Kesuksesan Manchester United menjuarai Piala Liga Inggris atau EFL Cup, setelah menaklukkan Southampton di partai final pada Minggu, 26 Februari 2017 lalu, ternyata membuat Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) mengambil kebijakan baru. FA berencana akan mulai menggunakan video tayangan ulang atau video replay selama laga berlangsung, untuk membantu wasit dalam kondisi tertentu yang membuatnya sulit untuk mengambil keputusan saat memimpin laga. Rencana penggunaan teknologi bernama Video Assistant Referees (VAR) ini mengemuka setelah kemenangan United atas The Saints itu.

Dalam laga itu, kubu Southampton merasa dirugikan oleh keputusan wasit yang menganulir gol Manolo Gabbiadini di menit ke-11. Seharusnya mereka bisa unggul cepat lebih dulu dalam laga di Stadion Wembley, sebelum United mencetak gol pertama lewat tendangan bebas Zlatan Ibrahimovic pada menit ke-19.

Keputusan wasit Andre Marriner itu cukup kontroversial karena dia menganggap sang penyerang terjebak posisi offside. Pada tayangan ulang, pemain lain, Ryan Bertrand, memang terlihat dalam posisi offside. Namun, posisi Gabbiadini sendiri aman saat menerima umpan Cedric Soares.

Usai pertandingan, manajer Southampton, Claude Pule, pun menyatakan kekecewaan atas keputusan wasit. “Kami mencetak gol duluan. Keputusannya tidak menguntungkan kami,” ungkapnya dikutip dari Goal Internasional. “Skenarionya begitu kejam di akhir. Kami mengawali laga dengan sangat baik dan kami mencetak gol. Namun keputusan wasit sangat sulit diterima,” tambah Puel di laman resmi klub.

Rasa kecewa yang sama juga diungkapkan oleh gelandang Steven Davis. “Ini bukan harinya kami. Gol yang dianulir itu bisa saja jadi titik balik dari pertandingan ini,” ujarnya di laman resmi klub.

Karena itulah, pemain lainnya di lini tengah Southampton, Oriol Romeu, berharap FA memanfaatkan video tayangan ulang, agar kesalahan yang sama tidak terjadi lagi. “Saya pikir itu bisa menghadirkan perbedaan besar dalam pertandingan,” ucap pemain asal Spanyol tersebut dilansir oleh Daily Mail.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Puel. “Saya tentu mengharapkan video untuk ke depan, untuk situasi seperti ini dalam pertandingan. Namun untuk saat ini sepakbola tanpa video, dan kadang-kadang keputusan buruk yang datang untuk merugikan kami atau tim lain,” pungkasnya.

Atas dasar itulah makanya FA berencana akan mulai mencoba teknologi VAR dalam laga resmi pada musim depan. Soal pemakaian dan pemanfaatan teknologi dari Inggris ini pun sudah disetujui dalam bersama Asosiasi Sepakbola Internasional (IFAB) di Wembley, London pada Jumat, 3 Maret 2017 lalu.

Chief Executive FA Martin Glenn memang sempat menyebut terlalu dini untuk teknologi ini jika digunakan dalam laga Community Shield pada Agustus 2017 nanti, dalam rapat tersebut. Namun, “FA akan menguji teknologi VARs di putaran ketiga Piala FA musim depan,” lansir BBC usai rapat itu.

Sebenarnya, FA sudah berencana menggunakan teknologi VAR pada Piala FA musim 2016/2017 ini, dan telah dibicarakan dalam rapat tahunan IFAB pada Mei 2016. “FA dalam pembicaraan lebih lanjut soal uji coba teknologi VAR untuk membantu wasit musim depan. Mereka telah mengidentifikasi Piala FA sebagai kompetisi yang cocok untuk menguji teknologi itu,” tulis Daily Mail tahun 2016 lalu.

Namun entah mengapa, teknologi video replay itu gagal diuji coba dalam laga Piala FA musim ini. Padahal, sejumlah negara lain di Eropa, dan juga Amerika Serikat sudah mulai menggunakannya.

Teknologi yang menghubungkan antara petugas di depan monitor yang menonton tayangan ulang dengan wasit untuk membantu mengambil keputusan dalam laga itu pertama kali digunakan pada laga persahabatan internasional antara Italia kontra Prancis, September 2016 lalu.

Presiden FIFA, Gianni Infantino, menyaksikan langsung penggunaan teknologi VAR ini. Dia berharap teknologi ini bisa dipakai pada Piala Dunia 2018 di Rusia. “Teknologi VAR ini juga akan digunakan dalam Piala Dunia U-20 pada Mei 2017 dan Piala Konfederasi pada Juni 2017,” tegas Infantino dikutip dari BBC.

Sejauh ini, teknologi VAR sudah diuji di enam negara lainnya, termasuk dalam United League Soccer, kompetisi tingkat ketiga di Amerika Serikat, dan Piala Belanda. Sedang dalam turnamen internasional, pertama kali digunakan dalam Piala Dunia Antarklub pada Desember 2016.

Jika teknologi ini benar-benar digunakan di Inggris, mungkin bisa cukup membantu. United pun sebenarnya juga pernah merasakan sial akibat kesalahan wasit, ketika gol indah Zlatan dianulir dalam laga Premier League kontra Middlesbrough pada 31 Desember 2016. Masih untung Setan Merah akhirnya menang 2-1. Lantas bagaimana menurut Anda terkait kebijakan ini?