foto: medium.com

Pikiran Tom Heaton berkecamuk saat kontraknya di Manchester United hampir habis. Ia ingin pindah untuk mendapatkan menit bermain, tapi manajemen United menyodorkan kontrak baru; yang berarti mereka masih menaruh kepercayaan pada kemampuan Heaton.

Lima tahun jelas bukan waktu yang sebentar bagi Heaton. Selama itu, semasa menjadi pemain tim utama Manchester United, Heaton lebih sering berada jauh dari Old Trafford, menjalani masa peminjaman.

Ada drama saat Tom Heaton memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak. Ia dipanggil oleh Sir Alex Ferguson terkait keputusannya tersebut.

“Dia cukup kasar kepadaku,” kenang Heaton. “Suasana panas hadir selama satu atau dua menit. Ada satu adegan yang mudah dibayangkan di mana  watak amarah legendaris Ferguson menyemarakkan suasana tersebut.”

Pertemuan dengan Fergie pun berakhir tidak seperti yang diinginkan dan mengecewakan. Heaton tidak mendapatkan kepastian mendapatkan menit bermain yang amat dibutuhkannya, yang mengantarkannya ke pintu keluar Old Trafford.

Mengabdi Selama 13 Tahun

Keputusan ini tentu tidak mudah buat Heaton. Apalagi, Heaton sudah di United sejak usia 11 tahun. United adalah kesebelasan yang membentuknya menjadi pesepakbola. United pula yang membuatnya memutuskan untuk menjadi seorang kiper ketimbang menjadi gelandang.

Selain itu, orang yang paling menahannya untuk pergi adalah sang manajer, Sir Alex Ferguson, yang merupakan sosok paling dihargai di klub. Namun, Heaton merasa bahwa masa depannya di United tidak akan berubah. Ia tak akan pernah menjadi kiper nomor satu kalau tak melakukan gebrakan. Selain itu, di usianya yang menginjak 24 tahun kala itu, ia perlu bermain reguler jika ingin menambatkan kariernya di sepakbola.

Heaton pun meneguhkan hatinya untuk pergi dari Manchester. Hal ini mendapatkan respons berupa kemarahan dari Fergie. Namun, Heaton memahami hal itu sebagai sesuatu yang wajar.

“Aku mengerti. Aku menghabiskan masa panjangku di klub dengan buruk. Aku bergabung dengan mereka pada usia 11 tahun dan setelah apa yang mereka berikan untukku, aku malah keluar lewat Aturan Bosman terkait ‘free transfer’. Di lubuk hati terdalam, aku tahu keputusanku waktu itu sudah benar,” jelas Heaton.

Yang dimaksud Heaton adalah bagaimana United mendidiknya menjadi seorang pesepakbola yang “sudah jadi”. Ia ditempat dari tim junior hingga ke tim reserves. Manajemen pun “berbaik hati” dengan meminjamkannya ke kesebelasan lain demi mendapatkan pengalaman bertanding. Namun, Heaton jelas tak ingin bermain di kesebelasan lain. Ia hanya ingin menjadi kiper nomor satu di United yang caranya adalah dengan pindah secara permanen ke kesebelasan lain.

Beberapa waktu setelah kemarahan Fergie tersebut, Heaton kembali dipanggil ke kantor Fergie. “Fergie bilang kalau dia akan selalu ada untukku kalau aku membutuhkannya,” cerita Heaton.

Heaton menyatakan bahwa Fergie akhirnya menghormati dan memahami keputusannya untuk pergi. Atas hal ini, Heaton mengaku menaruh simpati yang begitu besar pada Fergie. Setiap bertemu dengannya, ia selalu menyapa seolah Fergie masih manajernya.

“Dia amat brilian. Dia mengirimi aku sejumlah pesan saat aku dipanggil ke timnas Inggris,” cerita Heaton.

“Aku tak pernah tampil di pertandingan kompetitif untuk United. Aku selalu menjadi kiper nomor tiga dan aku ada di bangku cadangan 25 kali untuk tim utama. Aku cukup nyaman ada di level tersebut, tapi aku tahu aku selalu ingin menjadi nomor satu. Selalu ada risiko. Tapi, aku pikir, kembali ke Premier League dua tahun lalu bersama Burnley meyakinkan keputusan tersebut,” kata Heaton.

Dalam pengalamannya dilatih Fergie, Heaton bercerita bahwa manajer tersukses United tersebut adalah seorang yang tegas, tapi adil.

“Dia amat mudah ditemui. Anda bisa bicara kepadanya. Anda pun bisa tertawa bersamanya, tapi kalau Anda berlebihan, ia akan memberitahu,” kenang Heaton.

Heaton pun memahami mengapa Fergie tak pernah menurunkan dirinya. Banyak kiper muda di kesebelasan top. Mereka berlatih dan bekerja keras tapi tak kunjung diturunkan.

“Sungguh menarik, posisi penjaga gawang. Posisi itu tidak seperti penyerang tengah. Seorang pemain muda bisa diberikan, katakanlah, 10 menit. Marcus Rashford di United adalah contoh utamanya. Anda memberinya sedikit, dan dia menunjukkannya dengan baik. Kalau Anda memberikan waktu lebih kepadanya, lihatlah ia sekarang,” kata Heaton.

Sementara itu, untuk posisi penjaga gawang, hal tersebut sulit untuk dilakukan. Di posisi tersebut para manajer tak ingin menempatkan risiko yang kelewat besar karena hal itu akan menimbulkan masalah yang besar pula.

“Anda harus pergi dan mencari pengalaman, melalui itu semua dan aku sadar soal itu. Aku punya hasrat untuk bermain, itulah apa yang aku sebut sebagai mendapatkan keuntungan dari sebuah karier,” kata Heaton.

Heaton mungkin benar soal hasratnya untuk bermain. Ia pun memahami betapa sulitnya seorang pemain muda menembus posisi di tim utama. Sikap profesionalisnya membuat Heaton tidak punya masalah besar dalam hubungannya dengan Fergie; itu merupakan keberuntungan besar yang mungkin tidak akan didapatkan seorang David Beckham, misalnya.