerita kepada The Times mengenai apa yang salah dari pembelian pemain di United yang lebih banyak gagalnya ketimbang sukses.

Kasus Sanchez dan Martial

Pada era Jose Mourinho, masalah transfer United semakin pelik. Khususnya dari para pemandu bakat. Pada 2016, United menambahkan lebih dari 50 pemandu bakat dalam daftar mereka. Langkah ini ditujukan untuk bisa mendapat pemain bagus sebanyak mungkin.

Akan tetapi, jumlah ini membuat Mourinho bingung. Dia tidak tahu harus berbicara dengan siapa mengenai daftar-daftar pemain tersebut. United punya Marcel Bout, kepala pemandu bakat yang mengundurkan diri beberapa bulan lalu. Akan tetapi, dia lebih dekat kepada manajer sebelumnya.

Dari sisi pemandu bakat, mereka kerap mendapat perintah yang membingungkan. Alih-alih melihat atau fokus kepada satu atau dua pemain per pertandingan, mereka justru diminta menilai semua 22 pemain yang ada di lapangan dalam satu pertandingan yang mereka pandu. Entah apa alasan tersebut dilakukan, tapi sepertinya United menggunakan prinsip “Siapa Tahu.” Siapa tahu, dari 22 pemain yang dilihat ada lebih dari satu nama yang bisa diincar.

Amunisi berpengalaman Mourinho semakin bertambah ketika United merekrut Alexis Sanchez. Pemain Chile yang digaji 391 ribu Pounds seminggu hanya untuk mencetak tiga gol di Premier League.

Dari sisi performa, Sanchez sebenarnya sudah bukan pemain yang bagus layaknya ketika pertama kali datang ke Arsenal. Tapi United terus maju. Mungkin sebagian karena dia juga diincar City sehingga United datang menikung mereka dan membuat tamparan kepada rivalnya itu.

The Times menyebut kalau kasus Sanchez ini sedikit aneh. Terkadang, dia akan berlatih seperti orang yang kesetanan. Pernah dalam satu sesi, Sanchez masih terus berlatih di lapangan meski Mourinho meminta para pemainnya ini untuk beristirahat. Tapi di sisi lain, Sanchez tampak datang dengan kondisi mood yang jelek dan kadang sesi latihannya hanya seadanya.

Ujung-ujungnya, keduanya sempat terlibat konflik. Ketika itu, Sanchez dalam keadaan galau karena baru putus dengan pacarnya Mayte Rodriguez. Mourinho yang melihat masalah pribadi Sanchez mengganggu kinerjanya memberikan hairdryer treatment ala Ferguson yang membuat si pemain kecewa.

Di era Mourinho, United punya tim yang sangat bagus untuk bersaing dalam perebutan gelar. Akan tetapi, masalah dia dengan pemain lama yang membuat keadaannya menjadi sulit.

Anthony Martial adalah pemain lain yang terlibat konflik dengannya. Mourinho tidak suka dengan gaya bermain penyerang Prancis itu sehingga dia terang-terangan mempersilahkan pemain itu pergi jika ada klub yang tepat.

Akan tetapi, Woodward berusaha keras mempertahankannya. Martial kemudian diketahui adalah pemain favorit Joel Glazer. Kisah ini berakhir dengan Martial yang terus bertahan di United. Manajemen United, terutama petingginya, saat itu takut kalau Martial bisa mempermalukan mereka dengan tampil baik di klub barunya dan menjadi pemain terbaik di Eropa. Sebuah keputusan yang menjadi bahan tertawaan jika melihat Martial sekarang.

Keadaan semakin sulit bagi Mourinho pada musim berikutnya ketika ia tidak dibelikan Harry Maguire. Akhir dari kisah Mourinho sudah kita ketahui bersama. Ia dipecat menjelang Natal 2018 dan digantikan Ole Gunnar Solskjaer.