Foto: Sky Sports

Selain gemar memecat pelatih, Manchester United juga punya hobi baru setelah era kepelatihan Sir Alex Ferguson. Hobi baru itu adalah salah merekrut pemain. Sejak David Moyes melangkah ke Old Trafford hingga yang terakhir Ralf Rangnick, tercatat United nyaris tidak pernah mendapatkan performa 100 persen dari rekrutannya.

Selalu saja ada dramanya. Dari pemain yang bukan prioritas utama, hingga rekrutan yang berakhir sia-sia meski sudah ditebus dengan harga ratusan miliar hingga triliunan rupiah. Imbasnya terjadi saat ini. Ketika manajemen United ingin berubah dan tidak lagi mengulang kesalahan di masa lalu, mereka dihadapkan dengan kesulitan demi kesulitan yang membuat tim ini tidak bisa mendapatkan pemain yang diinginkan. Pemain incaran utama dihargai mahal, namun klub tidak mau lagi membayar mahal. Di sisi lain, mencari pemain alternatif menandakan kalau klub ini tidak bisa membuat harapan manajer utama terpenuhi untuk mendapat pemain incaran nomor satu.

Setelah Jonathan Northcroft bercerita tentang gejolak penunjukkan manajer di United, kali ini giliran Paul Hirst bercerita kepada The Times mengenai apa yang salah dari pembelian pemain di United yang lebih banyak gagalnya ketimbang sukses.

Keyakinan Kepada Manajer

Siapa bilang kalau manajer-manajer Manchester United selama ini tidak pernah punya kendali penuh atas transfer klub. Katanya, manajer United itu kalau minta pemain A pasti yang dibeli adalah pemain B. Tapi tidak semuanya seperti itu. Rata-rata dari mereka diberi kepercayaan untuk memegang kendali transfer itu termasuk Louis van Gaal.

Setelah United lolos ke Liga Champions 2015/2016, United tidak terlalu menghabiskan uang di lantai bursa. Persis seperti yang diinginkan fans sekarang ini. Namun, masih ada enam nama yang datang pada saat itu yaitu Memphis Depay, Matteo Darmian, Schweinsteiger, Romero, Martial, dan Schneiderlin. Melihat The Times menulis kalau United memberi kepercayaan penuh kepada manajer, maka bisa dipastikan kalau ini semua sudah sesuai dengan keinginan Van Gaal.

Akan tetapi, kurangnya riset dan diskusi sepertinya menjadi masalah kenapa rekrutan di atas mayoritas gagal. Schweinsteiger misalnya. Dia memang seorang pemenang, tapi Van Gaal seperti lupa kalau dalam empat tahun terakhir, ia hanya bermain 82 kali karena cedera. Staf United sampai menyebut kalau United bukan sedang membeli pemain tapi sedang membeli tempayan.

Benar saja, Schweini kesulitan mengimbangi ritme Premier League yang cepat karena fisiknya yang tidak memungkinkan. Belum lupa ketika ia dan Carrick kocar-kacir melawan Arsenal.

Memphis Depay juga sama. Van Gaal sudah tahu kalau pemain ini menyukai gaya hidup mewah. Dia punya banyak mobil. Tapi Van Gaal pede bisa menekan ego si pemain karena dia pernah melatihnya di timnas.

Sayangnya, dia salah. Kehadiran Depay justru membuat pemain lain kesal karena dia seperti tidak serius untuk bermain sepakbola. Van Gaal pernah meminta Depay untuk bermain bersama tim U-21 untuk mengembalikan kebugarannya pasca cedera. Akan tetapi, ia datang justru dengan membawa mobil mewah.

Masalah demi masalah dalam hal rekrutmen semakin menjadi setelah Mourinho masuk. Special One ingin menjauh dari gaya rekrutan yang dilakukan Moyes dan Van Gaal. Itulah kenapa dia membuat beberapa perubahan ekstrem.

Mourinho menekankan beberapa aspek dalam hal rekrutmen. Pertama, ia ingin dua pemain per posisi. Kedua, dia ingin pemain-pemain berpengalaman. Ketiga, dia tidak ingin ada pemain yang multifungsi alias bisa main di banyak posisi. Sungguh sebuah perbedaan yang signifikan jika dibanding Van Gaal.

Inilah kenapa pemain yang lebih menekankan teknik dan mampu bermain di tiap posisi tersingkir di era Mou. Schneiderlin, Schweinsteiger, dan Blind sudah pasti tidak disukai olehnya. Begitu juga dengan Depay. Sedangkan Shaw, Rashford, dan Martial, mendapat tekanan dari sang manajer karena dia menganggap tiga pemain ini terlalu lunak.

Aspek lain yang ditekankan oleh Mourinho adalah kepribadian kuat. Dia ingin pemainnya tidak lembek alias arogan seperti dirinya. Itulah kenapa dia ingin pemain berpengalaman seperti Ivan Perisic karena dia punya kepribadian bagus. Ibrahimovic adalah sosok yang dicari. Salah satu transfer gratis United yang sangat baik. Sayangnya, ia hadir pada usia 34 tahun dan kemudian mengalami cedera.

Pembelian Bailly dan Pogba juga dilihat karena karakter dan kepribadiannya. Mungkin, satu-satunya pemain yang tidak cocok dengan kriteria itu adalah Mkhitaryan. Tapi saat itu, Miki punya atribut bagus mengingat ia adalah pemain terbaik Bundesliga musim sebelumnya dan Mourinho berharap bisa mengubah permainan Miki untuk menyesuaikan diri dengan gaya mainnya.