Foto: FPL Academica

Filosofi possesion football milik Erik ten Hag berhasil membentuk identitas baru kepada Man United. Kini, ia tinggal mencari satu aspek paling penting dalam permainan sepakbola yaitu produktivitas.

Sudah lama rasanya tidak melihat Manchester United bermain senyaman musim ini. Jika dulu tim ini tampak kesulitan memainkan possesion football, terutama pasca pensiunnya Sir Alex Ferguson, kali ini Setan Merah mulai menjadi tim yang begitu cair dan bisa bermain dengan cepat melalui bola-bola pendek.

Memang apa yang dilakukan Ten Hag belum sempurna. Namun mengingat ia belum lama bersama tim ini, apa yang sudah diraih sejauh ini patut mendapat pujian. United sekarang tidak hanya sekadar mendominasi penguasaan bola, tapi juga mengontrol jalannya pertandingan. Contohnya adalah ketika laga melawan Chelsea akhir pekan kemarin ketika penampilan para pemain United cukup dominan sepanjang 90 menit.

Meski begitu, ada satu cela United yang masih terngiang-ngiang. Cela tersebut adalah produktivitas gol mereka yang sejauh ini cenderung minim. Inilah PR yang masih dicari jalan keluarnya oleh Ten Hag dan para staf pelatihnya untuk membuat permainan United menjadi lebih mantap lagi musim ini.

Mau bagaimana pun, sepakbola akan selalu dinilai dengan sebuah gol. Inilah kenapa eksekusi menjadi perkara penting. Sebab, ketika seluruh rancangan taktik berjalan baik untuk menghasilkan peluang, pada akhirnya, finishing juga yang menjadi penentu.

Beberapa kali Ten Hag mengeluh kalau timnya seharusnya bisa lebih baik dalam penyelesaian akhir. Ia memberi catatan tersebut ketika melawan Newcastle United, Omonia, dan Tottenham Hotspur. Tiga laga yang semuanya dimainkan di Old Trafford.

“Yang paling penting adalah mencetak gol. Saya melihat kalau pertandingan ini seharusnya bisa menjadi milik kami dengan skor tiga atau empat nol. Itulah (penyelesaian akhir) yang menjadi kekurangan kami. Kami tidak bisa mencetak gol lebih banyak,” kata Ten Hag setelah melawan Omonia.

Sejauh ini, United baru membuat 16 gol di Premier League. Terendah bersama dengan Chelsea yang ada di delapan besar klasemen sementara. Bahkan peringkat ke-17, Leicester City, memiliki gol yang jauh lebih baik dari United yaitu 21. Angka ini cukup mengkhawatirkan karena United melepas total 55 shots on target. Artinya, United butuh tiga sampai empat peluang untuk bisa membuat satu gol.

Buruknya penyelesaian akhir ini membuat mereka sulit meraih kemenangan dengan mudah. Sepanjang musim ini, baru tiga kali United menang dengan selisih dua gol. Sisanya hanya kemenangan tipis. Meski kemenangan berapapun memiliki arti tiga poin, tapi sulitnya mencetak gol bisa membawa mereka gagal meraih kemenangan disaat peluang itu sebenarnya cukup besar, seperti yang terjadi saat melawan Newcastle United.

Problem Lini Depan

Dulu, Manchester United pernah punya banyak striker mumpuni sehingga memudahkan Sir Alex Ferguson melakukan rotasi. 1999 memiliki kuartet Cole, Yorke, Sheringham, Solskjaer. Lalu disusul Rooney, Saha, Ronaldo pada 2007. Diikuti dengan Rooney, Ronaldo, Berbatov, dan Tevez pada 2009. Mereka juga pernah memiliki striker dominan macam Ruud van Nistelrooy yang konsisten mencetak setidaknya 20 gol di liga tiap musimnya.

Sayangnya, situasi ini tidak pernah muncul lagi setelah Ferguson pergi. Robin van Persie menjadi pemain United terakhir yang bisa membuat 20 gol di Liga Inggris. Sisanya, paling mentok hanya 18 gol saja di liga.

United bukannya kekurangan pemain depan. Pada 2016, tim ini punya Rashford, Martial, dan Ibrahimovic. Lalu datang personel anyar Romelu Lukaku setahun kemudian. Setelahnya hadir wonderkid Mason Greenwood, Edinson Cavani, dan Cristiano Ronaldo. Nama-nama ini tentu memberi garansi banyak gol jika melihat rekam jejaknya.

Sayangnya, mereka juga tidak menemukan performa terbaiknya. Cavani dan Ibra datang saat karier mereka sudah menuju kata habis. Lalu Lukaku juga tidak terlalu tajam.

Di sisi lain, Martial dan Rashford kerap tidak konsisten. Selain itu, kedua pemain ini adalah lebih cocok bermain sebagai winger yang kerap memulai laga jauh dari kotak penalti/gawang lawan.

Top Skor United di Premier League Setelah 2012/2013

2013/2014 Wayne Rooney (17 gol)
2014/2015 Wayne Rooney (12 gol)
2015/2016 Anthony Martial (11 gol)
2016/2017 Zlatan Ibrahimovic (17 gol)
2017/2018 Romelu Lukaku (16 gol)
2018/2019 Paul Pogba (13 gol)
2019/2020 Anthony Martial dan Marcus Rashford (17 gol)
2020/2021 Bruno Fernandes (18 gol)
2021/2022 Cristiano Ronaldo (18 gol)

 

Mereka punya harapan dalam diri Mason Greenwood. Pemain muda yang begitu ciamik memainkan bola dari kedua kaki dengan sama baiknya. Sayangnya, attitude pemain ini membuatnya harus dibekukan. Yang terakhir tentu Cristiano Ronaldo. Performanya semakin hari semakin menurun dan justru menimbulkan konflik baru dengan tim.

Musim ini, top skor United di liga adalah Rashford dan Antony yang sama-sama membuat tiga gol. Torehan ini tentu masih jauh dari harapan. Sayangnya, United untuk sementara hanya bisa bergantung kepada mereka sembari menunggu cedera Martial pergi dan ketajaman Ronaldo kembali.

Inilah yang membuat wacana merekrut striker anyar muncul dalam plan Ten Hag berikutnya. Nama Cody Gakpo (PSV) dan Ivan Toney (Brentford) adalah dua nama yang sempat dirumorkan menjadi target transfer United nanti.

Secara teori, komposisi pemain United saat ini sebenarnya tidak terlalu buruk. Dengan kualitas sekarang, United setidaknya bisa menggedor pertahanan lawan dengan cukup kuat. Statistik mereka juga tidak terlalu buruk.

Rashford, Bruno, dan Antony adalah pemain yang paling sering melepaskan tendangan ke gawang lawan. Namun dari total 68 percobaan menurut data fbref, hanya 27 yang menemui sasaran atau tidak sampai setengahnya.

Bahkan Cristiano Ronaldo yang hanya mendapat kesempatan beberapa menit di liga pun masih sanggup melepaskan 16 percobaan. Sayangnya, hanya empat yang menemui sasaran dan baru membuat satu gol.

Sederet torehan angka tersebut menandakan kalau United bukannya tidak kekurangan peluang melainkan mereka kekurangan kualitas untuk menyelesaikan peluang tersebut menjadi sebuah gol.