foto: skysports.com

Selama lebih dari dua dekade menjadi manajer Manchester United, tidak semua hal berjalan baik bagi seorang Sir Alex Ferguson. Ada hal-hal yang menorehkan sedikit noda bagi pelatih kelahiran Skotlandia, 74 tahun silam tersebut.

Anda, para penggemar United, tentu hapal noda-noda apa yang dimaksud; mulai dari berselisih dengan sang mega bintang David Beckham, mendatangkan pemain “yang katanya wonderkid”, dan yang paling sering disebut adalah melepas Paul Pogba.

Namun, ada satu fragmen dari satu noda Sir Alex yang bercabang menjadi sebuah kebencian yang kian berakar. Fragmen tersebut muncul saat Carlos Tevez pindah ke United.

Ada banyak hal yang membuat kepindahan Tevez begitu pelik. Pertama, ia adalah pemain yang dimiliki oleh pihak ketiga, bukan oleh klub, yang membuat kepindahannya menghadirkan polemik baru di Liga Primer Inggris. Dampaknya, Premier League melarang segala jenis aktivitas jual-beli pemain oleh pihak ketiga di luar sepakbola. Hal yang kedua adalah Tevez hanya menjadikan United sebagai batu loncatan, bukan sebagai kesebelasan yang benar-benar ingin ia bela untuk waktu yang lama.

Tevez punya dampak yang besar di United. Namun, ia kala itu masih berstatus pinjaman. United sudah setuju untuk mempermanenkan Tevez dengan kontrak selama lima tahun, tapi kabarnya Tevez ingin hengkang. United memberi syarat agar Tevez tak pindah ke Liverpool. Lantas, pemain berkebangsaan Argentina tersebut justru pindah ke Manchester City. Sebuah kepindahan yang pada akhirnya memberikan dampak yang besar bagi hubungan dua kesebelasan.

Gara-Gara Billboard

Tidak ada yang aneh dengan billboard yang terletak di perempatan yang mempertemukan Salford dengan Deansgate, di pusat kota Manchester. Tetapi, untuk penggemar United, billboard tersebut jelas sebuah penghinaan. Bagaimana tidak? Terpampang wajah Tevez dengan slogan: “Welcome to Manchester”.

Ada dua hal yang membuat penggemar United kesal dengan billboard tersebut. Pertama, City dianggap mengejek United karena merekrut Tevez. Kedua, Manchester United dianggap bukan Manchester. Meski pada kenyataannya memang bukan di pusat kota Manchester, tapi United telah lama dikenal sebagai perwakilan Manchester di sepakbola. Tidak ada Manchester lain selain United.

Bukan cuma penggemar MU yang merasa kesal, Sir Alex pun ikut tersengat. Mendapatkan kabar tersebut, Ferguson bilang begini, “Itu City ya? Mereka adalah kesebelasan kecil dengan mentalitas yang kerdil.”

Ferguson pun melanjutkan, “Semua yang bisa mereka katakan adalah tentang Manchester United; mereka tak bisa lepas dari itu. Arogansi seperti itu akan terus dibanggakan. Mereka berpikir mengambil Carlos Tevez dari Manchester United adalah sebuah kemenangan. Itu adalah pikiran yang malang.”

Kemenangan City Hanyalah Uang

carlos-tevez-manchester-city

Katanya, segala hal membutuhkan proses, tapi terkadang, uang bisa mempercepatnya. Fergie paham benar akan hal ini. Ketidaksukaannya terhadap City kian meningkat saat konsorsium dari Abu Dhabi mengakuisisi. Mereka pun bisa membeli siapa saja demi mempercepat hadirnya kejayaan.

Di mata Fergie, hanya ada satu hal yang membuat seseorang pindah dari juara bertahan Premier League ke kesebelasan yang tak pernah meraih trofi selama 33 tahun: gaji tujuh juta paun.

“Anda tahu apa kemenangan terbesar City? Itu adalah mendapatkan para pemain di sana. Aku tidak tahu apakah mereka akan melakukan sesuatu terhadap mereka. Bukan hal yang mudah untuk masuk ke empat besar, jadi sukses terbesar adalah dengan mendatangkan pemain ke sana. Mereka tak akan pernah melampaui capaian itu,” kata Fergie.

