Foto: GettyImages

Lisandro Martinez membuktikan bahwa apa yang terjadi ketika melawan Brentford adalah contoh kalau pesepakbola adalah manusia biasa. Terkadang ada fase up and down-nya. Tidak butuh waktu lama baginya untuk meredam segala kritikan tersebut dengan penampilan yang elegan.

Terkadang, kita lebih suka menggunakan emosi ketimbang akal sehat dalam menilai sesuatu. Salah satunya ketika kita menilai penampilan seorang pemain yang baru bermain di klub barunya. Kita suka dengan cepat mengambil definisi kalau pemain ini akan gagal dan pemain ini akan berhasil dalam satu pertandingan saja.

Lisandro Martinez baru saja merasakannya. Seiring dengan kekalahan 4-0 melawan Brentford beberapa waktu lalu, media Inggris langsung dengan tiba-tiba mencapnya sebagai “pemain yang tidak layak menjadi bek tengah”, “posturnya kecil untuk Premier League”, “blunder transfer MU”, dan berita-berita negatif lainnya. Bahkan beberapa pundit pun mulai mengkritiknya.

“Jika Anda merekrut bek tengah dengan tinggi 175 sentimeter maka dia tidak akan mampu bersaing di liga ini. Dia mungkin baik-baik saja di Belanda, tapi ini Inggris. Tim akan mencari kelemahan apa pun seperti yang dilakukan Brentford,” kata Harry Redknapp.

Masih banyak ucapan-ucapan seperti yang dilontarkan Harry. Sebuah komentar yang menghapus fakta kalau Lisandro masih pemain baru dan belum mengenal secara penuh karakter Liga Inggris. Seakan-akan hanya tinggi badan yang bisa membuat seorang bek tengah dinilai layak atau tidaknya main di Premier League. Jika demikian, kenapa Harry Maguire masih saja bermain buruk padahal ia dibekali tinggi badan yang ideal?

Ada satu aspek yang menjadi senjata andalan Lisandro yaitu keberanian. Tingginya memang tidak semampai, tapi ia dibekali determinasi dan nyali yang menutupi kekurangannya tersebut. Itulah yang berperan besar dalam kemenangan United melawan Liverpool kemarin.

Seolah ada pembagian tugas dari Lisandro dan Raphael Varane pada laga kemarin. Sadar kalau Lisandro akan diincar lewat bola atas, maka urusan bola atas dikendalikan oleh Raphael Varane, sedangkan tugas Lisandro adalah menutup percobaan-percobaan lawan yang akan dilakukan dari bawah.

Tugas yang kemudian dijalankan dengan sempurna oleh si pemain. Lisandro menahan tiga tendangan pada pertandingan kemarin. Jumlah terbanyak yang dibuat dari seluruh pemain yang ada di atas lapangan. Salah satu blok krusialnya adalah ketika menahan tendangan Mohamed Salah. Sadar kalau lawannya mendapat ruang tembak, Lisandro langsung berlari dan menjatuhkan badannya di depan Salah. Kesuksesan itu disambut tos antara dirinya dengan Varane serta Dalot yang diikuti dengan ganjaran terpilihnya ia menjadi pemain terbaik pada pertandingan tersebut.

“Dia mungkin akan dibuat kesulitan oleh para striker lawan, namun anak ini tahu bagaimana caranya keluar dari situasi ini. Jika ia bisa mempertahankan performanya seperti malam ini (melawan Liverpool), dia akan jadi rekrutan yang sangat bagus bagi United,” kata Rio Ferdinand.

Saat diwawancarai oleh Gary Neville dan Jamie Carragher, Erik ten Hag mengakui kalau dulunya ia juga punya pikiran yang sama yaitu Lisandro terlalu mungil untuk bek tengah. Tapi seiring berjalannya waktu ia membalikkan situasi dan menjelma menjadi Lisandro yang sekarang.

Awareness alias kepekaan inilah yang dibutuhkan oleh pemain United. Jika posisi Lisandro adalah Maguire mungkin ia hanya akan berdiri seperti Van Dijk dan membiarkan Salah mengancam De Gea. Tapi Lisandro pintar membaca situasi itu. Ia juga tidak segan untuk menabrakkan badannya kepada pemain Liverpool sebagai bentuk psywar. Sebuah komitmen yang membuatnya pantas dijuluki sebagai Si Tukang Jagal.

“Saya lebih suka kalau tidak jadi seperti Virgil van Dijk. Tinggi badannya memang keuntungan besar, tapi ketika Anda tak punya kualitas lain, ya tak ada gunanya,” kata Lisandro.