Foto: Independent.co.uk

Layaknya ajang pencarian bakat, Ole Gunnar Solskjaer dan Unai Emery kini sedang bergandengan tangan sembari menunggu pengumuman siapa yang akan mendapat vonis pemecatan terlebih dahulu.

***

Seorang penggemar Arsenal melemparkan tiket terusannya sebagai tanda kekecewaan. Tidak mau kalah, penggemar United juga mengalami perasaan serupa terhadap performa timnya. Kedua manajer kini dituntut pertanggungjawaban terkait penampilan timnya yang benar-benar bermasalah sepanjang musim ini.

Penggemar tersebut mungkin akan dicap sebagai penggemar karbitan alias mendukung hanya saat  tim pujannya berjaya saja. Namun mereka hanyalah penggemar yang jujur, penggemar yang berkata jelek ketika permainan timnya jelek dan berusaha untuk tidak mau mengeluarkan pernyataan yang basa-basi. Lagipula, baik Arsenal dan United adalah klub besar. Identitas mereka sebagai langganan papan atas harus dijaga sebaik mungkin sehingga penurunan sedikit saja tidak akan bisa diterima oleh para penggemarnya.

Setelah menjalani pekan ke-13 pekan lalu, baik Arsenal dan Man United kini berada berdekatan. Kubu Meriam London menempati posisi delapan dengan 18 poin, sedangkan Setan Merah berada tepat dibawahnya dengan nilai 17. Mereka menempati posisi yang layak untuk ditempati jika melihat penampilan mereka sepanjang musim.

Di kandang sendiri, Arsenal ditaham imbang 2-2 tim papan bawah Southampton. Yang lebih parahnya lagi permainan mereka bisa dikatakan sangat buruk. Dua kali mereka tertinggal dan dua kali pula diselamatkan oleh striker mereka, Alexander Lacazette. Bahkan selama 90 menit Arsenal hanya membuat 12 sepakan ke gawang, sedangkan Southampton membuat 21 tembakan. Jika para pemain depan The Saints tidak banyak membuang peluang, mungkin Arsenal sudah kalah selisih dua sampai tiga gol.

“Cemoohan bagi Arsenal itu layak mereka dapatkan. Performa mereka sungguh buruk, tidak ada permainan yang saling terhubung, dan penampilan lini belakang juga tidak meyakinkan. Emery mengubah gaya bermainnya sampai tiga kali dan itu tidak membantu dirinya sendiri,” ujar salah satu kapten terhebat mereka, Tony Adams.

Hasil imbang tersebut membuat Arsenal sudah lima kali secara beruntun tidak meraih kemenangan di kompetisi Premier League. Poin 18 dari 13 pertandingan menjadi raihan terburuk kubu Meriam London sejak Premier League hadir pada 1992/93.

Situasi serupa dirasakan juga oleh Manchester United. Menjaga harapan untuk bisa melewati Arsenal dan menapak peringkat lima, mereka justru menyia-nyiakan kesempatan tersebut dengan bermain imbang 3-3 melawan Sheffield United pada pertandingan yang menguras emosi dan adrenalin.

Mereka punya peluang untuk menang setelah unggul 3-2, namun satu kesalahan kecil di kotak penalti berupa koordinasi pertahanan yang buruk membuat tiga poin melayang dari genggaman. United memang benar-benar menunjukkan determinasi, namun sebelum mereka unggul mereka tertinggal dua gol terlebih dahulu dengan penampilan yang sangat buruk.

Tidak ada kreativitas di sana. Para pemain dilanda kebingungan tiap menguasai bola. Sheffield United memang lebih cerdik, namun pemain United seharusnya tidak boleh kalah cerdik dari mereka mengingat klub ini membawa identitas sebagai kesebelasan yang berisi para pemain-pemain terbaik. Satu sepakan ke gawang pada babak pertama menunjukkan performa mereka yang masih labil dan membuat pujian yang muncul pada laga sebelumnya melawan Brighton menjadi lenyap.

Gagal menang di Bramall Lane membuat United meneruskan konsistensi mereka yang hanya menang sebulan sekali saja pada kompetisi liga. Entah apa yang akan terjadi pada Desember ketika banyak pertandingan yang akan mereka jalani jika konsistensi ini terus dipertahankan. Raihan 17 poin juga menjadi catatan terburuk United sejak 1988/1989. Saat itu, mereka mengakhiri kompetisi pada urutan kesebelas.

Kedua manajer kini menjadi sasaran. Suara-suara sumbang meminta pemecatan terus dilakukan. Manajer yang sedang menganggur kini mulai berada di depan telepon mereka untuk menanti panggilan yang datang. Bleacher Report membuat gambar dengan objek berupa Solskjaer dan Emery sedang memegang karung. Bahasa Inggris karung adalah sack, namun sack juga bisa berarti pemecatan.

Emery dianggap tidak punya visi. Arsenal yang punya identitas bermain menyerang ketika dipegang Wenger mendadak lenyap. Arsenal’s Kitchen menyebut kalau mantan juru racik Sevilla ini tidak memiliki kejelasan dalam hal bermain. Belanja gede-gedean pada musim panas juga belum memberikan hasil. Belum lagi soal konfliknya dengan Mesut Ozil yang rumit sehingga membuat posisi sang good ebening menjadi terpojok.

Solskjaer juga bernasib sama yaitu hidup dengan ketidakpastian. Suara sumbang pemecatan hanya lenyap dengan kemenangan yang harus dilakukan secara rutin. Inkonsisten, maka sama saja seperti melempar korek api ke genangan bensin yaitu memunculkan kembali isu pemecatan.

Pria Norwegia ingin membawa United tampil seperti era Sir Alex Ferguson yaitu mendominasi laga, menyerang dan menggigit lewat serangan balik. Sebuah tujuan yang mulia, namun sayangnya tidak dibekali dengan pakem yang jelas. Setiap laga, Solskjaer hanya berharap trio Martial, Rashford, dan James sanggup berlari dari belakang ke depan dan sedang berada dalam mood yang bagus. Atau mengandalkan skill individu satu sampai dua nama yang jelas akan membuat strategi menjadi mudah terbaca.

Solskjaer memang belum bergerak banyak di bursa transfer, namun dia sudah diizinkan untuk melepas pemain-pemain yang tidak diperlukan lagi pada musim panas lalu. Ketika hal itu sudah dilakukan, maka tugasnya saat ini adalah membuat para  yang merupakan pilihannya saat ini, bisa menampilkan permainan yang baik dan enak untuk disaksikan. Semua ini semata-mata agar dirinya bisa bertahan lama sebagai manajer Manchester United.

Dulu, kedua kesebelasan ini selalu menunjukkan persaingan yang begitu sengit. Saling serang dalam bentuk taktik dan psywar muncul dari mulut Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger menjadi bumbu yang membuat hidangan Premier League semakin nikmat untuk disantap. Sepeninggal keduanya, kini mereka mendapati dua manajer yang saling bergandengan tangan dan mengajukan permohonan untuk tidak dipecat di tengah jalan.

Sejauh ini, pemecatan nampaknya belum akan dilakukan. Baik Solskjaer dan Emery masih mendapat perlindungan dari manajemen klub masing-masing. Yang membedakan adalah mayoritas penggemar Arsenal nampaknya menginginkan Emery dipecat, sementara penggemar United terbelah menjadi dua kubu yaitu pro Solskjaer dan kontra Solskjaer. Yang kontra sudah pasti menginginkan Solskjaer ditendang secepat mungkin, sementara yang pro berharap manajemen United yang harusnya dipecat.

Sesuatu yang tampaknya tidak mungkin akan terjadi.