Sir Alex Ferguson pernah mengklaim bahwa “taktik menyerang akan memenangkan pertandingan dan taktik bertahan akan memenangkan gelar Anda”. Di balik itu semua, apakah pernyataan tersebut benar adanya?

Pada pekan pertama, Arsenal berhasil mencetak empat gol sementara Liverpool tiga gol. Kedua kesebelasan menunjukkan kemampuan serangan yang begitu impresif. Namun, hal tersebut tidak disertai dengan pertahanan yang kuat. Di pekan pertama, Liverpool kebobolan tiga gol, pun dengan Arsenal.

Kedua kesebelasan sudah bertanding pada pekan ketiga Premier League akhir pekan lalu. Liverpool berhasil menunjukkan betapa lemahnya pertahanan Arsenal dengan membantai The Gunners dengan skor 4-0. Namun, Liverpool tak mesti jemawa. Tiga gol Watford pada pekan pertama masih menghantui lini pertahanan The Reds.

Lantas, bisakah kesebelasan dengan kelemahan di lini belakang akan memenangkan titel, dan juga mematahkan perkataan Fergie? Tidak akan ada yang menduganya.

Tidak mengherankan, juara Premier League biasanya memiliki kekuatan di kedua sektor ujungnya (menyerang dan bertahan), tapi akhirnya para juara lebih memilih untuk memperkuat sektor serangan.

Sejak 1995/1996, juara Premier League rata-rata memiliki peringkat 1,45 dari 20 tim untuk mencetak gol mereka, dibandingkan dengan rata-rata 2,41 gol untuk kebobolan. Secara total, 14 dari 22 juara Premier League memiliki serangan terkuat selama musimnya masing-masing, namun, hanya sembilan tim juara saja yang memiliki pertahanan terbaik.

Faktanya, Sir Alex Ferguson adalah master dalam memenangkan gelar dengan pertahanan inferior. Manchester United hanya memiliki pertahanan terbaik ketujuh saat mereka memenangi gelar pada 1996/1997, dan mencetak 44 gol dalam semusim. Dan di musim yang sama, Blackburn memperoleh kebobolan paling sedikit, namun mereka finis di posisi ke-13 pada klasemen akhir.

Fergie lalu melanjutkan dengan ‘nada yang sama’, ia hanya memiliki pertahanan terbaik keempat di tahun 1998/1999, yang keenam terbaik di 1999/2000, dan yang terbaik kelima di tahun 2012/2013. Di masing-masing musim peraihan gelar, United unggul setelah mencetak lebih banyak gol dibanding tim lainnya. Dikutip dari Sky Sports, berikut peringkat para pemegang gelar Premier League dalam hal hasil penerapan taktik menyerang dan bertahannya selama satu musim penuh.

PL Champions’ Defence & Attack Ranked For Respective Season

Season Champion Defence rank Attack rank
1995/96 Manchester United 3 1
1996/97 Manchester United 7 1
1997/98 Arsenal 2 3
1998/99 Manchester United 4 1
1999/00 Manchester United 6 1
2000/01 Manchester United 1 1
2001/02 Arsenal 2 2
2002/03 Manchester United 1 2
2003/04 Arsenal 1 1
2004/05 Chelsea 1 2
2005/06 Chelsea 1 1
2006/07 Manchester United 2 1
2007/08 Manchester United 1 1
2008/09 Manchester United 1 2
2009/10 Chelsea 2 1
2010/11 Manchester United 3 1
2011/12 Manchester City 1 1
2012/13 Manchester United 5 1
2013/14 Manchester City 2 1
2014/15 Chelsea 1 2
2015/16 Leicester City 3 3
2016/17 Chelsea 3 2

 

Juara yang Sempurna?

Hanya ada lima ‘juara yang sempurna’ selama 22 tahun terakhir, setelah mencetak lebih banyak gol dan kebobolan yang lebih sedikit dari tim lainnya. Manchester City pada musim 2011/2012 terbukti unggul di kedua klasemen, seperti juga Manchester United pada musim 2007/2008 dan 2000/2001, Chelsea selama musim 2005/2006 dan Arsenal pada musim 2003/2004.

Juara yang Beruntung?

Jika melihat tabel akhir didasarkan pada peringkat rata-rata taktik menyerang dan pertahanan dari masing-masing klub, enam dari 22 juara sebelumnya tidak akan bisa memenangkan liga. Manchester United akan menempati posisi keempat pada 1996/1997, di belakang para calon juara pada saat itu, Arsenal, Liverpool dan Newcastle. Dan sekali lagi, jika penilaian juara melihat perhitungan tabel peringkat diatas, United akan kehilangan gelar lain di musim terakhir Fergie, 2012/2013. The Red Devils akan berada di urutan ketiga di bawah Chelsea dan Arsenal.

Gol Pada Sepakbola Modern

Rata-rata gol per game di Premier League telah menglami peningkatan sedikit demi sedikit selama tiga musim berturut-turut. Namun, rata-rata 2,8 gol per game pada sepakbola papan atas Inggris itu, baru-baru ini harus rela untuk ‘dikerdilkan’ dengan fakta rata-rata 4,7 gol per game yang pernah terjadi pada musim 1889/1990.

Aston Villa mencetak 128 gol yang luar biasa pada musim 1930/1931. Itu lebih banyak daripada tim papan atas lainnya dalam sejarah sepakbola Inggris. Meski mencatatkan cleansheet terbanyak, Villa harus menyelesaikan musim tersebut sebagai runner-up, di belakang Arsenal, yang telah mencetak 127 gol.

Arsenal akan berharap untuk menghidupkan kembali bentuk ‘penciptaan lumbung gol’ semacam itu saat mereka akan melakoni pertandingan ke Liverpool pada hari Minggu (27/8) nanti, sementara Jurgen Klopp akan menjadikan Arsenal sebagai tim yang akan kalah untuk kedua kalinya di Anfield musim ini.

*

Jika melihat sisi lain dari data di atas, tidak semuanya harus bersangkut paut dengan statistik. Meskipun lebih menerapkan taktik menyerang ataupun bertahan, itu semua tidak akan menjadi jaminan untuk menjadi juara Premier League. Namun, di balik itu semua, semua hal tersebut bergantung pada konsistensi yang terbangun dari sebuah tim. Jika ingin menjadi juara, kemenangan mutlak harus menjadi hal yang paling utama untuk sebuah tim.

 

Sumber : Sky Sports