Tottenham Hotspur boleh saja menjadi tim dengan komposisi pemain muda bertalenta yang menjanjikan, Arsenal dengan kebijakan membeli pemain muda yang dikembangkan sendiri, hingga Manchester City yang membeli sejumlah pemain muda berharga selangit sejak Pep Guardiola datang. Namun Manchester United masih unggul dari semua tim Premier League jika melirik lulusan akademinya.

Sepanjang musim 2016/2017, ada 34 pemain jebolan akademi Manchester United bermain di Premier League dengan total 44.055 menit bermain. Unggul jauh dibanding akademi Tottenham di posisi kedua dengan catatan 19.995 menit bermain. Jebolan akademi United itu di antaranya adalah tiga penggawa United sendiri, Paul Pogba, Marcus Rashford, dan Jesse Lingard.

Pemain jebolan akademi Manchester United itu juga menjadi pemain kunci di tim-tim Premier League lainya seperti kapten West Bromwich Albion, Darren Fletcher, figur utama pertahanan Burnley, Tom Heaton dan Michael Keane, dan dua pemain Leicester, Danny Drinkwater dan Danny Simpson.

Secara historis, United memang dikenal sebagai produsen pemain-pemain muda berbakat yang akhirnya menjadi pemain kelas dunia. Pada 1950-an, Sir Matt Busby memimpin Busby Babes menjadi skuat muda menakutkan di Inggris.

Mereka sukses meraih gelar liga pada musm 1955-1956 dan 1956-1957 dengan rataan pemain hanya 21 tahun dan 22 tahun secara berurutan. Legenda seperti Duncan Edwards dan Sir Bobby Charlton pun “diciptakan” pada era tersebut. Sayangnya, sebagian besar punggawa Busby Babes meninggal dunia pada Tragedi Munich.

Class of ’92

Lalu yang terbaru, Class of 92, karya Sir Alex Ferguson. Enam pemain itu jugalah yang menjadi alasan United tak mampu berbuat banyak pada awal karir Ferguson.

Ketika pertama menjadi manajer United, Ferguson memang mengubah banyak hal dalam sistem pengembangan pemain muda. Namun semua tersebut terbayar lunas dengan kehadiran legenda seperti Ryan Giggs dan Paul Scholes. Tak dapat dipungkiri, Ferguson berkontribusi besar dalam total 44.055 menit penampilan dari seluruh pemain jebolan akademi Manchester United.

Pemegang rekor jumlah penampilan United, Ryan Giggs, memuji mantan manajernya tersebut yang berhasil mengubah banyak hal dalam sistem pengembangan bakat United.

“Saya pikir Anda harus mengingat masa lalu ketika Sir Alex pertama bergabung dengan klub dan memperbaiki seluruh sistem pengembangan pemain muda,” ujar Giggs.

“Dia memastikan bahwa akan ada jalan bagi pemain muda dan lokal untuk bermain di tim utama. Sejak itu, sistem pengembangan pemain muda dan perjalanan hingga menuju tim utama semakin kuat, jadi ketika ada orangtua yang ingin mendaftarkan anaknya ke sebuah tim dan mereka menginginkan anaknya bisa menembus tim utama, maka mereka akan memilih United karena Anda melihat United selalu memberi kesempatan bagi pemain muda saat itu,” ungkap Giggs.

Hal tersebut terjadi pada Giggs sendiri. Ia diberi kepercayaan untuk tampil di ajang liga kala United berhadapan dengan Everton pada saat ia masih berusia 17 tahun. Giggs terus mendapat kesempatan. Musim keduanya di tim senior United, ia mencatatkan 51 penampilan meski baru genap 18 tahun saat itu.

“Lalu faktor lainnya adalah sesi latihan, cara mereka memperhatikan (pemain muda), cara pemain senior memperhatikan pemain muda. Ada banyak alasan, tapi saya pikir Anda harus melihat 30 tahun kebelakang ketika semua itu dimulai,” tambahnya.

Meski begitu, sepakbola dewasa ini tak bisa lagi disamakan dengan masa lalu. Petinggi klub dan fans tak bisa lagi sesabar dulu. Sementara itu, memberi kesempatan bermain bagi pemain muda adalah perjudian besar dan membutuhkan kesabaran dari semua pihak. Kondisi banyak berubah dan semua orang harus bisa beradaptasi. Namun, karya Ferguson tersebut wajib untuk diapresiasi.