Sebenarnya salah Marouane Fellaini kepada para penggemar Manchester United ini apa sih? Kok kayaknya banyak sekali yang senang ketika gelandang Belgia ini memutuskan pindah ke Shandong Luneng pada musim dingin ini. Saya sangat menyayangkan ketika para pendukung begitu sulit untuk memberikan sedikit respeknya kepada seorang Fellaini.
Bayangkan Anda menjadi Fellaini. Anda tidak punya prestasi mentereng di klub sebelumnya, tidak pernah meraih top skor kecuali top skor klub, hanya menjadi pemain terbaik bulanan dan pemain muda terbaik klub satu kali saja, lalu tiba-tiba datang tawaran dari Manchester United yang sebelumnya memenangi Premier League. Lantas, apakah Anda ingin melewatkan kesempatan main di tim sebesar Setan Merah?
Menyalahkan Fellaini rasanya tidak terlalu tepat. Kalau memang ingin mencari sosok yang patut disalahkan, maka Glazer, David Moyes, Louis Van Gaal, dan Jose Mourinho adalah orang-orangnya. Karena saat United dilatih mereka, Fellaini tetap berada di skuad dan menjadi andalan. Lantas, bukankah itu artinya kalau si kribo ini pemain penting bagi tim?
“Saya merasa dia adalah pemain yang kamu inginkan untuk bekerja sama. Dia mungkin diremehkan soal kemampuan tekniknya. Saya merasa dia pesepakbola yang punya teknik dan sentuhan bola yang jauh lebih baik dibanding orang-orang pikir. Dia pemain yang begitu kompetitif, pemain tim, dan semua pelatih pasti senang bekerja dengannya.”
Siapa yang berkata seperti itu? Roberto Martinez. Pelatih Belgia yang lebih memilih Fellaini ketimbang Radja Nainggolan untuk dibawa ke Rusia. Bagaimana hasilnya? Peringkat tiga di bawah Prancis dan Kroasia. Apakah Fellaini berguna di Rusia? Silahkan putar kembali pertandingan mereka melawan Jepang dan Brasil. Ada andil Fellaini dalam dua pertandingan tersebut.
Sosok Fellaini juga cerminan dari pemain sepakbola profesional. Dihina, dicibir, dihujat, dimaki, namun dia tetap tenang dan legowo. Hanya kerja keras, berlatih, dan memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin yang nampaknya ada di kepala dia. Hal ini menunjukkan dedikasi, loyalitas, karakter, dan motivasinya yang begitu tinggi untuk setiap klub yang dibela. “Jika saya harus mematahkan kaki demi Mourinho, maka akan saya lakukan. Bahkan ketika saya sedang menahan sakit sekalipun,” kata Fellaini membuktikkan kesetiaannya.
Marouane Fellaini pergi dengan torehan 22 gol selama enam musim. Sedikit memang, tapi nilai gol yang ia buat betul-betul menolong United. Bahkan tiga gelar yang diraih Setan Merah selepas era Alex Ferguson, tidak lepas dari andil kembaran Mansour ini.
Pada musim keduanya bersama klub, ia adalah top 5 top skor klub di bawah Rooney, Van Persie, Mata, dan Herrera. Semusim berikutnya, Fellaini, berturut-turut mencetak gol pada partai ulangan perempat final Piala FA 2016 melawan West Ham. Pada babak semifinal, ia membobol gawang mantan timnya untuk memecah kebuntuan. Seandainya bola crossing Wayne Rooney tidak dibelokkan dengan dada Fellaini, maka tidak akan ada gol penyeimbang dari Juan Mata dan Alan Pardew akan terus menari-nari bersama skuad Crystal Palace dengan piala legendaris.
Dalam leg pertama semifinal Piala Liga musim 2016/17, gol sundulannya ke gawang Hull melebarkan jarak menjadi 2-0 dan memuluskan langkah klub ke final dan menjadi juara. Atau ketika United bermain di semifinal Liga Europa melawan Celta Vigo. Seandainya tidak ada gol Fellaini, bukan tidak mungkin United tidak bisa melengkapi lemari trofinya.
Akun penyedia statistik, Statman Dave mencuit dalam twitternya kalau sejak musim 2017/18, 43% gol Marouane Fellaini datang setelah menit 91. Statistik yang menunjukkan kalau dia adalah salah satu “plan B” yang cukup oke, jika tidak ingin disebut yang terbaik di dunia. Statman Dave tidak asal cuap, Arsenal, Derby County, Young Boys, hingga gangguannya terhadap lini belakang Juventus adalah buktinya. Bahkan jika tidak ada gol telat ke gawang Young Boys, maka United tidak akan lolos ke fase gugur Liga Champions musim ini.
“Ketika tim lawan akan menekan kita, memiliki pemain seperti Fellani akan sangat berguna. Dia mungkin salah satu pemain terbaik yang ada di dunia,” kata Wayne Rooney, legenda United yang golnya 10 kali lipat dari Fellaini.
Ya, saya tahu kalau Fellaini kerap membuat kita kesal. Termasuk saya. Siapa yang tidak geram saat kakinya dengan enteng menerjang Idrissa Gueye untuk membuyarkan keunggulan United di kandang Everton. Belum lagi kartu merah dan segala kekonyolan lainnya seperti sepakannya yang terkadang ngaco hingga sikutannya yang menyebalkan.
Namun, bukankan kita selalu menginginkan pemain yang ngotot seperti ini? Militannya seorang Fellaini bagi saya berada dalam tahap setara dengan Roy Keane. Tanyakan saja pada Zabaleta, Aguero, Robert Huth, dan yang terbaru Matteo Guendouzi, bagaimana rasanya disikut, ditanduk, hingga dijambak seorang Fellaini.
Sekarang hal itu tidak bisa dilihat lagi. Pada akhir bursa transfer, si Pohon Beringin memutuskan mencari tantangan baru ke Cina. Entah ada hubungannya atau tidak, namun keputusannya mencukur habis rambutnya seperti sebuah tanda kalau dirinya sudah berakhir di kompetisi Inggris.
Saya setuju dengan anggapan kalau Fellaini bukan pemain yang cocok dengan United. Bahkan mendekati level Nicky Butt saja tidak sampai. Namun melihat pencapaiannya di klub, tidak ada salahnya kalau memberikan tepuk tangan perpisahan kepadanya.
Mungkin ada yang tidak setuju dengan pendapat saya. Tidak masalah karena semua orang punya pendapatnya sendiri-sendiri. Namun, kalau kita bisa memberikan respek kepada sosok gagal macam Gabriel Obertan dan Bebe, maka mengapa kita tidak melakukannya kepada Fellaini juga yang kontribusinya jelas-jelas terlihat di depan mata.