Di awal kariernya, Wayne Rooney merupakan nama besar. Di usianya yang masih belia, dia harus merelakan masa mudanya demi menggapai mimpi terbesarnya.

“Dia merupakan pemain yang sangat penting bagi kami, jika dia bertahan untuk musim depan saya akan sangat senang,” tutur pelatih Manchester United, Jose Mourinho, tentang Wayne Rooney di malam kemenangan tim asuhannya di laga final Europa League melawan Ajax Amsterdam.

Meskipun waktu yang akan berbicara, namun sepertinya posisi Ronney di di Old Trafford diyakini tidak akan lama lagi. Berita akan perjuangannya di skuat utama The Special One yang terseok-seok sudah menjadi salah satu sorotan utama sejumlah media.

Kamis minggu ini, ESPN melaporkan bahwa nama pemain 31 tahun ini tidak dicantumkan di tim nasional Inggris saat bertamu ke Perancis. Absennya Rooney dalam timnas merupakan akhir dari runtutan penampilan untuk Ratu Inggris yang sudah dicatatkan mencapai 118 kali. Dengan begini masa depan Rooney di Old Trafford semakin diragukan.

Meskipun dia hijrah ke klub lain pada musim panas ini, Rooney tetap akan dikenang sebagai legenda bagi Setan Merah. Medali Europa League yang terakhir dikoleksi penyerang ini memberinya hampir semua penghargaan yang diperoleh United dalam sepanjang perjalanannya. Rooney sudah merasakan lima kali juara Premier League, satu Liga Champions, satu Piala Dunia Antarklub, tiga Piala Liga Inggris, dan satu Piala FA. Semua medali dari semua kemenangan itu akan berada di lemari pajang di hunian Rooney. Hanya Piala Super UEFA yang belum pernah dicicipinya karena saat itu United kalah 1-2 dari Zenit St. Petersburg pada 2008.

Lima belas tahun terakhir bagi Wayne Rooney merupakan perjalanan mendaki di medan yang terjal dan berbatu. Namun, Rooney akan tetap dikenang sebagai salah satu pemain yang tak akan dilupakan bagi pecinta sepak bola United dan Inggris. Berikut adalah perjalanan Rooney yang dirangkum dalam tujuh tingkatan.

Pengorbanan masa muda

Rooney dikenal karena stamina dan mentalnya yang kuat. Belum genap 20 tahun, ia sudah berlatih bersama skuat utama Everton yang kala itu dilatih Walter Smith. Usianya masih 16 tahun saat ia tampil mengagumkan di pertandingan melawan Tottenham Hotspur yang berakhir 2-2 itu.

Pada 19 Oktober 2002, lima hari sebelum hari ulang tahunnya yang ke-17, merupakan hari yang tak akan dilupakan remaja ini mengingat dirinya dilabeli sebagai pencetak gol termuda dalam sepanjang sejarah Premier League dan sekaligus mengakhiri 30 kemenangan beruntun yang dicatatkan Arsenal musim itu.

Rooney bahkan belum diijinkan untuk mengajukan pembuatan surat ijin mengemudi, namun dia sudah menjadi bintang dalam dunia yang dicintainya. Bahkan, Arsene Wenger menyebut Rooney sebagai talenta terbesar yang dimiliki Inggris sejak dirinya menginjakkan kaki di sana.

Impian seluruh pesepak bola muda Inggris

Rooney dipanggil oleh timnas pada Februari 2003 dan hal ini merupakan batu lompatannya untuk tetap berada dalam skuat utama The Three Lions yang saat itu diasuh oleh Sven Goran Eriksson. Pelatih asal Swedia ini mengklaim bahwa Rooney muda bisa disetarakan dengan Pele di usia yang sama. Penyerang yang saat itu berusia 19 tahun menjadi bintang bagi penggemar di negaranya saat Piala Eropa 2004 bergulir. Ia mencetak empat gol sampai di tahapan perempat final dan tertahan oleh Portugal.

Performa menakjubkan Rooney di pertandingan antarnegara Eropa ini merupakan salah satu performa terbaik yang bisa ditampilkan oleh pemain Inggris di abad ke-21 ini. Saat itu, Inggris membantai Croasia dengan skor 4-2 dan Rooney berhasil mencatatkan dua gol masih sebagai seorang remaja.

Saat itu Rooney merupakan aset paling menjanjikan di muka bumi ini, dan Sir Alex Fergusson merasa bahwa sudah merupakan suatu kewajiban bagi seorang manajer untuk memiliki bakat seperti bakat yang dimiliki penyerang kelahiran 24 Oktober 31 tahun silam itu.

Newcastle yang saat itu merupakan salah satu saingan berat di klasemen atas Liga Premier meluncurkan penawaran yang menarik perhatian dunia sepak bola Inggris. Namun United-lah yang akhirnya mendapatkan tanda tangan Rooney dengan kesepakatan yang bernilai 25.6 juta paun, tepat setelah pertandingan United dan Everton diselenggarakan pada 31 Agustus petang tahun 2004.

“Bill Kenwright (pemilik Everton) menangis,” Fergusson menulis kalimat ini di buku autobiografinya pada tahun 2013.  “Di sela-sela air mata yang menetes, Bill berkata: ‘Saya perlu menelpon ibu saya. Mereka akan membawa anak kita, mereka akan membawa anak kita,’ katanya di sambil memegan gagang telepon.”