Foto: Metro.co.uk

Sebuah deep pass (Umpan Dalam) dari Luke Shaw berhasil dibelokkan oleh Jesse Lingard sehingga bola mengarah ke Marcus Rashford. Rashford yang sudah berhadapan satu lawan satu dengan penjaga gawang David von Ballmoos kemudian melepaskan tendangan yang justru melambung ke atas mistar.

Hilangnya peluang untuk mencetak gol tersebut mendapat respons dari Jose Mourinho. Selepas melihat kegagalan Rashford, ia berbalik ke arah tribun, menyilangkan tangannya, lalu menggelengkan kepala tanda rasa heran.

Komentar negatif kemudian berdatangan terkait kelakukan Mourinho tersebut. Beberapa dari mereka mengungkapkan kalau apa yang dilakukan Mourinho berpotensi melukai kepercayaan diri Rashford. Dalam akun twitternya, legenda tim nasional Inggris, Gary Lineker, menyebut kalau dirinya akan marah apabila ia melihat manajernya bertingkah seperti apa yang dilakukan Mou jika ia gagal menyelesaikan peluang emas.

“Jika saya melihat manajer saya bereaksi seperti itu, maka saya akan benar-benar marah. Berbalik ke arah penonton lalu menggelengkan kepala dengan raut muka seperti itu kepada para pemain Anda, apalagi dia masih muda. Anda tidak perlu melakukan itu sebagai seorang pelatih,” tuturnya.

Komentar Lineker tersebut kemudian mendapat berbagai respons baik yang pro maupun yang kontra terhadapnya.

Rio Ferdinand juga sependapat dengan Lineker. Ia khawatir Rashford akan sulit memulihkan mentalnya jika melihat reaksi dari pelatihnya tersebut. “Dia (Rashford) akan melihat itu (reaksi Mourinho) setelah pertandingan dan berpikir, ‘Kepercayaan seperti apa yang dikirimkan kepadanya?” tuturnya.

Di sisi lain, Paul Scholes juga membela Marcus Rashford. Akan tetapi, berbeda dengan Lineker dan Ferdinand, ia justru menyalahkan para pemain United lainnya yang tidak bisa memberikan suplai bola yang baik kepada striker bernomor punggung 10 tersebut.

“Saya tidak melihat kerja sama yang kompak di tim ini. Pemain tengah harusnya menghubungkan antar lini dengan baik, tetapi saya tidak melihat hal itu pada tim ini,” kata Scholes seperti dilansir Mirror.

Sosok Rashford memang menjadi sasaran kritikan terkait penampilannya kemarin. Ia adalah pemain United yang paling banyak melepaskan tembakan ke gawang dengan enam percobaan. Akan tetapi, lima dari enam tembakan tersebut tidak tepat sasaran. Catatan ini tentu jomplang jika dibandingkan dengan Marouane Fellaini yang mencetak satu gol hanya dari dua sepakan saja.

Musim ini memang berjalan sulit bagi Rashford. Hingga akhir November, ia baru membuat dua gol saja di semua kompetisi. Padahal dia telah diberikan mandat sebagai pemakai nomor 10, sehingga harapan untuk melihat Rashford sebagai penerus Wayne Rooney pun muncul.

Rashford pun bukannya tidak pernah diberikan kesempatan. Sembilan dari 15 pertandingan yang telah ia mainkan, Rashford selalu tampil sejak menit awal dan dipercaya mengisi peran sentral sebagai center forward. Segelintir peluang bagus pun tidak jarang pernah ia dapatkan. Akan tetapi, penyelesaian akhirnya masih sangat kurang.

Terkait reaksi Mourinho, hal itu bisa dipandang dalam dua sisi. Pertama, Mourinho memang berlebihan dan ditakutkan akan membuat Rashford tertekan. Akan tetapi, reaksi Mourinho tersebut bisa dilihat sebagai kekecewaan Mourinho yang berharap Rashford bisa tampil lebih tenang dan tidak lagi membuang-buang peluang.

Musim ini, Rashford merupakan pemain United yang paling sering melepaskan tembakan di Liga Champions. Catatan sepakannya bisa mencapai 3,4 tendangan per laga. Arjen Robben, Robert Lewandowski, Karim Benzema, bahkan Antoine Griezmann mempunyai rataan tendangan sedikit di bawah Rashford. Hal ini yang mungkin membuat Mourinho kecewa mengingat empat pemain tersebut sudah mencetak gol sementara akun gol Rashford masih nihil.

Penyelesaian akhir memang menjadi masalah pelik bagi Rashford. Sejak bulan lalu, Rashford sebenarnya bisa mencetak cukup banyak gol seandainya ia tidak membuang peluang emas ketika bertemu Everton, Bournemouth, Juventus, dan Young Boys. Hal itu cukup jomplang jika dibandingkan dengan performanya bersama tim nasional yang nampak mudah sekali menemukan gawang lawan.

“Reaksi Mourinho mencerminkan bagaimana perasaan sebagian besar pendukung United tentang Rashford, yang baru memiliki enam gol sepanjang tahun 2018 ini. Dia mengidam-idamkan peran sentral tetapi penyelesaian akhirnya masih tidak cukup bagus,” tutur jurnalis Manchester Evening News, Samuel Luckhurst.

Jesse Lingard pernah mengungkapkan kalau dalam sesi latihan, Rashford sering mencetak gol dalam sesi game. Akan tetapi, segalanya tidak terlihat ketika bermain di atas lapangan. Mungkin saja hal itu menjadi salah satu faktor kecewanya Mourinho kepada Rashford.

Standar Ganda untuk Mourinho

Tidak sedikit yang menyebut kalau ucapan Lineker, Ferdinand, dan Scholes adalah salah satu bentuk standar ganda yang kerap dituduhkan orang-orang kepada para pundit sepakbola Inggris. Sebuah objek dinilai berbeda dalam suatu kejadian yang terkesan tidak adil dan proporsional. Dan objek tersebut adalah Mourinho.

Akun twitter @timus654 mengungkapkan kalau saja yang melakukan tindakan tersebut bukan seorang Jose Mourinho maka penilaiannya akan berbeda. Cuitan serupa juga dikeluarkan oleh @FPLMidget yang mempertanyakan ucapan Gary yang seolah-olah menyalahkan Mourinho meski Pep Guardiola dan Jurgen Klopp pun pernah melakukan hal serupa.

***

Rashford sendiri sebenarnya tidak perlu kecewa jika melihat reaksi Mourinho atas kegagalannya tersebut. Para pemain United sebelum Rashford bahkan pernah mendapatkan treatment yang mungkin saja lebih mengerikan dibanding reaksi Mourinho.

Cristiano Ronaldo pernah dimaki oleh Sir Alex Ferguson saat gagal menyelesaikan peluang pada laga melawan Wigan 2009 lalu. Akibat kartu merah yang ia dapat pada laga melawan Bayern Munich, Rafael berjalan gontai sembari mendengar omelan Ferguson. Bahkan Fergie pernah marah besar ketika melihat Jonny Evans begitu mudah dilewati oleh para pemain AC Milan.

Jika berkaca dari reaksi Ferguson, maka apa yang dilakukan Mourinho sebenarnya belum ada apa-apanya. Seandainya Rashford merasa kecewa dan kesal, maka apa yang diucapkan Mourinho terkait kedewasaan para pemainnya beberapa waktu lalu menjadi benar adanya.

Lantas bagaimana menurut kalian? Apakah wajar seorang pelatih menunjukkan kekecewaannya ketika para pemainnya bermain tidak sesuai dengan keinginannya?