Southampton mengonfirmasi bahwa pebisnis China, Gao Jisheng, telah menyelesaikan pengambilalihan klub setelah mendapatkan 80% saham dengan nilai sekitar 210 juta paun. Dengan ini, Jisheng resmi menjadi pemilik Southampton.

Pengambilalihan ini merupakan buah dari pembicaraan intensif lebih dari 12 bulan antara Keluarga Gao dengan kesebelasan yang berlokasi di selatan Inggris tersebut. Sisa 20 persen saham masih dimiliki oleh pemilik sebelumnya, Katharina Liebherr.

Southampton sendiri mengaku percaya diri dengan pengambilalihan ini. Mereka percaya kalau di bawah Keluarga Gao, pembangunan tim akan terus berlanjut meski dengan manajemen yang baru. Mereka berharap Keluarga Gao bukan hanya mempertahankan Southampton di tingkat teratas di Premier League, tapi juga menjadikan mereka klub yang bersaing.

“Sebagai tim, kami akan bekerja keras membangun fondasi kuat untuk menunjang kesuksesan jangka panjang,” kata Kathrina.

“Hari ini adalah awal baru dan bab menarik buat klub kami. Tuan Jisheng Gao dan putrinya, Nona Nelly Gao, yang mana saya telah menjalin hubungan baik, berbagi nilai-nilai dan ambisi kami. Tuan Gao, Nelly, dan saya memiliki kepercayaan penuh pada Ralph Krueger (CEO Southampton) dan tim manajemennya. Kami dengan sepenuh hati mendukung rencana mereka untuk mewujudkan ‘the Southampton way’ dalam beberapa tahun mendatang.”

Penjualan ini sendiri dianggap sebagai salah satu kesepakatan penting. Apalagi Kathrina menyatakan bahwa Premier League saat ini amatlah kompetitif. Southampton mesti menyesuaikan zaman dengan melihat perkembangan pasar dan inovasi di masa depan.

Southampton sendiri merupakan kesebelasan Premier League kedua yang menarik perhatian investor dari China. Sebelumnya, West Bromwich Albion menjual sahamnya kepada Gouchuan Lai pada September silam. Sementara itu, Manchester City juga menjual 13 persen sahamnya pada investor Negeri Tirai Bambu tersebut.

Southampton akan mengikuti jejak kesebelasan Inggris lain yang dimiliki oleh taipan China seperti Aston Villa, Birmingham City, dan Wolverhampton Wanderers. Reading pun dikabarkan diakuisisi oleh kakak-beradik China, Dai Yongge dan Dai Xiu Li.

Terkait dengan pengambilalihan kepemilikan ini, juru bicara Premier League mengeluarkan pernyataan:

“Menanggapi perubahan kontrol di kesebelasan Premier League kami mengecek sumber dan kemampuan pendanaan dalam hal pembagian saham dan kami juga diberikan rencana bisnis secara detail yang memperlihatkan bahwa para pemilik baru bisa menjaga klub untuk tetap berjalan.”

“Kami juga telah memperkenalkan Owners’ and Directors’ Test yang termasuk pemeriksaan latar belakang secara detail terhadap siapapun yang mencoba mendapatkan lebih dari 30 persen saham di sebuah klub atau menjadi anggota dewan klub. Ini merupakan proses yang teliti dan kami telah bekerja bersama Katharina Liebherr dan penasihatnya untuk memastikan semua aturan Premier League telah ditaati,” kata juru bicara Premier League.

 

Meningkatnya Ancaman pada Klub Besar

Southampton dikenal karena alumni akademinya yang sukses bersama kesebelasan besar. The Saints sendiri jarang menikmati hasil para alumninya kecuali dalam bentuk uang transfer. Di Manchester United ada nama Luke Shaw dan Morgan Schneiderlin yang hijrah ke Everton musim lalu yang lama di Southampton. Selain itu nama-nama seperti Theo Walcott, Alex Oxlade-Chamberlain, Adam Lallana, dan salah satu pemain termahal, Gareth Bale, berasal dari akademi Southampton.

Masuknya investor baru secara tidak langsung akan memberikan tambahan dukungan finansial. Hal ini juga diungkapkan oleh Katharina yang menyatakan bahwa Southampton mesti berubah karena zaman yang kian dinamis.

Perubahan sejatinya sudah terlihat dari bagaimana Tottenham Hotspur kini menjadi salah satu kesebelasan yang diperhitungkan untuk meraih gelar juara Premier League. Spurs bahkan finis di urutan kedua pada Premier League musim lalu, yang tentu saja finis di atas Arsenal.

Spurs memang tidak mendapatkan investor baru. Pemiliknya tetap Daniel Levy yang sudah ada di London sejak 2001. Namun, pada musim 2007/2008, Levy mulai berinvestasi di tim. Ia menunjuk nama besar seperti Juande Ramos untuk menggantikan Martin Jol. Sebelum musim berakhir, Spurs otomatis lolos ke Piala UEFA karena menjuarai Piala Liga Inggris. Ini merupakan piala pertama mereka dalam sembilan tahun terakhir setelah terakhir kali menjuarai kompetisi yang sama pada 1998/1999.

Sejak saat itu, prestasi Spurs kian menanjak. Pada musim 2009/2010, Spurs bahkan masuk ke empat besar Premier League. Di akhir musim, Levy pun mulai menggodok pembangunan stadion baru yang dikenal dengan Northumberland Development Project.

Tiga tahun berselang, Spurs berhasil menjual Bale senilai 85 juta paun atau 100 juta euro. Waktu itu, ini merupakan nilai transfer tertinggi yang menjadikan Bale sebagai pemain termahal di dunia.

Dengan dana masuk sebesar itu, Spurs bisa melakukan aktivitas lain seperti membeli pemain potensial dengan harga murah dan membenahi akademi mereka. Salah satu yang paling berhasil adalah Dele Alli pada awal musim 2015/2016. Nilai Dele Alli sendiri saat ini ditaksir mencapai 88 juta paun atau melebih nilai Bale.

Selain itu nama seperti Eric Dier didatangkan hanya senilai 4,5 juta paun dan bisa dijual lebih dari 60 juta paun. Di sisi lain, Spurs tak perlu membayar apapun untuk Harry Kane yang kini bernilai 100 juta paun.

Kehadiran investor anyar bukan cuma membeli pemain berharga mahal. Adanya uang investasi membuat klub berpikir dua kali untuk melepas pemain potensial dengan harga murah.

Hal ini mesti diwaspadai oleh kesebelasan Premier League lain saat membeli pemain Southampton. Pasalnya, mereka akan memiliki daya tawar yang lebih tinggi saat bernegosiasi. Virgil van Dijk misalnya yang dibeli senilai 13 juta paun, kini tak akan dilepas kurang dari 70 juta paun. Southampton punya daya tawar kuat. Kalau Chelsea atau Liverpool sanggup, silakan ambil. Kalau tidak, ya itu tidak akan jadi masalah buat mereka karena Van Dijk akan membawa The Saints merebut prestasi yang lebih tinggi.

Kehadiran investor baru akan menjadi ancaman buat klub besar. Pasalnya, mereka harus menyiapkan uang besar untuk mendatangkan pemain. Namun, ada keuntungan yang tak boleh disepelekan: kesebelasan besar akan mulai mempertimbangkan pemain akademi mereka.