Sang target akhirnya berani berbicara. Kini, ia mulai melakukan counter attack kepada orang-orang yang berani menentangnya.

***

Situasi Manchester United menjadi tidak ideal jelang laga melawan Liverpool. Selain masalah cedera pemain yang membuat kekuatan mereka cenderung timpang dalam pertandingan nanti, mereka dihadapkan dengan perseteruan yang melibatkan manajemen dengan para pendukung United. Perseteruan ini mulai memasuki babak baru dengan Ed Woodward yang mulai berani bicara di depan media.

Dua kubu ini saling memperebutkan eksistensi mereka sebagai siapa yang paling bertanggung jawab terhadap kejatuhan Manchester United dalam enam musim terakhir. Penggemar akan menyerang Ed Woodward sebagai orang yang tidak becus menjalani pergerakan klub ini. Sebaliknya, Woodward merasa kalau pekerjaannya sudah benar dan kritikan yang ia terima tidak beralasan.

Sebelumnya, Woodward dikenal sangat irit berbicara di depan media. Dia tidak mau menonjolkan dirinya meski menjabat sebagai wakil dewan eksekutif. Ia hanya fokus untuk bekerja di balik layar. Melakukan negosiasi dengan sponsor atau menjalani pekerjaan lainnya yang berkaitan dengan Manchester United sebagai sebuah brand global.

Namun siapa yang betah ketika setiap hari namanya selalu disindir di media cetak bahkan media sosial. Woodward memahami itu. Dia tidak mau terus-terusan menjadi bahan bully-an penggemar United. Kesabaran manusia ada batasnya dan Woodward melakukan perlawanan itu ketika istrinya, Isabelle, memutuskan tidak mau lagi membaca media karena khawatir ada nama suaminya di media tersebut.

“Ada ucapan-ucapan yang menyebut kalau di sini ada beberapa orang non-sepakbola yang membuat keputusan sepakbola. Saya pikir itu menghina orang-orang brilian yang bekerja di klub ini. Banyak staf senior di bagian sepakbola klub ini yang sudah bekerja lebih dari 10 tahun. Beberapa pencari bakat kami telah bekerja bersama lebih dari 25 tahun. Kami sudah menambah departemen perekrutan kami dalam beberapa tahun terakhir dan kami yakin ini sudah berjalan dengan efisien serta produktif,” tutur Woodward.

Woodward hanya manusia biasa. Ia punya cita-cita, ego, hasrat, ide, dan tujuan yang saling melengkapi satu sama lain. Sinyal itu yang kemudian ingin ia kirimkan kepada para pengkritiknya melalui ucapannya tersebut. Baginya, ia sudah melakukan apa yang dia rasa benar.

Woodward diserang karena sering dianggap pelit belanja. Namun dengan ucapannya itu, ia seperti memberi tahu kalau dirinya sudah mengeluarkan ratusan juta paun demi membeli pemain-pemain terbaik agar tim bisa cepat kembali menuju kejayaan.

“Apakah tidak cukup saya memberi kalian semua Angel Di Maria, Paul Pogba, Daley Blind, Memphis Depay, Anthony Martial, Henrikh Mkhitaryan, Radamel Falcao, Juan Mata, Zlatan Ibrahimovic, Romelu Lukaku, dan Alexis Sanchez?” mungkin seperti itulah suara-suara kegeraman yang tersembunyi dalam benak seorang Ed Woodward.

Itu baru soal rekrutmen. Soal dirinya yang dianggap mementingkan finansial juga turut membuatnya berang. Tidak ada dalam kamus Ed Woodward kalau komersial MU jauh lebih penting dibanding prestasi di atas lapangan. Hal itu juga ia anggap sebagai sebuah bentuk penghinaan.

“Kami adalah klub dalam dua bagian. Yang pertama, kami adalah klub sepakbola yang sudah berdiri 141 tahun yang luat biasa dengan sejarah, warisan, tradisi, dan kesuksesan. Citra itu tidak akan pernah bisa berubah dan harus dilindungi.”