Fergie merasa kalau uang yang besar dapat dengan mudah merayu seorang pesepakbola untuk pindah. Padahal, sang pesepakbola amat ingin bergabung dengan kesebelasan yang justru tidak memberikan uang terbesar.

Di sisi lain, Fergie menjabarkan bahwa Manchester United dilindungi oleh gelar-gelar yang pernah diraih. Berbeda halnya dengan City yang kerjanya cuma membuang uang.

“Pengeluaran Manchester City itu menurunkan moral hanya jika Anda panik saat membeli pemain. Aku tak melihat City sebagai tantangan terbesarku. Untuk semua pembelian yang mereka lakukan, mereka masih harus memilih tim untuk keseimbangan. Itu tak akan mudah untuk Mark (Hughes). Apa  yang dia dapat, 10 penyerang? Kalau dia memilih pemain untuk melawan Chelsea, dia harus meninggalkan tujuh yang lain, atau lima setidaknya,” beber Fergie.

Hal berbeda dirasakan Fergie terhadap Arsenal yang pernah menjadi tantangan terbesar untuknya. Fergie menganggap Arsenal bukan kesebelasan yang murah hati untuk mengeluarkan banyak uang. Di sisi lain, Arsenal dengan stabil berada di papan atas.

“Arsenal adalah tim yang berbeda saat ini. Namun, bagaimanapun Arsene akan tetap tinggal, karena Arsenal dibangun atas citra dirinya,” papar Fergie.

Fergie pun menyatakan kalau Real Madrid jelas bukan kesebelasan yang punya tipe sama dengan Arsenal. Namun, itulah Madrid, dan begitu budaya di sana. Kalau Madrid mengeluarkan banyak uang, hal itu memang sudah mereka lakukan sejak dulu dan selalu menemukan kejayaan.

“Manchester City mungkin punya uang, dan saat mereka menawar, sebagian besar berhasil. Namun, Real Madrid tidak melakukannya dengan uang mereka sendiri. Mereka terlindung oleh bank dan Pemerintah Spanyol. Itu berbeda, sistemnya tidak biasa,” kata Fergie.

Menurut peraih 13 gelar Premier League tersebut, Real Madrid memang pernah menjual tempat latihan karena terlilit utang 250 juta paun. Namun, saat itu, mereka sudah punya tempat latihan baru dengan fasilitas nomor satu. Sementara itu, tempat latihan yang lama dibangun empat blok apartemen yagn salah satunya diberikan untuk Madrid. “Itulah jenis kesepakatan mereka,” ungkap Fergie.

Karena Kesalahan Fergie

Sebelum derby pada musim 2009/2010, perang komentar pun muncul antara Sir Alex dengan Mark Hughes. Jelas, kepindahan Tevez menjadi pemicu awal. Namun, selanjutnya, Sir Alex seolah terpancing untuk mengomentari segala hal yang keluar dari mulut Hughes. Derby 2009 pun dianggap sebagai salah satu yang terpanas.

Hal ini membuat posisi City menjadi semakin kuat. City yang dianggap sebagai kesebelasan kecil, mulai mendapatkan perhatian yang lebih luas. Lambat laun, besarnya perhatian mengubah mereka menjadi salah satu kekuatan utama di Premier League. Sialnya, perhatian itu hadir di waku yang tepat, saat City mulai merajut kejayaan.

Tentu tak akan lekang dalam ingatan saat City membatai United 6-1 di Old Trafford. Tentu, berisik serta arogannya si tetangga biru, membuat kita terganggu. Apalagi, setelah Sir Alex pensiun, si tetangga yang berisik kian mampu berbuat sesuka hati mereka, tanpa ada yang mampu menghalangi.

Noda lain dalam karier Sir Alex salah satunya adalah meladeni City, yang membuat kebencian terhadap kesebelasan Biru Langit itu kian meninggi. Padahal, kalau mau membandingkan secara prestasi, apa yang telah diraih The Citizen jelas tidak ada apa-apanya. Namun, hal ini justru menjadi peluru buat si rival dari Merseyside yang bilang begini: “Masa lalu telah berlalu, yang kita yakini adalah masa kini!”