Sudah menjadi rahasia umum bahwa ketika masih dalam akademi seorang pesepakbola bisa berganti-ganti posisi, hingga menemukan satu yang tepat. Seperti yang dialami oleh striker muda milik Manchester United, Marcus Rashford. Pemain berusia 19 tahun ini ternyata pernah memiliki keinginan untuk bisa bermain seperti gelandang Italia, Andrea Pirlo.

Seperti kita tahu, Pirlo yang pernah bermain untuk Inter Milan, AC Milan, dan juga Juventus ini, adalah tipe gelandang yang lebih mengandalkan operan dibandingkan kemampuan dribel. Sehingga  tidak cocok rasanya jika melihat Rashford yang kini mengandalkan kecepatan dan kemampuan menggiring bola.

Namun itulah yang disampaikan oleh pelatih Rashford saat masih di akademi United, Paul McGuiness. Pria yang kini menjadi penasihat untuk FA dan UEFA ini mengatakan bahwa keinginan Rashford tersebut terungkap saat sedang mengikuti turnamen sepakbola.

“Ada satu turnamen di mana saat itu ia ingin bermain seperti Pirlo. Tetapi saya melihat potensinya untuk menjadi striker. Sehingga kami (tim pelatih) mengusahakan bentuk badannya dan latihan berlari. Beruntung dia adalah bocah yang sangat pintar dalam hal sepakbola, jadi dengan mudah dia beradaptasi dengan perubahan itu,” tutur McGuiness.

Keinginan Rashford tersebut menurut McGuiness bukanlah sesuatu yang aneh. Lantaran menurutnya wajar sebagai pemain yang bertalenta punya keinginan untuk mencoba posisi-posisi yang berbeda, karena mereka mampu.

“Akademi sepakbola tidak menghasilkan pencetak gol yang egois, bukan hanya di United tapi juga dimanapun. Jika kamu adalah seseorang yang mempunya talenta bagus, pasti kamu ingin mencoba hal yang lain juga,” terang McGuiness.

Menjadi Striker, Tak Semudah yang Dibayangkan

Meski disebut sebagai pemain yang bertalenta sewaktu di akademi, ternyata proses pelatihan Rashford untuk menjadi seorang striker tidaklah mudah. Hal ini disampaikan oleh McGuiness yang mengatakan bahwa Rashford menghadapi tantangan akan masa pertumbuhan.

“Di usia 14, 15 dia mengalami pertumbuhan yang terlalu cepat, namun itu memang hal biasa dan dapat ditanggulangi. Memang frustrasi pada awalnya, di mana kakinya tumbuh cepat tetapi tidak punya tenaga untuk itu. Di mana dia jadi tak bisa melalukan sejumlah hal yang biasa dilakukan seperti berlari melewati orang.”

“Dia sungguh berjuang, beberapa orang menganggapnya punya temperamen yang buruk. Padahal dia hanya frusrtasi saat itu, sehingga mungkin setahun setelahnya ia bisa menyelesaikan masalah itu,” kenang McGuiness.

Perjuangan Rashford berbuah hasil, karakter tak pernah menyerah yang ditanamkan saat akademi membuatnya disukai oleh manajer United saat ini, Jose Mourinho. Seperti yang diucapkan oleh Mou pada bulan Mei lalu.

“Apa yang saya sukai dari anak ini, Marcus, adalah dia mampu menerima tekanan. Saya bisa menekan dia, menuntut dia, dia adalah tipe anak yang ketika sesi latihan sudah selesai, baginya itu belum selesai.”

“Ia ingin latihan terus, seakan hidup untuk sepakbola saja. Karakter ini yang saya sukai. Saya suka menuntut maksimal dari seorang pemain dan bertahan dengan cara saya,” jelas Mourinho.

Tanpa Griezmann dan Ibra, Rashford pun Jadi

Absennya Ibrahimovic pada musim depan, kegagalan mendatangkan Antoine Griezmann, belum jelasnya transfer dari Alvaro Morata, membuat United masih mencari-cari sosok tepat di lini depan. Namun bagi McGuiness, United tak perlu memusingkan hal tersebut, karena Rashford yang baru menjalankan debut kira-kira 18 bulan yang lalu mampu memenuhi kebutuhan premier United tersebut.

“Dia (Rashford) adalah pesepakbola yang bagus, tipe yang modern. Ia mampu bermain di posisi manapun di lini depan. Dia adalah tipe pemain yang bisa beradaptasi, seperti Eric Cantona yang tidak bermain di depan saja. Kamu butuh pemain yang bisa bergerak kemana-mana.”

“Griezmann bisa turun dan memainkan peran No.10, Marcus juga bisa melakukan itu. Cristiano Ronaldo ketika memulai karir bukan menjadi striker,” tutur McGuiness meyakinkan kemampuan Rashford.

Namun McGuiness punya pendapat tersendiri mengenai Rashford. Menurutnya anak didiknya tersebut perlu mencontoh permainan eks striker United, Ruud van Nistelrooy.

“Marcus bisa mencetak berbagai macam gol, namun jika ingin menjadi pencetak gol yang sebenarnya, kamu perlu mencontoh gol-gol Ruud Van Nistelrooy.

“Jika bola terhempas dari kiper, Ruud ada di sana. Jika terkena tiang, dia juga ada di sana. Marcus mungkin lebih mampu bermain keluar, tapi menurut saya dia butuh kemampuan seperti Nistelrooy,” tutup McGuiness.

Sumber : Manchester Evening News