Alex Ferguson dikenal sebagai salah seorang manajer paling sukses di daratan Britania Raya. Bahkan, atas kesuksesannya itu, dia mendapat sejumlah penghargaan dari Kerajaan Inggris, sehingga berhak menyandang gelar ‘Sir’ di depan namanya. Ternyata, Sir Alex pernah hampir bergabung bersama Tottenham Hotspur.

Sir Alex, begitulah kemudian dia dikenal, berkarir selama 27 tahun di Inggris bersama Manchester United dan mempersembahkan 38 trofi untuk publik Old Trafford, termasuk di antaranya 13 trofi juara Premier League Inggris dan dua kali meraih gelar juara Liga Champions. Oleh karena itu pula dia begitu melegenda dalam sejarah panjang tim Setan Merah.

Namun, tak banyak yang tahu, ternyata sebelum memutuskan bergabung ke United, Sir Alex sempat hampir mendarat di Tottenham Hotspur, salah satu klub besar lainnya di Inggris. Fakta ini pun baru terungkap belum lama ini, dalam buku berjudul ‘White Hart Lane: The Spurs Glory Years 1899-2017’ karya Martin Lipton yang terbit pada 5 Oktober 2017 lalu. Adalah, Irving Scholar, mantan pimpinan Tottenham era 1982-1991. Dia menyebut pihaknya sempat mencapai kesepakatan dengan Sir Alex, saat sang manajer masih menukangi klub Skotlandia, Aberdeen yang dilatihnya pada 1978-1986.

Scholar mengaku mengenal pelatih yang kini sudah berusia 75 tahun tersebut sejak menuai sukses bersama Aberdeen. Pria kelahiran Glasgow, Skotlandia, 31 Desember 1941 itu pun memang sudah menunjukkan kemampuannya sebagai calon manajer besar dengan membawa klub berjuluk The Dons tersebut meraih banyak prestasi.

Sebanyak 11 trofi juara direngkuhnya selama delapan musim, termasuk memenangkan Piala Winners; turnamen yang kini telah digabung menjadi Liga Europa, dan Piala Super Eropa di musim 1982/1983. Setahun kemudian, Scholar dan Sir Alex akhirnya bertemu.

Ketika itu, pada 1984, kedua pihak mencapai kesepakatan untuk bekerja sama melalui sebuah ‘jabat tangan’ yang membuat Sir Alex hampir bergabung. “Faktanya adalah saya pernah berbicara dan bernegosiasi dengan Alex Ferguson mengenai pekerjaan itu. Saya dan dia berdiskusi sangat panjang dan mendetail. Saya katakan padanya bahwa saya ini tipe pemimpin dengan gaya lama, dan yang paling penting adalah ketika Anda menyepakati sesuatu, seketika Anda berjabat tangan, dan itu merupakan sebuah kesepakatan,” ungkap Scholar yang enam tahun lebih muda dari Sir Alex; kelahiran 1947, seperti yang tertulis dalam buku tersebut.

Tapi pada kenyataannya, Sir Alex tak pernah memenuhi kesepakatan itu, dan malah mengingkarinya dengan memilih untuk bergabung bersama United pada 1986, atau berselang dua tahun kemudian. Padahal menurut Scholar, mereka sudah membahas soal kontrak dan menyepakatinya.

“Seketika Anda melakukannya, kemudian Anda tidak [mematuhinya] – dalam situasi apa pun – Anda tidak bisa kembali. Itu telah berakhir. Saya bilang kepadanya soal itu pada pertemuan pertama. Jadi kami memiliki hal besar ini, yakni ‘jabat tangan’,” lanjut Scholar yang merupakan taipan properti tersebut soal hampir bergabung nya Sir Alex.

“Kami terus dan terus berdiskusi, melakukan negosiasi, sampai soal detail kontrak. Semuanya telah disepakati. Jadi saya bilang, ‘Bisakah kita bertemu?’ Saya bilang kepadanya, ‘Apakah Anda yakin sudah siap?’. Dia membalas, ‘Saya siap’. Jadi kami memiliki kesepakatan awal lewat ‘jabat tangan’ tersebut. Namun seperti yang kalian ketahui, dia tidak pernah memenuhinya. Dia pun tidak pernah mengatakan kepada saya alasannya. Saya punya teorinya sendiri, namun itu tidak lagi penting. Itu adalah sebuah kekecewaan. Dia bertahan di Aberdeen untuk dua tahun lainnya,” pungkas Scholar.

Lima tahun kemudian, Scholar keluar dari Tottenham, setelah klub berjuluk The Lilywhites tersebut mengalami masalah keuangan yang sangat pelik akibat transfer pemain yang terlalu jor-joran dan pembangunan tribun baru di White Hart Lane Stadium, markas mereka.

Pada 1997, dia pun sempat menjadi Direktur Nottingham Forest, yang ketika itu baru degradasi ke Divisi Satu, dan akhirnya bisa kembali ke Premier League di musim debutnya tersebut. Namun masa kepemimpinan Scholar di klub berjuluk Tricky Tress tersebut hanya bertahan selama dua tahun, dengan satu gelar juara Divisi Satu.

Sementara, Sir Alex juga sempat menjalani masa-masa berat di awal kedatangannya ke Old Trafford. Bahkan, dia sempat hampir dipecat dari jabatan barunya dalam tiga musim pertama. Namun, pria bernama lengkap Alexander Chapman Ferguson itu pun bisa mengakhirinya, dengan menjuarai Piala FA 1989/1990, yang sekaligus menjadi trofi perdananya bersama The Red Devils.

Musim berikutnya, dia berhasil pula memenangkan trofi Piala Winners dan Piala Super Eropa, serta dilanjutkan dengan titel juara liga pertama pada musim perdana Premier League 1992/1993. Hingga kini, berkat tangan dingin Sir lex, United tercatat sebagai pemegang trofi Premier League terbanyak dengan 13 trofi. Sir Alex hampir bergabung ke Tottenham. Andai Sir Alex jadi bergabung ke Tottenham, mungkin sejarahnya pun akan sangat jauh berbeda.