“Lalu yang kedua adalah klub komersial. Seperti klub sepakbola lainnya, bisnis komersial kami memungkinkan kami untuk berinvestasi kembali di sisi sepakbola. Begitulah cara keduanya berinteraksi satu sama lain di Manchester United sehingga kami memiliki keunggulan kompetitif di bidang ini. Yang penting adalah sisi komersial prioritasnya tidak lebih tinggi dibanding sisi sepakbola.”

Kalimat terakhir mencerminkan perlawanan berikutnya dari Woodward. Dia mungkin sedang mengambil patokan kalau di era jabatannya sebagai wakil dewan eksekutif, United masih bisa mendatangkan piala dalam wujud Piala FA, Piala Liga, Uefa Europa League, dan Community Shield.

Kedua sosok berpengaruh ini menciptakan benturan yang cukup hebat. Baik fans dan Woodward kini memperebutkan siapa yang pengaruhnya lebih besar bagi Manchester United. Benturan yang akhirnya membuat tim ini menjadi terbelah dan sulit untuk disatukan. Woodward mengaku kalau kritik para penggemar tidak beralasan. Namun menurut para penggemar Woodward adalah pembohong besar. Rekrutmen dianggap tetap sebagai yang terburuk karena mendatangkan pemain yang bisa mendongkrak dari sisi bisnis, sementara banyaknya pendapatan yang diterima United menandakan kalau tim ini memang condong fokus ke sisi komersial dibanding prestasi.

Dukungan Dari Manajer

Seorang wakil dewan eksekutif harus menjadi jembatan antara manajer kesebelasan dengan pemilik kesebelasan. Oleh karena itu, ketiganya harus bisa bekerja sama dengan baik. Dengan sinergi antara ketiganya, maka sebuah kesebelasan bisa dijalankan dengan baik.

Hal ini sebelumnya tidak dimiliki oleh Woodward dalam menjalankan pekerjaannya. Seringkali ada bentrokan antar dirinya dengan manajer. Hal ini sudah pernah terjadi ketika di era Louis van Gaal dan Jose Mourinho. Untuk menyelesaikannya bukan perkara mudah hingga harus memilih satu diantara dua pilihan. Sejauh ini, Woodward memilih untuk memecat keduanya.

Beruntung Ed Woodward kini punya orang yang setia mendukungnya. Selain keluarga Glazer, kini ia punya Ole Gunnar Solskjaer. Sosok manajer yang mendukungnya adalah sebuah privilege yang tidak pernah dirasakan Woodward sebelumnya. Kini, ia bisa mendapatkan dukungan dari dua arah, petinggi dan manajer.

“Saya sudah berkali-kali bicara dengan Ed dan saya bisa bilang kalau kami punya rencana. Kami tahu bahwa kami telah membuat beberapa keputusan yang mungkin dalam jangka pendek akan merugikan kami, tetapi kami tahu dalam jangka panjang maka hal itu akan menguntungkan kami, dan itu bagian dari rencana. Struktur tim ini sudah melakukan segalanya dengan baik,” tutur Solskjaer.

Ucapan-ucapan seperti ini yang tidak didapatkan Woodward dari dua manajer sebelumnya. Hal ini tentu menjadi amunisi tambahan bagi dirinya untuk balik memberikan tamparan kepada para pengkritiknya karena ia sudah memiliki manajer yang melindunginya.

Atau jangan-jangan Ed Woodward memang sudah tobat. Ucapan kesalnya ini mungkin sebagai penegas sekaligus puncak dari rasa kesalnya karena terus diolok-olok oleh para penggemarnya.  Ia kini sedang berusaha untuk membuktikan kalau dirinya benar-benar sudah berubah yang diawali dengan penunjukkan Solskjaer sebagai manajer dan pembelian pemain yang tidak lagi asal-asalan seperti sebelumnya.