Sebagai pesepakbola di level teratas dunia, tentu Paul Pogba sudah terbiasa dengan kritikan-kritikan yang tertuju padanya. Begitu juga dengan yang terjadi pada dirinya pada musim ini, atas label pemain termahal dunia yang disematkan padanya awal musim panas tahun lalu. Alasan utama kritikan-kritikan tersebut adalah performa Pogba dinilai tak seimpresif kala membela Juventus.

Namun dalam wawancara dengan majalah gaya hidup dunia, Esquire, Pogba membela dirinya sekaligus United yang jua terus dikritik sebagai tim medioker musim ini. Di mana memang United hanya mencetak 54 gol saja pada musim ini, tetapi yang menjadi dasar argumen Pogba adalah tiga trofi yang berhasil diamankan United: Europa League, EFL Cup, dan Community Shield.

“Saya terima kalau disebut tidak bermain bagus, kami tidak melakukan hal ini dan itu. Tapi kami tahu apa yang kami lakukan dan itu memenangkan tiga trofi. Itu saja yang saya ketahui.”

“Lagipula itu yang terpenting menurut saya. Karena bisa saja kamu menjadi tim terbaik di dunia, bisa memainkan sepakbola yang indah tapi tidak memenangkan satu trofi pun. Siapa yang akan mengingat mereka? Tidak ada bukan?” tutur Pogba.

Meskipun tidak secara spesifik menyebut tim mana yang ia maksud dalam penuturannya tersebut, namun sejumlah media di Eropa menyatakan bahwa itu adalah rival-rival United. Seperti, Manchester City, Liverpool, maupun Tottenham. Pada musim lalu memang Tottenham dan Liverpool tak menjuarai apa-apa, namun berhasil mengamankan tiket ke Champions League melalui finis di posisi 4 besar.

Kemudian ucapan Pogba yang membandingkan terhadap klub lain jua tidak berlebihan. Lantaran jika dibandingkan dengan Tottenham, United telah memenangkan trofi lebih banyak dalam 13 bulan terakhir. Dimana Tottenham memerlukan waktu 25 tahun untuk memenangkan 3 trofi, sedang Liverpool hanya memenangkan 1 trofi dalam satu decade terakhir.

Komentar Pogba ini jua seakan menjadi dorongan atau dukungan bagi manajer United, Jose Mourinho yang memiliki beban terberat untuk menghadapi badai kritikan performa musim ini. Dimana ucapan Pogba ini senada dengan pernyataan Mou setelah United mengalahkan Ajax di Final Europa League.

“Seorang yang puitis mungkin yang memenangkan tiap pertandingan. Saya pikir saya akan mencoba untuk menjadi seorang yang puitis dalam beberapa tahun mendatang. Karena kamu akan memenangkan tiap pertandingan dan tidak pernah saya merancang karir saya untuk memenangkan tiap pertandingan. Saya juga sering mengalami kekalahan,” terang Mourinho.

Mourinho dalam pernyataan di atas menyindir keras para kritikus terhadap perfoma timnya musim ini. Namun manajer asal Portugal ini jua mengakui bahwa musim ini United tidak dalam kondisi terbaik.

“Jadi beberapa orang memang bisa menang setiap saat, saya tidak.  Di musim yang buruk ini, dimana kadang saya merasa tim saya adalah yang terburuk di dunia dan merasa menjadi manajer terburuk pula, saya masih bisa memenangkan tiga trofi.”

“Kami bisa masuk ke Champions League musim depan karena memenangkan trofi, bukan karena lolos di posisi empat, tiga, atau kedua. Ditambah kami punya kehormatan untuk bermain di European Super Cup menghadapi juara Champions League, jadi menurut saya musim ini berakhir dengan sangat baik.” kata Mou.

United, Tim yang Berisi Orang-orang Rendah Hati

Mourinho jua menekankan bahwa dirinya dan tim asuhannya adalah orang-orang yang rendah hati. Sehingga segala raihan yang ia dapat pada musim ini adalah buah dari sikap rendah hati tersebut.

“Malam ini adalah contoh dari kemenangan yang pragmatis, sebuah kemenangan dari orang-orang yang rendah hati dan menghormati lawan. Tim yang mencoba menghentikan kualitas tim lawan, mencoba untuk mengeksploitasi kelemahan lawan.”

“Jadi bagi saya ini adalah kemenangan untuk tim yang fantastis dan berdasarkan prinsip-prinsip yang rendah hati, bukan tim yang berisi orang-orang penuh bualan, hanya orang-orang yang rendah hati,” jelas Mou.

Sikap rendah hati yang diungkapkan Mou terhadap timnya tampaknya bukan bualan belaka. Lantaran seperti di paragraf-paragraf awal Pogba mengungkapkan bahwa ia mengakui bahwa timnya bermain tidak baik. Hal ini jua ditunjukkan oleh Pogba melalui komentarnya soal rekor transfernya sebagai pemain termahal dunia.

“Dalam satu minggu saya sudah lupa (rekor transfer). Orang-orang lah yang kemudian mengingatkan saya. Karena menurut saya pada akhirnya, ketika kamu meninggal baik pemain yang termahal maupun yang tak terlalu mahal akan masuk ke kuburan yang sama. Jadi saya tak terlalu memikirkannya,” tutup Pogba.

Sumber : Manchester Evening News