Sergio Romero. Foto: The Sun

Penjaga gawang nomor dua Manchester United, Sergio Romero, bercerita tentang pengalamannya mengikuti tes Covid-19 ketika pulang kampung ke Argentina. Ia juga menceritakan tentang betapa tegangnya saat ia menjalani karantina di sebuah hotel sebelum diperbolehkan untuk kembali ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga.

Pandemi Covid-19 yang menghentikan ajang sepakbola di banyak negara membuat para pemain Manchester United tidak bisa menjalankan rutinitas mereka seperti biasa. Semuanya kini dilakukan di dalam rumah. Bagi mereka yang memiliki tempat tinggal di Inggris, mereka tidak perlu repot untuk menjalankan aktivitasnya. Beda dengan mereka yang berasal dari luar Inggris atau yang tinggal terpisah dari keluarganya. Pulang kampung menjadi pilihan sekaligus bisa memanfaatkan kekosongan ini dengan berkumpul bersama keluarga.

Selain Victor Lindelof, Sergio Romero juga memutuskan untuk pulang kampung ke negaranya, Argentina. Namun sesuai peraturan yang dibuat untuk menghadapi pandemi Covid-19, mereka yang datang dari luar daerah atau luar negara harus menjalani karantina terlebih dahulu selama 14 hari. Hal ini harus dilakukan karena ditakutkan mereka yang datang dari luar ini membawa virus.

Begitu juga dengan Romero. Kepada Mirror, ia bercerita tentang perjalanannya yang begitu menegangkan. Penerbangan yang sebelumnya terkesan biasa saja kini menimbulkan ketegangan ketika ia melihat orang-orang harus menjauh satu sama lain dan melihat fasilitas publik seperti bandara begitu sepi.

“Saya memutuskan untuk pulang ke Argentina pada 22 Maret lalu. Saya melakukan perjalanan yang sangat sulit karena saya harus naik mobil dari Manchester ke London. Setelah itu, saya naik pesawat dari London ke Paris dan tidak banyak orang di bandara. Kalaupun ada mereka semua menjaga jarak satu sama lain,” kata Romero.

“Semua orang terlihat gugup satu sama lain dan bahkan saling memberikan pandangan buruk, karena terkadang ada beberapa dari mereka yang bersin,” ujar Romero menceritakan pengalamannya. “Mereka semua tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi orang-orang tampak aneh dan mengambil jarak.

Apa yang ia lihat saat itu memberikan tekanan psikologis tersendiri bagi Romero. Selama 14 jam di dalam pesawat, ia begitu gugup dan sulit untuk makan. Mungkin, Romero khawatir kalau tiba-tiba ia di dalam pesawat ada hal-hal mencurigakan yang bisa membuatnya tertular virus.

Setibanya ia di Argentina, ia langsung menjalani karantina dua minggu sendirian di sebuah hotel. Setelah itu, ia mengikuti tes dan harus menunggu haslnya selama tiga hari. Beruntung bagi Romero karena hasil tesnya negatif sehingga ia diperbolehkan untuk pulang dan bertemu dengan keluarganya.

“Di pesawat, saya terbang dari Paris ke Buenos Aires selama 14 jam. Saya hanya duduk diam dan tidak bisa bergerak ke mana-mana. Saya tidak makan, tidak ke toilet, karena Anda tidak pernah tahu bagaimana kondisi orang-orang di sekitar Anda,” kata Romero.

“Ketika saya tiba di Argentina, saya ditempatkan di sebuah hotel selama 14 hari di pusat kota, karena mereka kedatangan banyak orang dari Eropa, maka kami perlu untuk menjalani karantina. Saya tinggal selama dua minggu. Setelah dua minggu, mereka melakukan tes dengan mengambil cairan di hidung dan mulut saya. Saya harus menunggu tiga hari lagi di hotel. Hasilnya adalah negatif, dan saya akhirnya bisa pulang ke rumah untuk bertemu dengan keluarga saya,” ujar Romero.

Hingga hari Minggu (26/4) pukul 10 malam waktu Indonesia, atau ketika tulisan ini ditulis, Argentina mencatatkan kasus positif sebanyak 3.780 orang dengan angka kematian sebanyak 187 dan 1.107 pasien dinyatakan sembuh. Jumlah kematian di Argentina terbilang sedikit jika dibanding negara tetangga seperti Peru, Cile dan Brasil. Meski begitu, Presiden Alberto Fernandez tidak bersikap santai dan sedang berada dalam wacana untuk memperpanjang karantina wilayah mereka hingga 10 Mei 2020 mendatang.

Dalam wawancara bersama United, Romero memohon kepada semua masyarakat untuk tetap berada di dalam rumah agar segalanya berjalan dengan aman. Yang paling penting menurut Romero adalah jangan pergi jika tujuannya tidak penting.

“Tetaplah di rumah, dan lakukan hal kecil yang penting bagi keluarga seperti pergi ke supermarket atau apotek. Sebisa mungkin kita harus tetap berada di rumah karena itulah hal penting yang bisa dilakukan,’ tegas Romero.